Kalau kita sudah
pulang,
kembali lagi menatap langit biru, lama kita tinggalkan.
Begitu leluasa melihatnya, tanpa batasan bangunan tinggi
menjulang. Hanya ada ciptaan Tuhan berbentuk segitiga yang berwarna coklat
tandus. Lenyap warna surga beriring masa.
Duduk di bangku
lapuk depan rumah papan. Memandangi burung – burung kecil terbang mematuk –
matuk di atap rumah tetangga. Melempari merpati yang terbang rendah, mendekati
manja, dan terbang lagi bersama – sama.
Masih ada
awan putih berarak – arak. Bila hujan turun, pelangi tampak.
Menjelang
maghrib, senja dan orang – orang berkopiah menghampiri mushola tua.
Kalau kita
sudah pulang,
kita bisa menyapu teras mushola setelah ashar, menggelar
karpet pudar warna.
Merapikan Al
Quran yang telah cabik.
Perlahan kita
buka lembarnya. Mulai dari Al Fatihah. Kemanjaan kanak – kanak mengelilingi, berebut
menciumi tangan kanan.
Ketika kita pulang…
Ada banyak waktu bercerita, tentang lamanya langkah di rantau.
Didekap lamunan dan rindu, kita penuh juang yang padu.
Bila jumpa tercipta, kita telah menjadi diri nan penuh,
menatap ke depan, membawa cita yang utuh.
Bandarlampung, 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar