Jumat, 31 Juli 2020

Aku Ingin

Oleh: Desma H.



aku ingin, mendapat kabar obral buku puisi
diskon sembilan puluh persen, setiap hari,
kemudian aku siapkan uang tanpa basabasi
untuk menghadiahi,
diriku sendiri.
terimakasih, toko buku yang banyak dikunjungi,
sedangkan tipisnya diksi,
tak semua mata menghampiri,
mahal nominal, jadi terpinggiri.
O, itulah jauhnya hati dan empati,
begitu, berceloteh tergeraknya jiwa mati?
sebaiknya, recehmu masuk celengan,
besok untuk beli gorengan,
selamat tinggal, buku puisi.

Senin, 27 Juli 2020

Common Expressions in Daily Activity

Oleh: Desma H., S. Pd.


Hal dasar yang sering kita gunakan dalam keseharian adalah pengucapan salam.
Berikut ini beberapa pengucapan yang sering dipakai untuk percakapan sehari-hari, beserta tanggapannya.

GREETINGS (Salam)
Good morning, Nico.> Good morning, Arif.
Hello, Ahmad.            > Hello, Amar.
How are you?             > Fine, thanks. And
                                          you?
How is life?                 > Not too bad.

PARTINGS (Perpisahan)
Sorry, I must be going now. > Until next
                                                      time.
Talk to you later.                    > Bye. Take it
                                                      easy.
Goodbye, Aisy.                        > Goodbye,
                                                      Avinza.

THANKING (Ucapan terimakasih)
Thanks.         > You are welcome.
Thank you.   > Don't mention it.
Thank a lot.  > That is all right.

APOLOGIZING (Permintaan maaf)
I am sorry.              > It is okay.
Sorry about that.   > Forget about it.
Please forgive me. > I forgive you.


Semua penyataan di atas, bisa digunakan dalam kalimat percakapan sehari-hari. Tentu saja harus disesuaikan dengan situasinya, agar percakapan kita sesuai.

Selamat berlatih!

IKIGAI




Oleh: Desma H.


Judul Buku  : IKIGAI
                       (Rahasia Hidup Bahagia dan
                        Panjang Umur Orang Jepang)
Penulis         : Hector Garcia dan Francesc                               Miralles
Penerbit       : Rene Book
Tahun terbit: 2016
Penerjemah : Krisnadi Yuliawan
Tebal buku   : 232 halaman


Hanya dengan bergerak aktif, yang akan membuatmu ingin hidup hingga seratus tahun. (Pepatah Jepang)


Ikigai bermakna kehidupan yang menjadi berharga. Bisa juga diterjemahkan seperti ini, "Berbahagia dengan tetap menyibukkan diri." Sangat populer di Jepang. Sehingga penduduk di negeri ini menjadi tersohor dengan usianya yang panjang. Tetap sehat, bugar, dan nampak gembira.

Buku ini menyampaikan hal-hal tersebut. Sangat padat pembahasannya. Namun, pembaca bisa paham akhirnya tentang rahasia orang Jepang, untuk panjang umur.

Tentu ada tahapan yang harus dijalani, dan ini bukan perkara instan. Akan disampaikan secara ringkas poin penting dari buku ini.

RAHASIA PANJANG UMUR ALA IKIGAI
- Mengonsumsi makanan yang seimbang.
- Menjemur diri di bawah sinar matahari,
  secukupnya setiap hari.
- Tidur nyenyak yang cukup.
- Menghindari stres, alkohol, tembakau, dan kafein.

Nah, kebiasaan sehat, bukan? Ini menjadi pemicunya. Namun tak cukup itu saja, masih ada lagi 10 aturan Ikigai. Yaitu:
1. Terus aktif, jangan pensiun.
2. Perlahan saja.
3. Jangan penuhi perutmu.
4. Kelilingi dirimu dengan teman baik.
5. Bugar untuk ulang tahunmu yang akan datang.
6. Senyumlah.
7. Berhubungan kembali dengan alam.
8. Bersyukurlah.
9. Hiduplah pada saat ini.
10. Ikuti Ikigai-mu.

Peraturan yang mengarahkan kita untuk selalu berpikir dan bertindak positif.

Selain itu ada juga rahasia hidup bahagia ala Ikigai.
1. Jangan khawatir.
2. Tumbuhkan kebiasaan yang baik.
3. Peliharalah kebiasaan yang baik.
4. Hiduplah dengan tidak teegesa-gesa.
5. Selalu optimis.

Penjabaran di buku ini bagus. Mudah dipahami. Namun memang perlu perenungan mendalam, untuk meresapkan setiap bahasan ke dalam pikiran. Dibubuhi dengan pesan-pesan penyemangat.


'Banyak duduk membuat anda menua.'
'Apapun yang anda lakukan, jangan pensiun.
'Pikiran aktif, tubuh awet muda.'

Dengan sekali baca, tidak cukup untuk memahami pemaparan dalam buku ini. Perlu dibaca berulang, agar pembaca menemukan pahaman yang baik.



Sabtu, 25 Juli 2020

Untuk Seseorang yang Tertulis di Lauh Mahfuz




Oleh: Desma H.


Judul buku   : Untuk Seseorang yang
                         Tertulis di Lauh Mahfuz
Penulis          : Mohd. Adrizal
Penerbit        : Quanta
Tahun terbit : 2019
Tebal buku.   : xii + 188 halaman


Ketika kau menjaga dirimu dalam taat, semoga Allah menjaga jodohmu dalam ketaatan pula.


Pernikahan adalah topik yang senantiasa merebak dalam waktu. Sama seperti perihal cinta dan rindu. Tiada habis bila diperbincangkan. Belum lagi ketika merambah ke nikah muda, nikah tua, nikah siri, poligami. Wah, topiknya meluas berawal dari kata nikah. Namun, tujuan dari awalnya dan yang menjadi harapan dari setiap insan, tentulah nikah tepat. Benar sekali, nikah pada waktu yang tepat, jodoh yang tepat, persiapan, dan pelaksanaan yang tepat. Terpenting adalah tentu memiliki tujuan yang tepat. Haruskah pernikahan berawal dari visi yang seiring antara kedua insan?

Membaca buku tulisan Mohd. Adrizal, kita akan disuguhi berantai pesan yang benar-benar membuka pikiran. Tidak sesederhana pada persiapan resepsi saja suatu pernikahan tergelar, namun ada serangkai tahapan yang harus dimantapkan oleh kedua insan, bahkan meluas hingga keluarganya.

Sudah pasti demikian, karena suatu pernikahan, bukanlah hal yang akan kita jalani dalam rentang sehari dua hari, namun sampai napas terlepas dari badan, dan kelak berlanjut ke surga, insyaaAllah.

Sangat tepat sekali dibaca oleh remaja, juga para muda, atau dewasa, yang ingin menyegerakan pernikahan. Sebagai bekalan untuk menggenapkan separuh agama ini. Satu hal yang perlu ditanamkan, bahwa kesiapan seseorang untuk menikah, hanya dia sendirilah yang tahu. Maka, bagi kita pribadi, sangat penting untuk mempersiapkan segalanya, memantaskan diri, hingga kemudian di suatu ketika Allah persuakan kita dengan sosok yang sudah Allah takdirkan, lahir batin kita siap menyambutnya.

Bukan perkara remeh temeh. Bagian dari buku ini menyajikan bahasan sederhana namun mampu menyergap kegelisahan yang banyak dialami oleh kaum muda.
Pada bab 1, Membingkai hati dengan cahaya iman, memaparkan persiapan kita untuk menantinya. Bahkan kita dianjurkan untuk mendoakan kebaikan terhadap sosok yang kita belum ketahui. MasyaaAllah, indah sekali ya. Belum tahu nih, tapi kita doakan. Mirip-mirip cintanya Rasulullah SAW pada umatnya. Belum pernah ketemu, tapi sudah didoakan keselamatan kita.
Niat yang bersih, agar memupuk keikhlasan untuk menerima.

Pada bab 2, memotivasi kita untuk senantiasa memperbaiki diri. Ya, kalau ingin dapat yang terbaik, kita juga harus lakukan yang terbaik. Di sini dipaparkan, bagaimana sih agar menjadi lelaki/ wanita idaman surga? Bukan hanya dari wanitanya, tapi seimbang juga dengan lelakinya. Nah, kita belum pernah ketemu, kok bisa tahu nanti berimbang untuk kita atau tidak? Tenang, alam semesta yang luasnya maha saja Allah yang atur, apalagi cuma urusan kita yang satu ini. Allah maha tahu yang terbaik.

Kalau pada bab 2, kita menggebu-gebu banget pingin nikah, karena sudah merasa siap dan mantap. Malah ada yang merasa langit nih dari ragam persiapannya. Sekarang di bab 3, Ikhtiar dalam penantian, merupakan bagian penuh kesabaran. Itulah kehidupan memang, kadang lelakinya siap, wanitanya belum. Begitupun terjadi sebaliknya. Giliran calon mantennya siap, calon mertuanya belum cocok. Kendala begini akan banyak muncul. Kepiawaian mengelola emosi, akan diuji.
"Apakah dia jodohku?"
Maka pelajaran yang terpenting dalam hidup adalah penerimaan. Dan penerimaan harus dilandasi dengan keikhlasan.

Bagian terakhir, adalah ikhtiar membangun pernikahan. Banyak terjadi, kasih terjalin sekian lama, namun ikatan suci tak bertali. Yang ada hanya pedih hati, juga luka-luka karena tersakiti. Maka nasihat dari penulis buku ini tepat, bahwa mencintai seseorang cukup sekedarnya saja.

Hakikat dari pernikahan adalah menyempurnakan sesuatu yang belum sempurna. Karena menikah tidak selalu tentang kebahagiaan, akan banyak rintangan dan ujian yang dihadapi.

Banyak godaan yang muncul saat menjelang pernikahan, jangan terlalu memaksakan pilihan kita. Karena bisa jadi ada yang lebih tepat menurut Allah. Kembali ingat bahwa tujuan kita menikah adalah membangun cinta hingga ke surga, kemudian menyiapkan generasi dengan cahaya ilmu dan iman, maka persiapannya bukan perihal sembarangan.

Bahasa yang dituliskan mengalir baik. Bahasannya pun runtut. Dilengkapi dengan hadist-hadist penguat. Topik yang diangkat juga merupakan permasalahan yang kebanyakan orang merasakan, sehingga dengan membaca buku ini setidaknya bisa membuka pikiran, dan menemukan solusi.

Masih ada kesalahan ketik di buku ini, tak banyak, hanya 3 kata. Selebihnya, insyaaAllah bagus.




Kamis, 23 Juli 2020

Malam di Yogyakarta

Oleh: Desma H.


Akankah dirimu di sana masih?
seperti dedaun tumbuh kemudian menyejukkan singgahku dari pengelanaan,
sedang hati makin kemarau.

Kubawa jiwa yang tinggal separuh dalam pengasingan,
pencarian panjang, hingga terlupa pulang.
dermaga akhir, kita ucap kata,
bukankah rasa sayang terlanjur terperangkap di pijakan?
sehingga wajahmu gerimis, ketika kupalingkan pandang.

Aduhai, lara nan kita jalin semakin mencekik,
telah kucoba lerai-lerai, dari sekian jauh pemberhentian.
Tatkala angin berayun, membisikkan lagi wajahmu yang masih teguh,
berkawan senandung nan memedih.

Kasih,
        di sudut waktu, kutemukan ruang
        yang tak biasa.
        semoga dipertemukan Tuhan kita di
        sana.




Negeri Debu

Oleh: Desma H.



Untukmu, jiwa dan darah kami,
Wahai Al Aqsa tercipta.
Kami penuhi panggilanmu.

Pada jerit bebatu kecil di langit, langkah berlari yang patah, tak sanggup memenggal keberanian.

Wahai, negeri debu yang hambur,
Jiwa menyudahi pintu harapan,
Bukan lagi doa yang lesat,
Tapi ruh langsung kepada-Nya,
Disambut rombongan cahaya.

Apakah kau temukan?
Langit berdarah, melumuri bintang dengan pekik pada Tuhan.
Sedang senyum terjalin makin penuh sepanjang nyawa lekat di badan.
Tiada bersandar pada kerapuhan,
Karena sejatinya, setinggi gedung menjulang, dalam kejap mata dihujani mesiu.

Maka mendebulah bongkahan ruang-ruang kenangan,
Bersama Ayah, Ibu, Kakak, Adik,
           yang damai berkawan cinta di surga
           sana.
           Hingga berlarilah tapak kurus lesat,
           menyongsong peluru, dalam damai,
           dibawanya janji sunyi,
           tentang pintu berkawal bidadari.

Negeri debu,
           negeri bunga, negeri pesakitan yang
           dicoreng dengan airmata,
           nyawa menari-nari,
           terkubur raga.
           Tiada.




23.07.2020. 22:29 WIB, Kamis. 3 Dzulhijah.

Rabu, 22 Juli 2020

Silent Killer

Oleh: Desma H.



kau,
      diam, memukau,
      mengabadikan rindu,
      dipeluk waktu,
      jauh,
      terlupakan,
      hilang.
     

Selasa, 21 Juli 2020

Introduction





Oleh: Desma H., S. Pd.


Belajar Bahasa Inggris sebaiknya dilakukan bertahap. Mulai dari yang ringan, baru ke tingkatan yang di atasnya. Pergunakan kamus, sebagai pendamping. Agar setiap kosakata baru yang kita temukan, mudah dimengerti.

Satu hal lagi, setiap vocabulary (kosakata) dalam bahasa Inggris, bisa memiliki banyak makna. Tergantung pada konteksnya. Maka, menggunakan kamus yang tepat, juga akan membantu kita dalam belajar bahasa Inggris.

Kamus Indonesia-Inggris dan Kamus Inggris-Indonesia, yang memiliki keterangan lengkap cara penggunaan kosakata dalam kalimat, adalah pilihan yang tepat. Selain itu, kamus model ini juga biasanya dilengkapi dengan fungsi suatu kosakata dalam kalimat, misalnya sebagai kata benda, kata kerja, atau kata keterangan.

Mari kita mulai, belajar bahasa Inggris. Tahap pertama yang akan kita pelajari adalah introduction.

Introduction adalah perkenalan. Dalam bahasa Inggris, perkenalan dibuat dengan sederhana.

Informasi yang diberikan juga yang umum saja. Di bawah ini akan diberikan contoh percakapan sederhana tentang introduction.

Ms. Desma:
Hi, my complete name is Desma Hariyanti. You may call me, Ms. Desma. I live in Cordoba dormitory, Bandarlampung, near to SMPIT Permata Bunda, Islamic Boarding School. 

I was born on December 11, 1985. My hobby is drawing. My favourite food is satai. My favourite colour is green. I come from SDN 1 Sidorejo, East Lampung.

Now, I am teaching at SMPIT Permata Bunda Islamic Boarding School, as an English teacher.

Ok, thankyou verymuch for your kind attention. See you next time, insyaaAllah.


Perkenalan diri yang singkat ini, dapat digunakan saat berada di kelas, dan pastikan teman yang kita ajak berkenalan juga memiliki waktu untuk mendengarkan. Jika hanya bertemu selintas di jalan, biasanya hanya memperkenalkan nama dan alamat.

Sederhana, bukan?
Tahap terpenting dalam belajar bahasa Inggris adalah praktik. Pronunciationnya juga harus dipelajari, sehingga nampak seperti Native Speaker (penutur asli/ orang Inggris).

Selamat mencoba berlatih memperkenalkan diri, menggunakan bahasa Inggris.

Good luck!


Senin, 20 Juli 2020

Kerajinan Bahan Keras




Oleh: Desma H., S. Pd.


Pada prinsipnya kerajinan tangan yang kita ciptakan adalah karya yang memiliki keistimewaan. Yang membedakan benda seni dengan benda lainnya, terletak pada nilai. Suatu kerajinan tangan, dikatakan memiliki nilai, jika telah berbeda fungsi, tampilan, dan kebermanfaatannya dari produk sebelumnya.

Sebagai contoh, produk talenan yang berbahan kayu, fungsi utamanya adalah sebagai papan penahan yang digunakan untuk peralatan dapur, pada saat proses memotong atau mengiris bahan tertentu.
Namun, ketika kita sudah membubuhi dengan nilai seni, maka baik fungsi, nilai, dan manfaatnya bisa berubah. Talenan, bisa menjadi benda hiasan dinding, media iklan kekinian, juga bisa difungsikan sebagai talenan.


Kerajinan yang terbuat dari bahan keras, bisa berasal dari alam dan buatan.

1. Bahan keras alam adalah bahan yang diperoleh dari alam sekitar, yang bisa berasal dari hutan, bumi, ataupun perairan.
Sifatnya: solid, kuat, padat, dan tidak mudah berubah bentuk.
Contohnya:
Kayu, bambu, batu dan rotan.

2. Bahan keras buatan adalah bahan yang diolah dan dicampur dengan bahan tertentu, sehingga menjadi keras, dan memiliki sifat kuat serta tahan lama.
Contohnya:
Kaca, kaleng, dan logam tertentu hasil olahan.

Sedangkan alat-alat yang diperlukan dalam proses pengolahan bahan keras ini, bisa berupa: parang, palu, gergaji, pisau raut, tang, pahat, meteran, kuas, dan bor.

Bahan tambahan lain yang dapat dipakai untuk mempercantik produk, bisa menggunakan cat dan plitur.

Pengetahuan dasar tentang bahan keras ini, perlu kita pahami. Karena berkaitan dengan alat yang akan kita gunakan dalam proses pembuatan kerajinan tertentu.

Menggambar Model






Oleh: Desma H., S. Pd.


Menggambar model merupakan kegiatan menggambar yang terbantukan oleh objek gambar tertentu yang kita jadikan model/ contoh. Sehingga dalam prosesnya, kita akan benar-benar berusaha untuk menyesuaikan, antara hasil gambar dengan modelnya.

Objek gambar model, bisa berupa tumbuhan, manusia, hewan, atau benda tertentu.

Sedangkan cara kita menggambarnya, tentu harus disesuaikan dengan keadaan kita. Bisa dengan mengamati langsung, atau dengan contoh menggunakan model tiruan.

Alat dan bahan menggambar model:
1. Pensil
2. Penghapus
3. Kertas
4. Pensil warna
5. Krayon
6. Cat air

Adapun dalam menggambar model, kita perlu memperhatikan prinsip-prinsipnya.

1. Komposisi
Komposisi merupakan cara menyusun dan mengatur objek yang digunakan sebagai model gambar, sehingga hasilnya tampak menarik dan indah.

2. Proporsi
Proporsi adalah perbandingan ideal dan harmonis antara bagian benda yang menjadi objek, yang dapat diamati.

3. Keseimbangan.
Keseimbangan merupakan keselarasan antara bidang gambar, objek gambar, dan gambar yang dihasilkan.

4. Kesatuan
Kesatuan adalah keserasian dalam pengaturan objek gambar.

Untuk tahap awal, kita pahami dulu pengertiannya ya. Ke depannya kita akan lanjut dengan praktik menggambar model.

FLP

Catatanku selama bergabung di FLP Wilayah Lampung, memang begitu. Jika ada urusan terkait FLP, tidak ada koma, langsung titik. Siap, laksanakan, insyaaAllah. Seperti itu, tatkala cinta sudah terpatri.

Minggu, 19 Juli 2020

Doa

Untuk Seseorang yang Tertulis di Lauh Mahfuz

Oleh: Desma H.


semoga, suatu ketika, Tuhan hadirkan kita, dalam jumpa atas rencanaNya, adalah aku yang terbaik untukmu; adalah engkau yang terbaik untukku.




Gambar Perspektif



Oleh: Desma H., S. Pd.


Apakah gambar perspektif?
Perspektif berarti sudut pandang. Dari gambar yang dihadirkan, akan mengarah pada satu titik hilang. Sekarang kita akan belajar untuk membuat gambar perspektif sederhana.

Kita memerlukan peralatan gambar dasar. Diantaranya: kertas gambar, pensil, penghapus dan penggaris. Warna adalah penyempurna. Jika kita sudah yakin dengan gambar yang dibuat, barulah dipoles dengan warna, agar lebih nyata.

Namun ada juga yang tidak menggunakan pewarna, cukup dengan teknik gradasi menggunakan pensil, gambar sudah menghadirkan efek warna hitam putih yang hidup.

Nanti akan kita pelajari tekniknya, insyaaAllah. Untuk tahap awal, kita akan buat yang sederhana terlebih dahulu.

Mari kita mulai menggambar:
1. Setelah peralatan siap, kita buat garis tepi pada kertas, selebar 3 cm. Kertas standar untuk gambar adalah A3, yang biasa dipakai untuk perlombaan.


2. Garis tepi berfungsi sebagai bingkai gambar. Bisa dimodifikasi sesuai hati nurani. Kemudian kita buat garis diagonal putus-putus menggunakan pensil. Nanti akan dihapus, jika gambar sudah selesai.


3. Titik pertemuan dua garis diagonal itulah yang disebut dengan satu titik hilang. Bahwa efek dari gambar yang kita buat akan menggiring kita seolah berada pada satu titik jauh di sana. Saking jauhnya tak lagi terlihat oleh mata. Titik itu hilang.


4. Baru kita buat gambar pendukung. Pepohonan sederhana, dengan ukuran mengecil ketika mendekati titik hilang. Garis diagonal tadi, menjadi acuan batasan tinggi rendahnya pohon. Pastikan pohon tegak lurus, agar efek gambar yang diciptakan, benar seperti pohon yang kokoh. Jika miring, maka hasilnya akan nampak seperti pohon tumbang. Coba saja, dan buktikan.


5. Jika gambar sudah selesai, garis diagonal putus-putus tadi bisa kita hapus. Agar gambar lebih indah dan nyata, bisa ditambahkan hiasan lainnya.

6. Selamat mencoba. Tahap akhir adalah pewarnaan. Semua alat warna dapat dipakai, disesuaikan dengan keterampilan memakainya.


7. Gambar perspektif bisa dimodifikasi untuk jenis gambar lain. Karena cakupan seni itu sangat luas. Ke depannya kita akan belajar memodifikasinya. Tentu bertahap. Dan semua harus diawali dari yang sederhana terlebih dahulu.

Selamat belajar, selamat berkreasi.

Pulang

Oleh: Desma H.


Kamis, 16 Juli 2020

Pagi

Oleh: Desma H.


yang terbaik, tak akan lama.
nan terburuk, kan terganti,
andai terluka,
waktu membawa pergi pedihmu,
hingga ombak melumuri,
akhirnya berai.

jika lara,
teritis langit luruhkan kesegaran,
baluri gersang mata,
hingga bayangmu kembali pada ikatnya,
mengokohkan.

terputusnya doa pada kawanan ulat,
telah merupa kupu-kupu nan hebat,
dulu bersekat,
kini datang dengan cepat.

apakah kita perlukan sayap?
untuk membawa pinta dengan cepat,
agar segera tercatat,
dalam rangkaian tugas malaikat.

oh,
mata yang menangis,
melambatlah, di sini ada rerumput berkawan embun,
tetap temani fajar saat pagi melantun,
sedang rindu, tak pernah habis terkikis,
pada wajahmu,
nan kupandangi, dalam patahan waktu.

Rabu, 15 Juli 2020

Nama

Oleh: Desma H.



Kutuliskan satu nama pada dinding hati. Kemudian pendar rasa. Ada yang hilang. Mungkin itu kesempatan. Ada yang makin, sepertinya itu rindu.

Sebagaimana mata terpaut, kemudian hati bertarung, di kesunyian, wajahmu berkelebat. O, sang maha. Di sana ia tegak. Sedang kerangkaku, terpasung di lempeng ini.

O,
Maha segala, biar lerai pedih, kemudian warna doa bermuara di kedamaian. Satu waktu akan teryakini, sebagaimana pinta melangit tinggi.

Selasa, 14 Juli 2020

Berani

Oleh: Desma H.



mari kita patahkan pilarnya,
selagi matahari berkawan,
langit terbentang,
tiada tempat untuk gelisah melenggang.
mari,
kita lumatkan celoteh,
merangkul kebisingan dalam ruang damai milik orang-orang,
maka bersabarlah dalam pedih,
karena luka ini kelak bertunas,
bertumbuh dan bertambah,
namun tidak pada kita, sayang.
jejak yang kita singgahi,
akan melapisi juang nanti.

Sinyal

Mengapa acara keren live ig banyak terlaksana saat malam? Menyedot kuota, berarti kabar menyedihkan bagi para dompet. Jika kegiatannya pagi hingga sore, setidaknya ada, wifi cuma-cuma untuk dimanfaatkan.

Sungguh, sakitnya tuh di kantong, Kisanak.

Ibu

Oleh: Desma H.


lajukan doamu seperti ibunda Musa melepas di aliran nil,
kuduskan pintamu, laksana Ibrahim meyakini padang tandus kan sejuk,
ikhlaskan harapmu, bak keajaiban Maryam menerima rancangan Tuhan.
sedangkan Sulaiman juga tunduk,
Yusuf pun pemalu,
       dan Muhammad,
       tetap menyayangi umatnya,
       meskipun belum bertatap.

keraguan apa yang ditujukan padaNya?
bukankah kita hanya debu hambur, dari bentang semesta?

Senin, 13 Juli 2020

Angin

Oleh: Desma H.


angin membawa angan ke negeri pasir,
angan memukul ingin agar cepat pulang,
ingin menemui akhir, di sepertiga malam.
          ternyata mata terpejam.
         

Sama

Mengapa mengaduk pinta dalam curam jurang batinmu?
Tengadah doa menjamah awan,
        sebaiknya melangitkan harap,
        kemudian menikam takut secepatnya,
        o,
        gerimis malu-malu pulang.

Mengapa, menyimpan senyum dalam saku baju?
Sedangkan airmatamu bercahaya.
Sama saja jalannya,
        akhir belum tentu.

Cinta

Oleh: Desma H.

dan aku menemukanmu berkawan awan,
sedang suling bambu yang kubisikkan, membawa lantunan beku.
kau bilang,
sesuatu yang hadir dari hati,
maka akan sampai ke hati.

semoga sampai,
wahai, engkau.

Minggu, 12 Juli 2020

pagi

Oleh: Desma H.


kicau burung menjejali udara,
di antara atap masjid, mereka bertengger, terbang, berputar, bertengger lagi,
ada yang kan hilang sebentar lagi, sayang,
merupa cahaya redup, timur yang sejuk.

kau

Oleh: Desma H.


kau,
yang terlalu sibuk membangun kota dalam pikiranmu,
mengendarai pesawat, dalam lintasan kereta,
sesaat melajulah kapal selam, menyusup di perairan dalam.
sepeda berlomba dengan bis kota,
mengejar bola nan ditendang para bocah yang belum mandi,

kau,
tabuh terus genderang di saat adzan berkumandang,
sirine ambulan, menenggelamkan cahaya matahari.

sepertinya kita lupa menyalakan lampu,
padahal jangkrik telah bernyanyi.
selamat lelah,
dalam kota ramai yang kauciptakan sendiri.
jika kau perlu teman,
seekor kucing sedari tadi menanti kepala ikan,
ia akan tunggu, hingga kau melemparkan.

kau,
jangan lupa tidur.


Kita

Oleh: Desma H.


Sahabat, aku ingin sampaikan tentang ruang yang ada antara kita. Dengan bahasa yang biasa. Tiada ingin menutupi, tak pula menyampaikan secara benderang. Intinya, berkata nyata saja.

Aku baru ingat, tentang usia yang sudah hampir setengah abad. Batasnya sampai mana, tak tahu pula. Tuhan begitu cantik sembunyikan rahasia ini. Tahu-tahu nanti, pergi. Dikenang sejenak, ditangisi, kemudian dilupakan. Benar? Semoga kita tidak demikian.

Ini adalah dinding rumah, yang berhak dicat seperti apa. Jika kelak kau temukan dan baca, entah aku sudah menjadi apa. Namun, semoga kebaikan, selalu terjadi untukmu, untukku, untuk kita.

Pada waktu tertentu,
aku merasa seseorang begitu aku. Hingga terpacu untuk mengenal, menyuka, dan mendamba. Tapi, pada Tuhan saja kusampaikan. Waktu berjalan, bertahun-tahun, tabiatku sama. Sedangkan mereka telah mengawali kehidupan baru yang punya kisah beragam. Aku, tetap berkelana, sembari memilihkan sosok yang begitu aku.

Dan, hari ini. Aku benar-benar sadar. Terlalu jauh sudah. Hingga aku lupa diri. Aku memutuskan untuk berhenti.

Aku menitipkan pesan padamu, jangan terlalu jauh berjalan. Tentukan dulu tujuan, sehingga kau tahu, di mana kelak berlabuh. Teruslah, hingga terwujud.

Sampai sini, 
kutandai, pemberhentian ini.


Sahabat, semoga kebaikan untuk kita semua. Aamiin...

kau

Oleh: Desma H.


aku menemukanmu,
ruang jauh, yang selalu mencatat rindu,
pada langkah ke sekian, redup langit tiada berkawan,
kupintal harap lagi,
esok kugantungkan tinggi-tinggi,
semoga,
ada jumpa kita, untuk janji,
yang mungkin dulu, sudah bertali.

Ibu

Oleh: Desma H.



terimakasih,
secangkir kopi yang tersaji pagi tadi,
ragam beban, berai.




Kamis, 09 Juli 2020

kau

Oleh: Desma H.



o,
malaikat langit dan bumi,
membentang ribuan sayap cahaya,
melipat awan, laksana kertas,
meniupkan angin, kemana suka.

     o,
     kicau burung pergi mandi,
     menukik di tepi sawah berpadi,
     jangkrik muncul menyulut api,
     rupanya bisa juga diskusi.

bergelimpangan raga bernyawa,
hilang tugas, sirna pinta,
di depan pintu, kau gontai,
ah,
langkah darimana pergi, kapan sampai.
kau,
lucuti masa lalu dengan jemari,
jantung terlanjur dilubangi,
tak bisa,
tak bisa,
       menyisipkanmu dalam kepala.

Ibu

Oleh: Desma H.



kejernihan telaga hatimu,
telah beraduk merupa tuba,
kau bawakan seteguk,
kulumuri kerangka agar tersandung,
tapi, bukan begitu ibu.
tulangku rapuh,
warna memudar,
pandangku buta,
kini,
       lengkap sudah bentukku raib,
       debu hambur,
       dimana?
       kotak kecil pada tanah hitam,
       yang kukumpulkan di setiap jejak,
       aku,
       henti.

IJA(B)SAH

Oleh: Desma H.




Judul buku   : IJA(B)SAH
Penulis          : Ilham Amily
Tebal buku   : xii+202 halaman, 14 x 20,5 cm
ISBN               : 978-623-7737-00-1
Cetakan 1      : Februari 2020
Penerbit        : KMO Indonesia
Harga            : Rp. 95.000

Buku ini memotivasi pembaca agar memantapkan diri untuk berumah tangga. Dari judulnya sudah bermakna ganda. Hal yang sering menjadi pertimbangan di kalangan muda saat ini. Takut nikah saat masih kuliah. Banyak kekhawatirannya. Orang tua pastinya tak mendukung. Iya, kan?

Uniknya, penulis menangkap kerisauan tersebut. Ya, berdasarkan pengalaman pribadi penulis tentunya, menghadapi masalah ini sudah diurai langsung pada bab-bab yang telah tersusun.

Beberapa poinnya sebagai berikut:
Gerakan di kala muda,
Jatuh cinta itu perlu,
Persiapan dan perkuat niat,
Pencarian,
Pertemuan dan pemantapan hati,
Pernikahan impian menurut siapa?
100 hari pasca pernikahan.

Penulis sendiri menikah di usia muda. Hal ini sangat terasa sekali pada tulisannya. Pembubuhan motivasi dan juga kisah nyata perjalanannya menuju pernikahan, menjadikan buku ini makin berbobot.

Pada akhirnya, penentu tetaplah Tuhan. Hati manusia berbolak - balik. Usaha terus dilancarkan, dan satu hal yang juga perlu sekali untuk diingat: Jatuh cinta itu perlu.




08.07.2020, Bdl.

Ibu

Oleh: Desma H.



biasanya kita masih bicarakan hal ironi,
mengomentari sinetron buatan anak negeri,
bikin greget, zaman kekinian.
kita memutuskan, besok nonton lagi,
atau pindah haluan.
kita rajai kotak kecil itu dengan kontak jarak jauh.
sedikit tertawa, banyak jengkelnya.

jelang sepertiga malam awal,
perut menggelitik,
buka kulkas, dan mengiris bawang.
mie rebus atau nasi goreng?
tetap rasa lidah merindu-rindu,
"Bumbunya pakai cinta."

terimakasih, Ibuku,
           semuanya, semuanya.
           cintaku, bolehkah untukmu?

kau

Oleh: Desma H.


pada sambut ke sekian, kau buka pintu.
bukan untukku,
tapi puisi.
sulut temaram, pandang tegak,
usai perbincangan,
ucapkan perpisahan.
malam itu,
           sampai pergantian waktu,
           nada kata yang diterjemahkan,
           adalah serupa.

"tok.. tok.."
"masuk."
"are you oke?"

mari, kita cermati lampu ruang,
yang memantul bayang pada dinding,
pena bergerak,
kita hanyut, bersamanya,
puisi.

Rabu, 08 Juli 2020

Rasul

Oleh: Desma H.




...air mata pun berderai,
ketika ia disemayamkan,
oh pilunya hati ini.
kini Rasul yang tercinta,
telah tiada,
tinggal kenangan,
namun kan selalu diingat...

Ia, nan tahu masa,
      kapan dirindu sang kekasih,
      kemudian kembali, menunai janji.
      dilepas rindu,
      disambut rindu.



Ibu

Oleh: Desma H.



mungkin masih ada raga berlari,
mengejar cahaya nan belum tentu tepi,
waktu bergulir, menjadikannya sepi,
hilang poros, berganti.
kapan selesai?
aku sudah awali.

bayangmu telah pudar,
kulukis kembali senyum, terasa hambar,
di sana hati bergelut dengan jemari bergetar,
kebusukan, dibungkus sabar.


oh,
para luka menjamu semesta,
dibawa gelombang, menukik, hingga karam,
sejenak kau tinggalkan, beku batuan.
tiada berkawan,
duhai,
tiada berlawan.

oh,
penyaji dusta merangkap luka,
kelakar langit menabuh kecewa,
pada tepi mana, kita bersua?
sedangkan belulang, terlajur patah,
        sempurna.


Ya Robbana,
Laa tahzan, innallaha maana.
Atashbiru, wa kana robbuka bashiiroo.

hai maha pemantik,
kuasai jiwajiwa kerdil, melampaui palung dosa,
semisal esok napas ada,
izinkan kubuka jemarimu,
usaplah wajah ini,
        masih adakah senyumku?
        ajari,
        aku sudah lupa.

Ibu

Oleh: Desma H.


Wahai,
hatiku separuh bersamamu,
maka, tetaplah meneguhkanku,
dalam doa,
yang kita ketuk sepanjang waktu.

Apakah, kau masih di situ?
duduk bersandar, menantiku pulang,
kemudian kupeluk dengan senyum,
hingga bertanya kabar,
"Sehat?"

Bagaimana warna langit di sana?
Merupa mendung berputar, angin mengejarkah?
Dalam takut, menatapmu tangguh,
menguatkanku,


Tuhan, sayangilah.
Kesayanganku.

Tidur

Oleh: Desma H.



Tuhan,
        aku ingkari tidurku yang kemarau.
Tersedak, ketika pejam baru saja,
Terjaga cepat,
         merebut paksa nyawa
         yang hendak beranjak ke lain dimensi.
Terduduk, beriring rima napas sengal,
          berantakan.

Tuhan,
         kemarin sesal dibiarkan jejal lisan,
         kemudian rangkulMu,
         menawan rautku nan nyaris binasa.
Warna yang terurai, di balik catatanMu,
         bukanlah yang biasa kubaca.
Lebih padam,
         makin legam,
                      hitam.

Tuhan,
aku ingkari tidurku yang kemarau.
Sepertinya alam, belum berkawan,
usai cerita mendebu,
biarkan aku pungut butirnya.

Sebagaimana aku, meyakiniMu.
Terimakasih, MahaCinta.
Mungkin aku, terlalu lama,
         pejamkan mata.

Dia

Oleh: Desma H.

Kepada: Seseorang yang namanya telah tertulis di Lauh Mahfudz


Persimpangan maghrib dan isya,
          batas yang mengutus kengerian di kawanan kanakkanak.
Kata bertali, kau sajikan,
          sedang tenggorokan baru saja basah,
Wahai,
nyanyian kecil dari lubang jantung,
yang entah kapan bertaut, kapan sampai.

Namun,
sajianmu menyulut harap,
kelak, kita dipertemukan.







Catatan:
Terimakasih, puisi.

Ibu

Oleh: Desma H.



Pada batas sajadah, aku simpuh.
Ini kali ke sekian, berkawan airmata.
Mengalir saja, dalam tengadah.
Sujud mengisak,
Telapak kering,
Pandang buram.
Sekelebat bayangmu, tanpa senyum,
            merupa nyala api, menyengat jemari.

Ibu,
telah terlintasi senja dan fajar,
pada rautmu nan makin rapuh,
tetap kucatatkan, mantra-mantra isak
           "Ibu, bayi kecilmu kembali bertangis."
Ini bukan tentang permen atau mainan,
           "Ibu, manakah cahayamu?"

Gelap langkah, pandang gulita,
Oh, dewa-dewi, peramu angkara,
Para angin dan air, nelangsa,
Rongga sedikit, menyisa napas.
Aku,
           "Ibu, aku rindu."



Bandarlampung, Juli 2020

Selasa, 07 Juli 2020

Ibu

Oleh: Desma H.



Mengapa menabuh resah, pada sepiring nasimu?
Bukankah kita tak akan kenyang dalam tangis?
Siapakah, nan melaju tanpa tahu waktu?
Menggilas doa, hingga digenggam sembilu.

Wahai, wanita di ujung langit,
Bawakan mantra yang bisa mematahkan pilarnya.
Biar aku terhujam ribuan luka,
Hingga musnah ujung canda.
KepadaNya, berpulang segenap rahasia.


Oh, wanita pembawa lentera,
Padamkan saja,
             biar aku berai tanpa warna.
       


Ibu

Oleh: Desma H.




Bagaimana senyummu pagi ini?
Masih terlipat di sajadah subuhkah?
Atau sudah kau kumpulkan dalam dompet batik buatanmu.
Di akhir pekan, kita sua.
              membicarakan masa lalu.


Jangan beralih dari situ.
Jangan melukai, jangan terlukai.
Cukuplah,
Kemarin dan hari ini.
Esok,
bisakah kita senyum kembali?

Ibu

Oleh: Desma H.



Aku rindu menyeduh kopi bersamamu, Ibu.
Saat pagi malu-malu,
Aku ragu meninggalkanmu, Ibu.
Sedang waktu telah melerai badan,
             hingga kepingannya mendebu.
Aku sayu, hari ini, Ibu.
Bukankah,
              kemarin kita hanya diam?
Aku,
Menangis lagi, Ibu.
Sejak kau palingkan wajah,
              dan memintaku berpikir.


Aku baru ingat, Ibu.
Bahwa sebenarnya aku, selalu lupa.
Tentangku.

Aku baru ingat, Ibu.
Bahwa aku tak pernah berpikir.

Aku baru ingat, Ibu.
Waktu, telan menelanku kemarin.

Aku baru ingat,
              aku tiada.




Senin, 06 Juli 2020

Ibu

Oleh: Desma H.


Aku cinta padamu, Ibu.
         dengan air mata.




Bandarlampung, 07.07.2020

Kepada: mu


Oleh: Desma H.



Pada akhirnya kau tak pernah memberiku kesempatan. 180 hari adalah luang panjang untuk meminta. Juga untuk meramu hati dan doa. Namun, jika tiada percaya, bahkan kaupun berani menyimpulkan, aku tiada mampu. Maka apalah daya.





Jumat, 03 Juli 2020

Secangkir Puisi untuk Kekasih




Oleh: Desma H.

Kesempatan,
yang mungkin sulit muncul, sulit berulang. Dimana sepi lebih meraja, dibanding damai jiwa. Waktu, iringi jumpa kita yang sekejap. Kubiarkan melintas, agar suatu ketika, masing-masing hati menerima, bahwa cinta itu, memang telah diramu dalam hati. Sebelum akhirnya muncul di permukaan.

Menghadirkan sosok secara tetiba, yang telah ditolak sejal awal, dipaksa, kemudian diharuskan, hanya akan menimbulkan keretakan antara kita.

Pada akhirnya aku menyadari, kepada Tuhan cintaku tertuju. Dimana airmata terbentuk, bukan karena bungkam, tapi karena bahagia.

Maafkan aku, yang terlanjur menutup. Tak akan terbuka, karena aku telah tiada.



Bandarlampung, 03.07.2020

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung