Oleh: Desma Hariyanti,
S. Pd.
Puisi adalah
karya yang memiliki lebih dari satu lapisan makna. Berbeda pembaca, berbeda
pula pemahamannya terhadap puisi tersebut. Oleh karena itu, ketika puisi sudah
dilempar ke tanah publik, maka menjadi hak pembaca sepenuhnya untuk menilai
sebuah puisi. Apakah diterima dengan baik dan menerima pujian, atau ditolak dan
mendapat umpatan? Puisi, seperti namanya, adalah misteri yang menarik untuk
diselidiki, kemudian dimengerti. Puisi, adalah hal paling jujur yang
terselubungi.
Puisi karya
Putri adalah puisi yang beragam, menunjukkan keluasan pandangan. Perempuan Manis, Fatamorgana Rindu, Tentang
Rinduku, Terbang dalam Angan, dan Detik-Detik Lirik merupakan perwakilan
dari sudut pandang Putri dalam melihat kehidupan. Perempuan manis menceritakan
tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang wanita. Tak harus cantik. Namun
yang terpenting adalah peran atau kebermanfaatan seorang wanita yang bahkan bisa mengubah dunia. Putri
sukses menggambarkan keluarbiasaan wanita ini dengan kata - katanya yang jelas.
kau berhasil mengubah peradaban, melalui
seuntai senyum yang menakjubkan. Perempuan manis, kau berhasil membuat orang
mengerti akan kecantikan sejati. Di sini hal yang paling penting telah
tersampaikan. Lantas bagaimana seorang bisa menjadi perempuan manis? Tentu
menjadi tugas perempuan itu sendiri untuk mempelajarinya.
Fatamorgana Rindu
menceritakan tentang kerisauan penulis dalam mengatasi kerinduannya. Hal yang
sangat biasa dirasakan oleh para perindu. Maka puisi seperti ini biasanya lebih
mudah untuk dimengerti para pembaca. Bgaimana rindu? Semua orang bisa memahami,
namun untuk menjabarkannya dengan kata - kata, Putri sudah cukup mewakili
kegelisahan kebanyakan orang tentang kerinduan. Pengulangan kata Duhai Kenangan sampai empat kali menjadi
titik tekan di sini. Meskipun sebenarnya dalam berpuisi pengulangan yang
terlalu sering bisa menjadikan puisi kurang padat. Cukup sampaikan sekali,
namun dapat dan tepat sasarannya. Hal ini juga ditemukan pada Perempuan Manis.
Pengulangan kata yang serupa hingga tiga kali.
Puisi ke tiga yang berjudul Tentang Rinduku
mengisahkan perihal perpisahan yang sebenarnya sangat tidak diinginkan. Ada
kejujuran sang penulis di sini. Tuhan,
aku tak ingin kehilangan, namun aku pun ingin mereka merajut masa depan. Ada
pertentangan yang menimbulkan gejolak dalam kalimat yang dituliskan menjelang
akhir bait. Rindu yang tersimpan tanpa
sempat terucapkan, adalah kepedihan akut yang penulis derita. Hingga
akhirnya dituliskan, karena tak sempat terucapkan. Sangat unik. Jika begini
keadaannya, tentu setiap orang bisa berpuisi, atau setidaknya pernah berpuisi. Ya,
ketika kerinduan itu menyergap.
na ketika seseorang terbang tinggi, sendiri. Yang dicemaskan lagi ketika terjatuh, dan hanya sendiri. Padahal seseorang tadi terbang hanya bertujuan untuk diperhatikan olehnya. Bersumber dari kekhawatiran itu, maka penulis memutuskan untuk terbang dalam angan saja. Ini adalah lapisan makna pertama dari puisi ini, ada lapisan kedua yang juga bisa kita nikmati dari Terbang dalam Angan. Bahwa dalam kehidupan ini, terlalu sering tujuan seorang mencapai cita adalah karena seseorang. Sehingga suatu ketika, meskipun cita telah tercapai, dan seorang tadi tiada merespon, akan menjadikan derita bagi si pemilik cita. Maka, alangkah baiknya dalam menentukan tujuan berlandaskan dengan niat yang tulus ikhlas, dan ditujukan kepada mencari ridho Tuhan. Dengan demikian tak ada kekecewaan setelahnya. Puisi ini lebih cenderung kepada curahan hati penulis. Sehingga apa yang hendak diceritakan lebih mudah dicerna. Namun, jika penulis lebih berani membuang kata- kata berulang, puisi akan jadi lebih kokoh.
Puisi ke lima adalah yang sangat menarik. Ada
olahan rima yang nyentrik. Diksi yang dipilihpun sudah beragam. Detik - Detik
Lirik mengisahkan tentang perasaan penulis yang cukup terusik dengan lirikan
seseorang. Namun dari pemilihan kata yang sederhana, kesan yang diterima
pembaca adalah ketenangan. Tatapmu
memecah belah sukmaku. Ini bukanlah perkara main – main tentu saja. Namun,
di baris akhir penulis memberikan kata - kata tangguhnya, ku tatap dirimu yang tak sempat berbalik. Meninggalkanku sendiri dalam
rindu yang berbisik. Rindu itu dibuatnya berbisik, bukan berteriak, atau
meronta. Seolah, penulis ingin sampaikan bahwa ia baik - baik saja dan tidak
seberapa kacau dengan perasaannya. Pada puisi ini Putri menyajikan berbeda. Ada
pilihan diksi yang memperhatikan rima. Selain itu pengulangan kata juga tak
terlalu banyak.
Sungguh luar biasa Putri meramu kata. Diksi yang
biasa dapat disusunnya dengan rapi, dengan bubuhan suasana, terciptalah puisi. Cukup
singkat dan pesannya telah tersampaikan. Itu adalah hal yang terpenting ketika
mengolah kata. Ada makna yang terkandung di dalamnya. Ada tujuan mulia yang
hendak disampaikan penulisnya. Sehingga, suatu karya akan tetap hidup dalam
masa apapun. Selagi kehidupan ini berjalan, kisah yang terjadi seperti ada
pengulangan. Maka yang terbaik adalah, selalu belajar dan memperbaiki diri.
Kemudian mengingatkan orang lain, agar tetap dalam kebaikan. Jika tak bisa
secara langsung, bisa menggunakan pena. Dengan demikian, kekuatan kata - kata
akan tersampaikan. Seperti itulah puisi mengambil peran.
Bandarlampung, 8 Juni 2017
Tulisan ini dimuat di Radar Lampung, Juli 2017
Kolom pembahasan Sastra Milik Siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar