Senin, 22 Juli 2019

Malaikat Kecil

Sore sudah membawa warna lain, lelah tentunya. tetiba ada seorang muridku menaiki tangga. Kami berpapasan.
" Ms. Des baru pulang."
Aku memberi anggukan.
" Ms. Des tampak lelah."
" Iya."
Lanjutku.
Kemudian ia langsung memijat pundak kananku. Sembari lewat.
" Enak loh. Yang sebelahnya juga dong."
" Iya Miss. Nanti ya."
" Oke."

Aku pulang ke asrama. Sudah hampir maghrib, ada yang memanggilku dari luar. Kukira ustadzah Sarah, rekan satu asramaku. Ternyata sungguh mengejutkan. Alexandria, murid kelas 9 Cut Nyak Dien, yang tadi memijat pundakku datang.
" Ayo, Miss. Saya pijetin."
" Hah, beneran?"
" Iya, Miss."
Berkali - kali aku menanyakan. Ia tetap  mengangguk sembari tersenyum. Langsung terharu. Di saat lelah menumpuk, tetiba datang malaikat kecil diutus Tuhan untuk melerai penat. Terima kasih Alexa.





Bandarlampung, 23 Juli 2019.

Rabu, 17 Juli 2019

Endorse





Ini adalah catatanku pagi ini. Ketika penerbit yang meloloskan naskah antologi puisiku untuk dicetak mengirimkan email agar melengkapi kover belakang, maka aku berpikir lama, siapa gerangan yang akan bersedia kuminta perolongan untuk membaca naskah kemudian memberikan berpatah - patah kata tentang tulisan itu. Belum tentu semuanya yang kita minta mau. Karena mereka harus menyiapkan waktu khusus. Terlebih lagi ini adalah puisi.

Maka terpilihlah beberapa kandidat dalam benak. Mereka adalah orang- orang hebat yang berkesibukan. Pada akhirnya kuberanikan diri menyampaikan permohonan tersebut. Semua lancar jaya, namun ada satu yang menggelitik.

Secangkir Puisi untuk Kekasih, judul antologi puisi tersebut. Beliau langsung komentar:
"Awkward."
Oh, my God....

"Ternyata hatimu sepatah itu."
Ucapnya.

"Jangan berpikir yang tidak - tidak. Bisa saja mewakili yang lainnya."
Jawabku mencoba sembunyi.

"Aku sudah berpikir yang tidak - tidak sedari tadi."

Ampun dah, kalau sudah begini.

"Kuasaku hanya menerka, jadi biarkan aku menikmatinya."
Tegasnya lagi.

Kubaca ulang kembali naskah puisiku, semoga tidak ada yang teramat jujur di sana. Orang yang sangat peka, akan mengetahui, kepada apa satu puisi dipesankan. Teruntuk siapa diksi itu tertuju. Sampai di akhir, aku tersenyum. Begitulah seorang penulis. Ia akan jujur pada karyanya.




Bandarlampung, 18 Juli 2019


TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung