Oleh: Desma H.
Untukmu, jiwa dan darah kami,
Wahai Al Aqsa tercipta.
Kami penuhi panggilanmu.
Pada jerit bebatu kecil di langit, langkah berlari yang patah, tak sanggup memenggal keberanian.
Wahai, negeri debu yang hambur,
Jiwa menyudahi pintu harapan,
Bukan lagi doa yang lesat,
Tapi ruh langsung kepada-Nya,
Disambut rombongan cahaya.
Apakah kau temukan?
Langit berdarah, melumuri bintang dengan pekik pada Tuhan.
Sedang senyum terjalin makin penuh sepanjang nyawa lekat di badan.
Tiada bersandar pada kerapuhan,
Karena sejatinya, setinggi gedung menjulang, dalam kejap mata dihujani mesiu.
Maka mendebulah bongkahan ruang-ruang kenangan,
Bersama Ayah, Ibu, Kakak, Adik,
yang damai berkawan cinta di surga
sana.
Hingga berlarilah tapak kurus lesat,
menyongsong peluru, dalam damai,
dibawanya janji sunyi,
tentang pintu berkawal bidadari.
Negeri debu,
negeri bunga, negeri pesakitan yang
dicoreng dengan airmata,
nyawa menari-nari,
terkubur raga.
Tiada.
23.07.2020. 22:29 WIB, Kamis. 3 Dzulhijah.
Berisi peristiwa yang terekam, dan tersajikan dalam sesingkat tulisan. Tak sempurna, karena ingatan miliki batasan. Maka pengikatnya adalah catatan.
Kamis, 23 Juli 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TERIMAKASIH TELAH SINGGAH
Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?
Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.
Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.
Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.
Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar