Oleh: Desma H.
Pandemi Corona menjadikan kita kaum kurungan. Berada dalam rumah, beraktivitas di rumah. Gerak jadi terbatas. Ruang online semakin merebak. Antara dimudahkan dan dipersulit. Dunia maya menyelimuti pandang. Info di jagad maya tersebar pesat, benar atau salah. Kita dibuat bingung. Suasana mencekam, dicengkeram takut.
Wajib menggunakan masker, menjadi hal yang sempat membuat geger. Masker medis yang menjadi anjuran teraman, menjadi langka dan mahal harga. Satu kotak bisa mencapai ratusan ribu. Masker sekali pakai per helai mencapai Rp. 20.000. Fenomena mengerikan. Sedangkan dalam satu hari, tentu tak cukup satu. Lebih miris bagi tenaga kesehatan. Di tengah perjuangan melawan virus, menghadapi pasien, eh... ada pula APD yang sulit didapat.
Kondisi rumpang ini ternyata menjadi peluang bisnis bagi kaum ekonomis. Ada yang menimbun masker medis, untuk dijual dengan harga tinggi. Ada juga yang jahil, dipasarkan online, ternyata masker yang dikirim adalah masker bekas. Kejahatan pun muncul di tengah keresahan dan kesempitan masyarakat.
Begitu pula yang pernah kualami di sekolah. Tetiba group wa ramai, seorang teman menawarkan masker medis dengan harga normal. Per kotak hanya Rp. 50.000. Pastilah langsung tergiur. Daftar para pemesan langsung dibuat. Tak hanya pesan satu kotak, bahkan ada yang pesan sampai 10 kotak. Harga murah, tentu memancing pembeli. Uniknya, ini juga membuka peluang bisnis. Akupun ikut serta membagikan info ke adikku yang bekerja di RS. Mereka pasti memerlukan masker. Benar saja, dalam hitungan detik, pemesanan bertambah.
Cek lagi stok ke teman yang share info. Tenaaang, masih banyak rupanya. Kecurigaan muncul kembali, tipuankah? Tapi info benar dari teman guru di sekolah. Beragam dugaan muncul, bisa saja ini si penimbun masker yang sudah taubat.
Sampai malam, daftar pesanan masker semakin banyak. Sudah mencapai ratusan kotak. Ada yang mau dipakai sendiri, dan lebih banyak tentu hendak dijual lagi. Ternyata, corona bisa bawa rezeki juga.
Hingga larut malam, akhirnya berita itu muncul. Iklan ke group wa lain masih disebar. Stok ada satu gudang, kebayang kan betapa tinggi tumpukannya.
Pesan wa yang mengejutkan, semua berkomentar: Astahhfirullah al adziim..
Kuperhatikan benar pesan gambar yang belum kuklik. Selain menyedot kuota, pesan gambar juga habiskan ruang di HP. Jadi yang penting-penting saja diunduh.
Benar, aku terkejut. Foto masker yang diiklankan, ternyata masker untuk boneka barbie. Rasanya, ingin marah, tapi lucu. Ya, pasrah dengan keadaan, kemudian luncurkan permintaan maaf, agar negara kembali aman. Kemudian, bagaimana nasib temanku yang menebar berita? Dia menderita tinjuan virtual bertubi dari seisi group.