Dengan Hari Keluarga Nasional Kita Bangun Karakter Bangsa
Melalui Keluarga yang Berketahanan
Lampung, 13 Juli 2017
Aku sengaja memakai judul di atas, agar tetap mengingatkanku
bahwa ini adalah kegiatan resmi. Hmm.. memang bagaimana kegiatan yang tidak
resmi? Jadi begini teman - teman, aku sangat menyukai menghadiri seminar atau
pelatihan. Biasanya tentang pendidikan dan kepenulisan. Edisi hari ini adalah
pengkhususan. Lihatlah judulny, agak berbeda dengan aliranku, bukan? Tepat sekali.
Mengapa akhirnya aku bisa terlibat di aktivitas ini?
Hal ini bermula ketika aku pulang kampung ke Padang. Adik sepupuku
yang bekerja di BkkbN, Dinil Fauzia namanya, mendapatkan tugas untuk ikut serta
kegiatan yang diadakan oleh BkkbN untuk peringatan Hari Keluarga Nasional. Sejujurnya,
aku kurang perhatian dengan agenda seperti ini. Jika terkait sastra atau DuPen
(Dunia Pendidikan) biasanya aku akan melincah ke sana. Tapi, ini adalah edisi
spesial. Niatku awalnya adalah berjumpa kembali dengan adik sepupukku. Dia juga
hendak ke Lampung Timur, untuk bertemu dengan keluarga besar di sana. Tentu aku
sudah menyiapkan eaktu dan juga beragam persiapan. Terkait transportasi dan
penyambutan lainnya. Maklum, adikku ini sudah puluhan tahun tak ke Lampung
Timur. Melewati saja yang sering. Ia tinggal di Sulawesi. Bertugas di sana.
Maka sampailah di hari yang ditentukan. Sungguh di luar
dugaan, Dinil tidak jadi ke Lampung. Karena ia sudah kebanyakan cuti ketika Idul
Fitri, maka tugas ke Lampung dialihkan ke rekan kerja yang lain. Baiklah, tidak
mengapa. Semoga kami masih bisa bersua di lain kesempatan. Aamiin… aku tetap
berangkat e Hotel Horison siang itu. Setelah mutar - mutar mengikuti jalur
angkot, tentu saja memakan waktu yang lama, sampai juga aku di sana.
Acara sudah dimulai. Pembicara sudah menyampaikan materi. Teman
- teman dari Tapis Blogger sudah memadati kursi. Mereka mulai berkesibukan. Memainkan
senjata ampuh, smart phone. Mereka diundang untuk menyemarakkan acara hari ini.
menebarkan informasi terkait kegiatan Harganas. Aku, terlibat di dalamnya. Sibuk
memotret, memposting, potret lagi, posting lagi. Kuota? Tak ada masalah. Difasilitasi
wifi yang lancar jaya dari Horison. Maka tak ada kendala teknis, Alhamdulillah…
Acara yang dihadiri 10 Club fotografi, 30 Pusat informasi
kesehatan Remaja, juga 50 orang dari komunitas blogger ini menjadi kesibukan
yang menggembirakan. Ada lomba tweetpic juga. Kau bisa bayangkan Teman, betapa
sibuknya peserta di sini. Mendengarkan pembicara, juga mengikuti kompetisi di
tempat. Sepertinya kami adalah makhluk luar biasa kala itu. Hasilnya tentu mencengangkan.
Informasi di dapat, juga kesempatan menjadi pemenang. Tapi ada satu hal yang
sungguh menohok ketika itu. Pemateri menyiarkan tentang kedekatan keluarga. Bahwa
hal yang terpenting adalah keluarga. Nilai dalam keluarga adalah yang tertinggi
dibanding gadged. Beliau Deputi KSPK, Ibu Ambar Rahayu, M. M., juga menegaskan
tentang perilaku beberapa peserta yang sejak tadi hanya sibuk memegang gadged. Sedikit
sekali interaksi dengan teman di sampingnya. Aku mendongak. Benar juga. Tapi,
kami dalam tugas, Bu. Ingin sampaikan demikian. Namun tak jadi masalah bagiku. Aku
hentikan menggunakan smart phone. Ingin fokus mendengarkan pemaparan beliau.
Intinya tentu saja, harus ada perencanaan dalam keluarga. Termasuk
dalam kelahiran bayi. Penekanannya adalah dua anak cukup. Agar pembiayaan untuk
menghidupi kebutuhan anak tercukupi. Oke, namanya juga pemaparan demikian,
disajikan pada banyak orang tentu ada yang pro dan kontra. Bagaimana denganmu? Aku
tergelitik dengan pernyataan temanku: iya, dua anak cukup. Dua anak laki - laki
dan dua anak perempuan. Hmm… bagus juga. Terus ada lagi: Dua anak awalnya,
selanjutnya terserah anda. Ini juga bagus. Bagaimana pendapat ini: Banyak anak,
banyak rezeki? Ada juga benarnya. Sebagai manusia yang selalu bergejolak, yang
paling penting adalah pendewasaan diri. Dengan dewasanya diri, tentu bijak pula
pemahaman. So, tak perlu mencemaskan perihal ini. Mereka sudah punya pengaturan
yang baik dalam keluarga masing - masing. Jika masih ada yang berantakan dalam
mengatur rumah tangga, maka sesungguhnya mereka belum dewasa.
#Harganas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar