Senin, 27 November 2017

Kunjungi Lampung, Ketua MPR RI Titipkan Pesan Pada Netizen






Maka tibalah aku di gedung menjulang itu. Sambutan para penerima tamu begitu ramah. Lampu - lampu keemasan, menampakkan kemewahan. Meniti tangga menuju ruang Krui. Bukankah itu nama daerah di Lampung? Iya, dari segi penamaan sudah menarik. Sebenarnya acara akan dimulai pukul 19.00 WIB. Sengaja aku berangkat lebih awal, agar lebih nyaman. Segala yang terburu - buru, menurut pengalaman sering kurang maksimal hasilnya. Lantas apakah hadirku saat ini membuahkan hasil? Oh, tentu saja. Alhamdulillah, aku tidak terlambat. Dan ini adalah acara penting. Jumpa dengan Ketua MPR RI. Sekedar jumpa sajakah? Tentu tidak. Ada tujuan krusial yang akan dibahas bersama 60 Netizen Lampung, yang diundang hadir di Hotel Swiss Bell, Teluk Betung Utara. Aku hadir bersama teman - teman tapis Blogger yang semua super.


Bersama Tapis Blogger asal Metro

Yandigsa, Sang Moderator.


Nah, jika muncul lebih awal ada kelonggaran waktu untuk berbincang dengan teman - teman Tapis Blogger. Senang sekali bisa menyapa teman - teman dari luar Bandarlampung. Berkesempatan bertukar pikiran dengan moderator acara, Yandigsa dari Kota Bumi. Bang Iyan, aku biasa memanggil. Selalu saja ada motivasi muncul, meskipun dari sekejap jumpa dengan beliau. Setelah koordinasi sejenak dengan panitia, aku menempatkan diri di posisi nyaman. Untuk sementara berada di depan. Mendapatkan tugas kehormatan menjadi dirijen lagu Indonesia Raya di malam itu. Ada debar haru ketika lagu disenandungkan, terlebih ada tokoh penting yang kupandu. Juga para pemegang pena nan luar biasa di hadapanku, dimana dari pertemuan ini, akan menebar misi untuk kebaikan bangsa. Maka berbaurlah semua rasa. 




Jelang kehadiran Bapak Ketua MPR RI, sambutan awal disampaikan oleh Kepala Biro Humas MPR RI, Ibu Siti Fauziah, S. E., MM. Dilanjutkan oleh Bapak Ma’ruf Cahyono, S. H., MA., Sekjen MPR RI. Beliau memaparkan beragam hal yang sejujurnya membuatku tersadar. 

Ada hal penting yang harus masyarakat tahu tentang MPR RI. Tak hanya sebatas empat pilar ( Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara, Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara) yang masih sering didengungkan. Tapi ada hal lain yang harusnya masyarakat juga pahami terkait MPR RI. Bagaimana cara agar dapat tersampaikan ke masyarakat yang dewasa ini sudah mulai abai? Merupakan tugas para peramu kata malam itu. Sengaja dipilih para netizen, karena beliau juga berkeyakinan bahwa penyebaran informasi tercepat saat ini ada di Netizen.
MPR merupakan lembaga permusyawaratan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara. Dengan tugas yang sudah sejak pelajaran Sekolah Dasar senantiasa dipelajari. Diantaranya:

1.       Pemasyarakatan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhineka Tunggal Ika, dan Ketetapan MPR.
2.       Pengkajian Sistem Ketatanegaraan, UUD NRI Tahun 1945, serta Pelaksanaannya.
3.       Melaksanakan Pengelolaan Aspirasi Masyarakat dan Daerah dalamrangka Penyususnan Pokok Haluan Penyelenggaraan Negara (PHPN).
4.       Menyampaikan Pokok Haluan Penyelenggaraan Negara (PHPN) kepada Lembaga Negar yang Kewenangannya diberikan oleh UUD NRI Tahun 1945.
5.       Menyelenggarakan Sidang Tahunan MPR dalam rangka Laporan Kinerja Lembaga Negara kepada Publik.
6.       Melaksanakan Konsultasi dan Koordinasi dengan Pimpinan Lembaga Negara lainnya.
7.       Memberikan Penjelasan atas Tafsir Kaidah Konstitusional dalam Sidang Mahkamah Konstitusi.

Selain menjalankan tugas, MPR RI juga memiliki kewenangan, antara lain:
1.       Mengubah dan menetapkan Undang  Undang dasar.
2.       Melantik Presiden dan Wakil presiden Hasil Pemilihan Umum.
3.       Memberhentikan Presiden dan/ atau Wakil presiden dalam masa jabatannya.
4.       Mengangkat Wakil Presiden Menjadi presiden dalam hal terjadi kekosongan jabatan presiden.
5.       Memilih dan melantik Wakil Presiden dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil presiden.

Pembahasan yang mungkin sudah mulai beranjak dari ingatan. Hanya terpatri bahwa dulu pernah mempelajari. Terlebih lagi ketika aku membaca implementasi sila - sila Pancasila. Sungguh akan damai negeri ini jika memang benar dilaksanakan oleh masyarakat. Namun mengapa pada kenyataannya, perselisihan sering nian tersaji? Ada alasan di balik itu semua.

Aku tetap mengikuti pemaparan dari Pak Ma’ruf. Sungguh mengagumkan, tanpa teks dengan penyampaian yang lancar. Bahasa tersusun, santun, dan menghujam. Sempat tertegun ketika beliau membacakan puisi. Cukup panjang, tetap lancar beliau hadirkan. 

Masih Indonesiakah kita,
Setelah sekian banyak jatuh bangu,
Setelah sekian banyak tertimpa dan tertempa,
Setelah sekian banyak terbentur dan terbentuk.

Masihkah kita meletakkan harapan di atas kekecewaan,
Persatuan di atas perselisihan,
Musyawarah di atas amarah,
Kejujuran di atas kepentingan.

Atau ke Indonesiaan kita telah pudar
Dan hanya tinggal slogan dan gambar?

(Penggalan puisi Manifesto, dari MPR untuk NKRI)

Seolah tertampar dengan kata - kata ringkas itu. Mungkin benar sekedar slogan dan gambar. Minim aplikasi. Maka pertemuan itu merupakan penyadaran untukku. Sebagai pendidik, ada PR penting yang harus dikerjakan. Ada wawasan baru yang harus ditebarkan. Juga beragam ilmu yang sebaiknya dikembangkan.
Ketua MPR RI, Bapak DR. Zulkifli Hasan, S.E., M.M. tiba. Duduk sejenak beliau langsung memberikan pesan - pesan singkat. Namun tetap mencengkeram pemikiran. 

“ Negara ini merdeka bukan karena pemberian, tapi perjuangan.” Ucap beliau lantang.
Maka tentu tak layak jika generasi sekarang hanya berleha – leha, menyiakan waktu. Tantangan besar sudah ada di depan. Sedangkan bangsa kita masih berselimut masalah berantai: Kemiskinan, Kesenjangan, Korupsi, dan Distrust.

Sebagai putra Lampung, beliau juga menyampaikan bahwa generasi saat ini harus cinta daerah, harus punya ilmu, dan smart. Begitu pesan Bapak Zulkifli Hasan dengan semangat menggebu. Beliau menjadi sukses, juga melalui perjuangan dan penuh kesungguhan sejak kecil. Aku jadi tertular membara. Beragam catatan kukantongi. Ya, benar sekali ada hal luar biasa yang juga harus kusampaikan. Bukan sekedar tulisan di selembar kertas, namun yang terpenting adalah pelaksanaannya secara berkelanjutan, untuk kemudian terwariskan.

Sebagai pimpinan MPR RI periode 2014 - 2019, Bapak DR. Zulkifli Hasan, S.E., M.M., didampingi oleh 4 wakil. DR. H. M. Hidayat Nur Wahid, MA., H. Mahyudin, S. T., M. M., Letjen TNI (PURN) E. E. Mangindaan, S. IP., dan DR. Oesman Sapta. Adalah tugas berat untuk membawa bangsa ini dalam cakupan implementasi sila - sila Pancasila. Namun hal itu semakin berat jika segala usaha hanya menjadi wacana. Maka langkah terbijak adalah bergerak, lakukan perubahan. Sampaikan kebenaran, dan selalu belajar untuk semakin baik.


Bandarlampung, 27 November 2017

Selasa, 14 November 2017

Kalau Kita Sudah Pulang



Kalau kita sudah pulang,
kembali lagi menatap langit biru, lama kita tinggalkan.
Begitu leluasa melihatnya, tanpa batasan bangunan tinggi menjulang. Hanya ada ciptaan Tuhan berbentuk segitiga yang berwarna coklat tandus. Lenyap warna surga beriring masa.

Duduk di bangku lapuk depan rumah papan. Memandangi burung – burung kecil terbang mematuk – matuk di atap rumah tetangga. Melempari merpati yang terbang rendah, mendekati manja, dan terbang lagi bersama – sama.

Masih ada awan putih berarak – arak. Bila hujan turun, pelangi tampak.
Menjelang maghrib, senja dan orang – orang berkopiah menghampiri mushola tua.

Kalau kita sudah pulang,
kita bisa menyapu teras mushola setelah ashar, menggelar karpet pudar warna.
Merapikan Al Quran yang telah cabik.
Perlahan kita buka lembarnya. Mulai dari Al Fatihah. Kemanjaan kanak – kanak mengelilingi, berebut menciumi tangan kanan.

Ketika kita pulang…

Ada banyak waktu bercerita, tentang lamanya langkah di rantau.
Didekap lamunan dan rindu, kita penuh juang yang padu.

Bila jumpa tercipta, kita telah menjadi diri nan penuh,
 menatap ke depan, membawa cita yang utuh.





Bandarlampung, 2017

Pejuang



Apakah engkau punya pilihan?
Apakah engkau punya jaminan?
Jika engkau bersedia, ikutlah denganku. Pada negeri senyaman syurga.

Wajah yang murni, desing peluru melintasi mata.
Bukan kita penuh ketenangan membiarkan.
Dalam rangka yang tak bisa menjamah, sedang doa juga adalah kekuatan akhir, sungguh luka itu menancap.
Pilihanmu adalah, hidup sejenak. Mati saat ini atau sesaat lagi.
Dalam detik, itulah yang ditasbihkan. Sungguh mulia.

Berhadapan dengan sang pencipta begitu dekat. Menunggu giliran.
Apakah engkau bersedia mundur? Bukankah engkau punya cita - cita?
Ingin berbincang, namun dunia ini menutupmu.

Oh, engkau adalah gemintang cerah pada catatan malaikat.
Namun dalam suram yang menutupi, manusia melupakan.
Betapa mulia, ibarat detik - detik mendekati surga.
Sedangkan ruhmu telah dinantikan ribuan bidadari.
Akan ada kedamaian menunggu janji Tuhan.

Bandarlampung, 2017

Episode



aku, adalah semesta
pada Juli yang temaram.
yang tak lelah membawamu berjalan. untuk kemudian kembali lagi duduk dalam letih panjang
menerima sekedarnya, lalu kembali memberi kepada langit yang hendak tumpah.
adakah engkau henti sejenak dari pelarian yang tak tentu dimana tujuan?
sedang aku hanya memandangimu kian jauh.
bukankah kita pernah rangkai janji untuk kebersamaan yang abadi?
dimana pernah kau kaitkan, kata – kata istimewa?
ataukah yakinmu segala itu adalah biasa?
nyatanya kini, rasa itu memudar bersama kabut di pembaringan malam.



Bandarlampung, 2016

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung