Berisi peristiwa yang terekam, dan tersajikan dalam sesingkat tulisan. Tak sempurna, karena ingatan miliki batasan. Maka pengikatnya adalah catatan.
Senin, 24 Mei 2010
foto2
desma dan mba linda sangat berbakat jadi penculik. setelah letih syuting tadi, kami menculik fitri dari keluarganya. ini adalah bukti nyata. so, jangan main - main sama ke dua penculik ini. kami masih berkeliaran di bandar lampung.brrrrr....
Minggu, 23 Mei 2010
WISUDA FITRI TEMPO HARI
Jumat, 23 April 2010
Embun
(Beginilah Jalan Dakwah Mengajarkan kami: 118)
Kamis, 11 Maret 2010
Malam Letih, dan Daun Memulai Kata
Minggu, 07 Maret 2010
TOEFL?
Tes kemampuan berbahasa Inggris yang mencakup tiga bagian pokok ini sering menjadi ketakutan tersendiri bagi peserta tes. Listening comprehension, Structure, dan Reading comprehension bukanlah hal mudah untuk dipahami terutama bagi peserta yang memang kurang mahir berbahasa inggris, namun tidaklah juga sulit untuk dimengerti. Kita bisa mencobanya. Tentu saja, latihan dan latihan, belajar dan belajar, adalah solusi terbijaksana dan paling ampuh untuk melumpuhkan masalah “ tidak bisa”. Akan tetapi, untuk lebih memudahkan, alangkah baiknya bila kita juga perhatikan strategi dalam mengerjakan soal – soal TOEFL tersebut.
Dari setiap soal, selalu ada jawaban yang benar. Dan ingat, trik si pembuat soal, selalu menyisipkan satu atau lebih pengecoh jawaban untuk mengacaukan pilihan si penjawab soal ( peserta tes). Seperti soal PPKn, kita akan mudah menebak jawaban mana yang benar. Namun ada juga jawaban yang mirip, kemudian agak – agak benar, dan benar – benar salah. Kita harus berfikir ringkas dan tegas. Ringkas dalam mengabaikan jawaban yang salah, dan tegas dalam memutuskan, jawaban mana yang paling tepat. Sangat berbeda bila kita mengerjakan soal – soal matematika. Ketelitian kita dalam menghitung dan mengolah rumus menjadi senjata mutakhir untuk menemukan jawaban yang benar. Setelah kita temukan hasil yang pasti, maka takkan mungkin kita terkecoh dengan pilihan jawaban yang lain, bukan? Meskipun hanya selisih 0,5.
Begitu pula dengan TOEFL. Bahasa Inggris memiliki rumus – rumus dalam tata bahasanya. Jadi tak akan kita temukan, kalimat yang terjadi di masa lampau ( Past Tense) menggunakan keterangan waktu now ( sekarang). Tak akan kita temukan juga kalimat masa yang akan datang ( Future Tense), menyisipkan keterangan waktu yesterday ( kemarin). So, my suggestion is: be careful, be wise!
Don’t give up, and let’s see some strategies below.
Because
the key of me is myself
( kunci dari aku adalah diriku sendiri).
Listening Comprehension
Ada beberapa skil yang harus dicermati ketika mengerjakan bagian listening. Tentu ini menjadi kelemahan kita, karena kita tak biasa mendengar percakapan bahasa Inggris. Parahnya lagi, kita tidak mengerti artinya. Lebih fatal, terdengarnya mirip – mirip gitulah suaranya. Dan yang paling membahayakan, begitu mendengar sebuah kata yang kita kenal, dan rasa – rasanya sama dengan yang ada di lembar jawaban, langsung kita pilih jawaban itu. Sungguh, ini adalah kesalahan nomor satu, dan akan terus berlanjut menjadi kesalahan berikutnya, bila kita tak segera sadar. Semoga beberapa strategi berikut bisa memberi pencerahan dan penyadaran atas keteledoran kita selama ini. Ingat, tak sulit sebenarnya, asalkan kita mau belajar. Aplikasi strategi ini adalah proses belajar untuk ke depan yang lebih baik. Amiin…
Listening terdiri dari tiga bagian. Bagian A terdiri dari 30 percakapan pendek. Biasanya terjadi antara dua orang. Setelah percakapan tersebut, langsung diikuti dengan sebuah pertanyaan. Ada beberapa skil yang bisa digunakan untuk antisipasi soal – soal ini, antara lain:
1. Tidak perlu kita mendengarkan petunjuk menjawab soal dari tape recorder. Karena petunjuk biasanya sudah disampaikan oleh petugas pengawas tes TOEFL. Ini satu kemudahan, dan juga keuntungan bagi kita sebagai peserta tes. Jadi, manfaatkan waktu luang yang hanya 2 menit ini. Cobalah untuk menebak apa kira – kira percakapan yang akan diperdengarkan dengan melihat jawaban – jawabannya.
Contoh:
a. school
b. airport
c. hospital
d. pos office
Ini berarti jawabannya berhubungan dengan tempat, lokasi kejadian. Maka kita bisa fokus untuk mendengarkan percakapan. Apa saja yang disebutkan di sana, yang berhubungan dengan tempat – tempat pada lembar jawaban. Ingat, TOEFL bukan diperuntukkan pada anak TK atau SD. Jadi tak mungkin dalam percakapan disebutkan dengan gamblang lokasinya (school, misalnya kita dengar). Kalaupun disebutkan, berhati – hatilah! Ini jebakan.
2. Ketika mulai mendengarkan percakapan, fokuslah pada baris ke dua percakapan tersebut. Biasanya jawaban terterapada baris ke dua.
Contoh:
(man) I have always wanted to visit Hawaii with you.
Saya selalu ingin mengunjungi Hawaii bersamamu.
(woman) Why not next month?
Mengapa tidak bulan depan?
(narrator) What does the woman mean?
Apa maksud pernyataan wanita tadi?
Pada buku tes, jawaban yang tersedia adalah:
a. next mont isn’t a good time for the trip.
b. She doesn’t want to go to Hawaii.
c. She suggests taking the trip next mont.
d. She’s currious about why he doesn’t want to go.
Jawabannya adalah C.(wanita itu menyarankan untuk bepergian bulan depan)
3. Ingatlah, bahwa jawaban yang benar biasanya merupakan pernyataan pengulangan dari baris ke dua percakapan itu. Pertanyaan akan diawali dari mudah ke tingkat yang lebih sulit. Jangan biarkan jawaban kita kosong, karena tak ada pengurangan nilai.
4. Jika tak bisa mendengar percakapan dengan lengkap, kita sebenarnya masih bisa menemukan jawabannya, dengan cara:
- Jika kita hanya mengerti sedikit kata – kata atau ide di baris ke dua, pilihlah jawaban yang mencakup pengulangan pernyataan dari kata – kata di baris ke dua.
- Jika tidak mengerti sama sekali kata – kata di baris ke dua, maka pilihlah jawaban yang bunyinya paling berbeda dengan apa yang kita dengar. Terkadang, kita terkecoh. - Malah memilih yang sama bunyi. Padahal ini jebakan.
- Jangan pernah memiliki jawaban yang kedengarannya sama seperti pada percakapan.
Strategi selanjutnya insya Allah akan dikemukakan kemudian.
Universitas Lampung, 2 Maret 2010. 15:01 WIB.
Sumber:
PREPARATION COURSE FOR THE TOEFL TEST. By. Deborah Phillips. Longman second edition. 1996.
Rabu, 17 Februari 2010
Air Mata adalah milik kita
Apakah, besok masih terluang untuk kita? Menceritakan gerak - gerak tadi, yang sempat kita candai bersama. Tak seakrab dulu, betapa mengirisnya. Kepingan, sudah menjadi sejarah, kawan. Tapi, nasi masih ada untuk disantap. Kerupuk udang khas masih berlabuh di pangkuan. renyahnya, segaring cinta yang terkelupas. Karena kering berkepanjangan tak terberantas.
Seperti itulah rasa yang kita jaga, indahnya berpaut duri. Luka jemari bila dipaksa. Sedang airmata, adalah milik kita malamnya.
(Tentang FLP di DKL, hari ini. 14 Februari 2010)
Senin, 15 Februari 2010
Dalam Catatan 5
Kita pernah mengenal dulu. Kembali dipertemukan di sempitnya waktu. Mengapa tak ada sedikit kata? Padahal ruang kita hanya itu -itu saja.
Langkah, sering bersua. Pada paping lelah, lorong - lorong temaram, tiang - tiang tangguh. Dan kita terkadang sempat terlalu dekat dalam jarak. Ketenanganmu bak telaga. Menyegarkan, menentramkan. Memandangmu selintas, aku hanya bisa diam. Sungguh engkau tipikal pendamai.
Kadang, resah kekosongan ini bertanya; Adakah selembut dirimu pengisinya?
Kampung baru, 14 februari 2010. 19:24 WIB
Minggu, 07 Februari 2010
Selembar Nafas
Langit, menyanyikan masa lalu. Di sana ada aku dan dirimu. Melonjak - lonjak dalam waktu. Di situ, di pelabuhan kecil suatu ketika. Telah kita titipkan cita. Telah kuambil kemarin itu. Kapan selanjutnya engkau, singgah dan meniru?
Kalau lembah sudah kita lalui, maka bukit kelanjutannya. Kita tak tahu, apa menghadang di depan. Lantas apa yang memberanikan diri untuk tetap berjalan? Keyakinan akan esok yang lebih baik.
Kepada:
Lenteraku yang mulai meredup, tetaplah menerangi, meski sinar itu hanya pendar - pendar. Gusar dimiliki. Pembayarnya adalah senyum keikhlasan. Percayalah, segala itu indah, pada waktunya.
Teman - temanku seperjuangan, di tahap ini sudah kulunasi. Pahitnya akan hilang, ketika kita tebarkan kemenangan. Semua ada masanya, tentu kita, berkesempatan meraih. Tetap bersemangat, sedih - sedih kita, luka - luka kita, doa - doa kita, ada di langit, pada catatan Tuhan.
Dalam Catatan3
Setelah ini, apalagi yang bisa kita banggakan?
Sungguh, aku hanya ingin tuntaskan lelah. Lihatlah bagaimana langit itu hendak menelan. Pada tengah malam, nadanya do do do, si si, mi mi. si mi, si mi, mi si, mi si, sol sol. Pekik jam getir, dalam rintih isak terbatas. Awan terasing, rembulan diabaikan. Hanya didekap separuh.
Sudah terlewati, kemarin. Kita datangi malam ini. Ketika melintasinya, kepada apa kita bisa berjanji, untuk temui esok pagi?
Setelah nafas ini, kemana lagi doa menjadi puisi? Kita, masihkah bisa? Untuk sekedar menjadi ada..
Sudah terencana sibuk - sibuknya kita. Meski malam sajikan sama, dengung angin tanpa rasa, kecuali dingin. Esok adalah letih yang liar. Mata kita bisa bicara, sedang kata tak lagi berguna.
Sabtu, 06 Februari 2010
dalam catatan 2
tiga sahabat muncul pada persinggahanku yang sejenak. cerita diurai - urai bersama kegelisahan, tawa, dan air mata. setelah beranjaknya kalian, di sudut pena, aku simpulkan. aku yakin saja, baik dirimu, dirinya, kita, dan tokoh - tokoh lain dalam drama ini adalah orang - orang cerdas. yang telah dipilih Allah. maka berperanlah semanis mungkin. karena lakon - lakon ini akan menjadi sejarah.
dan biarkan penyimaknya mengambil hikmah. maka berperanlah sebaik - baiknya. karena penilai akhirnya adalah Sang Kuasa. tersenyumlah, kita telah dewasa.
untuk sahabatku, yang tengah terbelenggu, akan kata yang sempat tempo hari kita anggap indah dan lucu.
(Lovia, Septri, Isnaila)
Selasa, 26 Januari 2010
Dalam Catatan
Beruntungnya menjadi manusia yang bisa menguasai dirinya sendiri. Terkadang terlintas dalam pikiran, ketika aku melintasi perpustakaan Unila, langkahku merdeka menuju jalan soekarno – hatta. Menungu balon udara bernama Rajawali melintas, dan aku bisa duduk nyaman sambil mengantuk, melewati jalanan aspal. Ke satu tujuan aku akan berhenti. Di sana tempat aku mungkin dinantikan untuk muncul. Bila tak sekarang, kapanlah lagi aku akan berada di dekat mereka. Hanya letih kupadatkan dalam kerapuhan ini. Aku pun rancu untuk kembali menerpa angin.
Sabtu, 2 Januari 2010
Langit berbisik. Betapa bahagia makhluk yang telah tahu kapan batasannya. Betapa tentram kerangka yang telah tahu kapan mereka usai. Betapa lunas penantian tanah pada raga yang menjadi bangkai. Sedang debar masih dimiliki, lakon tanda tanya pada cerita – cerita yang letih memilih wajah. Maka akhirnya, doa sangatlah segar untuk membayar gusar.
Masih belum usai tugas dipatri. Senyum telah mengembang. Tersiksa untuk sebuah bayang angan. Ada, di suatu ketika perlahan gulana bercampur dengan tawa. Saat itulah menjadi garing, tentang susah – susah yang telah terlewati. Bersama, teman – teman gigih, satu dekapan, satu tangisan, satu doa, semoga segera wisuda. Dan satu kata penantian. Terlandasi cinta.
Saat itu kita akan kalah, sayang. Dan sungguh – sungguh menerima kekalahan. Tentang pongah kita, ego kita, hebat kita. Lunglai, sedang skeleton tetap berusaha berdiri. Langkah sansai melamban. Usia kita menahun. Helai – helai renta bercahaya. Percayalah, kita telah kalah.
Maka, di hadapan kita adalah satu garis lurus. Pemmisah bumi dan langit. Di sana matahari timbul tenggelam. Tapi, bagi kita, setelah tenggelam itu, perlu waktu tak terdeteksi untuk bangkit lagi. Lintasi beberapa generasi. Dan Tuhan tetap menyajikan skenario rapi. Untuk dititi, keturunan – keturunan, dan keturunan lagi. Lantas, adakah setidaknya kekalahan kita, menjadi sejarah? Terlantun sebagai cerita – cerita di beberapa masa, atau terabaikan tanpa tersisa, gurat – gurat bekas kita menapak bersama.
Ahad, 10 Januari 2010
Ada beberapa rencana yang belum sempat dibawa pergi dari tahun lalu. Bertebaran menyesaki keping – keping sandaran. Sejenak angan dipertimbangkan. Maka sekenanya dilabuhkan fakta – fakta yang teremban. Deret – deret bisikan menjadi tenang. Dan begitulah suara angin sampai. Kita hanya bisa gemetar. 08:35WIB
Ada, ditarikannya puisi – puisi bersama awan. Begitu malam datang, ditemaninya lagi bulan – bulan yang pecah dengan rima – rima kata. Pada galaksi yang masih belum jelas entah apa. Diiringkannya bersama kelembutan sapa. Dan puisi – puisi menjadi mantra dalam cerita – ceritanya.
Kembali lagi, dalam sekelebat hitam. Muncul membawa api di ujung kuku. Terabaikan, para penanti. Sedang di titian itu ia hendak terjungkal. Ia kembali dalam nafas panjang. Panjang sekali. Maka dari sudut itulah ia duduk, mengulas kembali tariannya yang tak sampai padaku. Padahal hatinya sudah berteriak. Padahal pupilnya telah menjerit. Dan desah angin saja yang tiba, melalui pandangnya berkaca – kaca. Ia titipkan cinta yang tak tersambung realita. 11:15WIB
Mungkin untuk membahasakan cinta itu, aku terlalu kaku. Untuk membagi sayang itu, aku terlalu kikir. Untuk lepaskan resah, aku terlanjur gundah. Untuk labuhkan lelah, aku tersering marah. Dimana keselarasan hendak dihadirkan? Di ruang jantung telah sesak debar – debar. Di mana dapat kusisipkan, getar – getar yang mencuat; hingga tercipta isak – isak? Untuk menjadikan segala ini sendu, adalah mudah. Untuk mewujudkan segala ini cita, adalah niscaya. Untuk mengenyahkan sebab – sebabnya, adalah derita. Luka – luka ini,… hendak kuceritakan pada siapa baiknya?16:45WIB
Selasa, 12 Januari 2010
Renta – rentanya kita, menunda ingin raga, untuk sebuah jumpa. 07:00WIB
Senin, 18 Januari 2010
Letih dan lega itu, terkadang berkepanjangan juga. 22:30WIB
Suatu Ketika
Kapan kita menjadi sebegini mengerikan? Dilingkupi ketakutan akan kehilangan. Ngeri akan terbuang. Risau kelak terabaikan. Untuk telaga tanpa dasar, di sanalah hati yang tak terdeteksi.
Kemarin, aku masih sempat berbagi cerita kepadamu. Tentang malam- malam seram, yang aku tak kuasa ceritakan kecuali dengan kata – kata terbatas. Kau curi rangkaian diksi itu sebagai puisi. Saat koyak – koyaknya rasa, menjadi hambar. Pedih tak lagi terlilit, namun tentram juga hilang. Sepertinya aku menjadi bangkai, yang akan lebih busuk lagi esoknya bila tak segera dibinasakan. Itulah raga – raga kita yang lupa dimana mereka tengah berdiri. Tanpa uang sewa, tanpa ada perbaikan, yang pasti adalah penggerogotan dalam penghancuran. Namun hebatnya, kita masih bisa bangga.
Untuk cerita semalam, aku tak ingin berbagi denganmu. Aku rasa cukup kesimpulan. Bahwa kita sama – sama saja. Kau menanti kabar dariku, tapi aku tak mempedulikanmu. Bercerailah angin dengan hujan, sisanya adalah embun segar di pagi yang gusar.
13:55 WIB
Setidaknya kita belajar dewasa. Dengan getirnya hidup yang tengah kita hadapi, manakan mungkin kita tidak berpikir untuk mengatasinya. Tentu kita tak akan lagi kekanak – kanakan. Ujaran kita juga tak lagi sebatas olok – olok sampah. Jika kita hendak menghina, maka ucapan sindiran akan lebih menusuk. Andai bermaksud menegur, kata – kata konotasi lebih tajam untuk sampai ke hati. Sudahlah, pada intinya telinga tak lagi berfungsi. Selain membisu, jasad ini kian bobrok dalam deret kerentaan. Tuli, buta, tak hanya mata tapi juga hati. Hingga kita sama – sama buta langkah. Apa? Kau sudah bosan meniti nyawa? Sebenarnya kita hanya perlu istirahat sejenak. Melepaskan nafas – nafas gerah pada langit lengang. Kita hanya perlu kesejukan untuk menebas ruas – ruas penat. Setelah itu kita bisa muncul bersama raga baru yang sembuh dari sakit. Lebih segar, lebih tenang, lebih damai, tak terlihat retak – retak jiwa. Tak terpancar rapuh – rapuh pikiran. Karena kita telah dewasa. Di sana kita belajar segalanya, termasuk tentang kebijaksanaan yang perlahan sudah membukit dalam sanubari.
14:35WIB
TERIMAKASIH TELAH SINGGAH
Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.
Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.