Sabtu, 25 Juli 2020

Untuk Seseorang yang Tertulis di Lauh Mahfuz




Oleh: Desma H.


Judul buku   : Untuk Seseorang yang
                         Tertulis di Lauh Mahfuz
Penulis          : Mohd. Adrizal
Penerbit        : Quanta
Tahun terbit : 2019
Tebal buku.   : xii + 188 halaman


Ketika kau menjaga dirimu dalam taat, semoga Allah menjaga jodohmu dalam ketaatan pula.


Pernikahan adalah topik yang senantiasa merebak dalam waktu. Sama seperti perihal cinta dan rindu. Tiada habis bila diperbincangkan. Belum lagi ketika merambah ke nikah muda, nikah tua, nikah siri, poligami. Wah, topiknya meluas berawal dari kata nikah. Namun, tujuan dari awalnya dan yang menjadi harapan dari setiap insan, tentulah nikah tepat. Benar sekali, nikah pada waktu yang tepat, jodoh yang tepat, persiapan, dan pelaksanaan yang tepat. Terpenting adalah tentu memiliki tujuan yang tepat. Haruskah pernikahan berawal dari visi yang seiring antara kedua insan?

Membaca buku tulisan Mohd. Adrizal, kita akan disuguhi berantai pesan yang benar-benar membuka pikiran. Tidak sesederhana pada persiapan resepsi saja suatu pernikahan tergelar, namun ada serangkai tahapan yang harus dimantapkan oleh kedua insan, bahkan meluas hingga keluarganya.

Sudah pasti demikian, karena suatu pernikahan, bukanlah hal yang akan kita jalani dalam rentang sehari dua hari, namun sampai napas terlepas dari badan, dan kelak berlanjut ke surga, insyaaAllah.

Sangat tepat sekali dibaca oleh remaja, juga para muda, atau dewasa, yang ingin menyegerakan pernikahan. Sebagai bekalan untuk menggenapkan separuh agama ini. Satu hal yang perlu ditanamkan, bahwa kesiapan seseorang untuk menikah, hanya dia sendirilah yang tahu. Maka, bagi kita pribadi, sangat penting untuk mempersiapkan segalanya, memantaskan diri, hingga kemudian di suatu ketika Allah persuakan kita dengan sosok yang sudah Allah takdirkan, lahir batin kita siap menyambutnya.

Bukan perkara remeh temeh. Bagian dari buku ini menyajikan bahasan sederhana namun mampu menyergap kegelisahan yang banyak dialami oleh kaum muda.
Pada bab 1, Membingkai hati dengan cahaya iman, memaparkan persiapan kita untuk menantinya. Bahkan kita dianjurkan untuk mendoakan kebaikan terhadap sosok yang kita belum ketahui. MasyaaAllah, indah sekali ya. Belum tahu nih, tapi kita doakan. Mirip-mirip cintanya Rasulullah SAW pada umatnya. Belum pernah ketemu, tapi sudah didoakan keselamatan kita.
Niat yang bersih, agar memupuk keikhlasan untuk menerima.

Pada bab 2, memotivasi kita untuk senantiasa memperbaiki diri. Ya, kalau ingin dapat yang terbaik, kita juga harus lakukan yang terbaik. Di sini dipaparkan, bagaimana sih agar menjadi lelaki/ wanita idaman surga? Bukan hanya dari wanitanya, tapi seimbang juga dengan lelakinya. Nah, kita belum pernah ketemu, kok bisa tahu nanti berimbang untuk kita atau tidak? Tenang, alam semesta yang luasnya maha saja Allah yang atur, apalagi cuma urusan kita yang satu ini. Allah maha tahu yang terbaik.

Kalau pada bab 2, kita menggebu-gebu banget pingin nikah, karena sudah merasa siap dan mantap. Malah ada yang merasa langit nih dari ragam persiapannya. Sekarang di bab 3, Ikhtiar dalam penantian, merupakan bagian penuh kesabaran. Itulah kehidupan memang, kadang lelakinya siap, wanitanya belum. Begitupun terjadi sebaliknya. Giliran calon mantennya siap, calon mertuanya belum cocok. Kendala begini akan banyak muncul. Kepiawaian mengelola emosi, akan diuji.
"Apakah dia jodohku?"
Maka pelajaran yang terpenting dalam hidup adalah penerimaan. Dan penerimaan harus dilandasi dengan keikhlasan.

Bagian terakhir, adalah ikhtiar membangun pernikahan. Banyak terjadi, kasih terjalin sekian lama, namun ikatan suci tak bertali. Yang ada hanya pedih hati, juga luka-luka karena tersakiti. Maka nasihat dari penulis buku ini tepat, bahwa mencintai seseorang cukup sekedarnya saja.

Hakikat dari pernikahan adalah menyempurnakan sesuatu yang belum sempurna. Karena menikah tidak selalu tentang kebahagiaan, akan banyak rintangan dan ujian yang dihadapi.

Banyak godaan yang muncul saat menjelang pernikahan, jangan terlalu memaksakan pilihan kita. Karena bisa jadi ada yang lebih tepat menurut Allah. Kembali ingat bahwa tujuan kita menikah adalah membangun cinta hingga ke surga, kemudian menyiapkan generasi dengan cahaya ilmu dan iman, maka persiapannya bukan perihal sembarangan.

Bahasa yang dituliskan mengalir baik. Bahasannya pun runtut. Dilengkapi dengan hadist-hadist penguat. Topik yang diangkat juga merupakan permasalahan yang kebanyakan orang merasakan, sehingga dengan membaca buku ini setidaknya bisa membuka pikiran, dan menemukan solusi.

Masih ada kesalahan ketik di buku ini, tak banyak, hanya 3 kata. Selebihnya, insyaaAllah bagus.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung