Menulis adalah aktivitas yang sangat menyenangkan. Bagi
sebagian orang, hambatan untuk memulai satu tulisan biasanya terletak pada
menemukan ide. Namun untuk sebagian orang lagi, hal ini tak akan menjadi
masalah. Bisa jadi mengembangkan ide adalah hal yag paling sulit. Sebenarnya,
baik ide dan pengembangannya tentu saling terkait. Asalkan mau menambah
wawasan, maka ide - ide yang bertebaran di muka bumi ini, akan mudah ditangkap.
Asalkan sering latihan, maka kemampuan mengembangkan ide akan semakin baik.
Di ekskul kepenulisan yang saya bina, para siswi SMP IT
Permata Bunda Islamic Boarding School, Bandarlampung ini senantiasa dilatih
untuk menemukan ide, dan juga mengembangkannya. Ide yang sederhana, dan sangat
dekat. Untuk pertemuan kemarin, yang menjadi ide adalah es krim dan tahu isi.
Makanan yang ketika itu tengah mereka makan. Di sini akan saya tampilkan salah
satu dari tulisan mereka.
Es Krim yang Malang
Karya: Najwa Izza A. (Kelas 7 Cut Nyak Dien)
Halo semua! Namaku es krim Banana. Aku mempunyai teman yaitu
es krim vanila, es krim cokelat, dan es krim stroberi. Aku akan menceritakan
nasib temanku yang malang. Pada suatu hari, di dalam kulkas aku sedang bermain -
main dengan mereka. Selesai bermain, sesekali kami bercerita. Pada saat itu
salah satu dari kami menceritakan tentang kutukan, bahwa kalau kami keluar dari
kulkas selama satu jam, kami akan meleleh.
Tetapi, es krim cokelat tidak percaya dengan kutukan itu.
Setelah selesai bercerita, kami pun beristirahat, namun es krim cokelat tidak.
Dia terllihat sedang menunggu. Aku tidak tahu dia sedang menunggu apa. Dia
berada di depan pintu. Baru aku sadari ternyata ia menunggu untuk keluar dari
kulkas. Aku mencegatnya, tapi dia tetap memaksa keluar. Ia berkata,
“ Aku tidak mau, aku mau tetap keluar. Aku ingin melihat ada
apa sih di luar sana?”
Aku tetap mencegatnya. Tapi ia tetap memaksa. Dan tiba -
tiba saja di saat yang sama pintu kulkas terbuka. Seseorang mengambil es krim
cokelat. Aku berteriak dan mencoba menahan temanku. Tapi es krim cokelat tetap
dibawa oleh manusia keluar dari kulkas. Akhirnya temanku menghilang. Aku dan
temanku yang lain menangis sejadi - jadinya atas kejadian ini.
Menarik bukan, cerita di atas? Najwa mengambil sudut pandang
es krim. Tokoh utamanya adalah es krim cokelat. Saya sebenarnya juga penasaran,
bagaimana tangisnya si es krim banana? Ketika kita membaca cerita dari sudut
pandang manusia seperti ini: Saya membeli es krim di toko seberang, rasanya
enak. Murah pula. Besok saya mau beli lagi. Dari sini, sudah biasa.
Dan begitulah Najwa, ia berhasil menghadirkan imajinasinya
dalam kisah es krim. Meskipun imajinasi, ia tetap menyisipkan logika yang
pantas. Seperti, jika keluar dari dalam kulkas, maka es krim akan meleleh.
Secara realita, memang demikian, bukan? Najwa bijak sekali ketika hendak
mengeluarkan si es krim dari dalam kulkas. Ia gunakan tokoh tambahan yaitu
manusia. Mengapa Najwa tidak membuat es krim cokelat bisa membuka pintu kulkas
dengan sendirinya?
Dapat disimpulkan bahwa Najwa sudah sedemikian hati - hati
dalam memainkan ide cerita. Ia tak ingin ceritanya menjadi imajinasi melulu.
Najwa tetap berusaha menyesuaikan dengan kenyataan. Sehingga ketika para
pembaca menilik ceritanya, maka mereka juga akan menganggukkan kepala. Oh, ternyata
begitu. Es krim juga punya kisah, dan itu logis juga, meskipun tak seratus
persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar