Apakah
engkau punya pilihan?
Atau
kau miliki jaminan?
Menggenggam
Ramadhan bersamaku.
Mengaitkan
harap pada pertalian jiwa raga,
aku
adalah sosok yang akan terbuang.
Jika
bersedia, kemarilah.
Menuju
negeri senyaman syurga, katanya.
Tanpa
jerit dan airmata, juga katanya.
Pada
wajah murnimu, desing peluru melintasi pandang,
aku
penuh ketenangan membiarkan, tak bisa mendekap,
sedang
doa adalah kekuatan akhir, sungguh luka itu menancap.
Pilihanmu
adalah, hidup sejenak.
Mati
saat ini atau sesaat lagi.
Dalam
detik, itulah yang ditasbihkan.
Berhadapan
denganNya begitu dekat.
Apakah
engkau bersedia mundur?
Bukankah
kau punya cita - cita?
Oh,
engkau gemintang cerah pada catatan malaikat.
Namun
dalam suram yang menutupi, aku melupakan.
Betapa
mulia, detik - detik mendekati surga.
Sedangkan
ruhmu telah dinantikan bidadari.
Ada
kedamaian abadi bersama janjiNya.
Apakah
engkau punya pilihan?
Sambut
Ramadhan bersamaku.
Pada
kota nan padat kengerian.
Di
sini bayi menjadi bangkai,
kanak
- kanak diabaikan, kaum muda agungkan hura – hura,
para
renta kian lusuh di tepi jalan.
Butir
nasi harga menjulang.
Pepohon
masih hidup, sungai mengalir.
Tanah
subur, angin masih sejuk.
Embun
dapat kujamah.
Sampai
jumpa, di suatu ketika.
Kita
ceritakan:
Ramadahan
warna - warni nan terwariskan.
Bandarlampung,
19 Mei 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar