Jumat, 19 September 2025

Jum'at Keramat





Oleh: Desma H.


Catatan itu kututup perlahan, lembaran yang sejak tadi kubiarkan terbuka tetap kosong. berangsur usai waktu berlalu. Detik begitu pasti meninggalkan kekagumanku pada langit. Kosong, berawan, tak kutemukan gemintang, setidaknya di bentang mega yang tak sanggup kupeluk.

Setiap perkemahan selalu memiliki cerita yang berbeda. Maka lengkaplah perjalananku seharian ini, bertengger di sekolah dengan kesibukan nan membuat wajah senyum sumringah. Para tenda bermunculan, menyambut maghrib yang sakral. Jum'at ini akan berbeda. Aku menandai dengan serangkaian doa di petikan waktu. Menyisakan harap yang mengangkasa, dititipkan kepada desau angin, sampailah ke hadapan sosok-sosok penabuh makna. Riuh pada jiwa, menderma senyum yang tiada padam, setidaknya dari sini terobati para penganut luka.

Perjalanan semakin terbentang panjang. Beberapa diksi tetap menyendiri di sudut ruang. Sebagian lagi sembunyi, dan tak bersedia kuculik sebagai koleksi. Puisiku menggerutu, di tengah kepingan lagu. Nada yang satu-satu, berai. 

Mereka tengah menyiapkan malam tanpa kantuk, meskipun mata telah menjerit untuk ditekuk. Ruang hampa yang telah mereka ciptakan, akan segera terisi dengan gumpalan rasa yang tak bisa dibaca mata. Namun di hati akan merencanakan kesan-kesan tersendiri untuk dikaikan dengan masa depan.

Mengukir sejarah esok dengan menapaki hari ini, kegembiraan yang menyamar dalam berat langkah. Juga takdir, yang membersamai jumpa, di setapak langkah beku. Akan tetapi, ramuan risau itu telah kehilangan pemiliknya. Pada waktu yang tercatat, pandangan tersesat, mungkin esok baru akan kutemukan warna lain dari penggalan cakra gama.



Bandar Lampung, 20 September 2025

00.07 WIB

Senin, 15 September 2025

Gemintang Sunyi di Balik Ambara




Oleh: Desma H.


Aku menemukan paras yang meramu senyum di balik rembulan penuh, malam kemarin. 

Bola mata sejuk menderma cahaya dalam pekat. 

Kau, menjelma gemintang dalam sunyi dan dingin. 

Aduhai, bagaimana bisa aku merelakan wajahmu diterpa angin? 

Kemudian hambur bak pepasir. 

Biar kupilih kembali butirannya, 

membentuk keping-keping untuk kusimpan di balik ambara.



Lampung Selatan, 16 September 2025

Minggu, 10 Agustus 2025

Kupeluk Bayanganmu yang Sepi

 



Oleh: Desma H.



Memeluk bayangan yang mendera, di teritis hujan yang mampir. Aku masih mendekap warnamu di sore itu. Apakah ada luka yang kau simpan di balik diam dan gemetar bibirmu? Izinkan aku menemukan sedikit airmata sebagai alasan, bahwa aku tetap layak untuk tetap tinggal. Jangan sembunyi di ketenangan parasmu, sedang hatimu gerimis mengantar langkahku.

Hari ini, adakah tercatat untuk kita kenang nanti? Meskipun kita tak pernah menjadi bagian yang saling peduli atau malah membiarkan.

Atau sekedar kata-kata beku, yang akan kita ceritakan suatu ketika.


Natar, Lampung Selatan, 10 Agustus 2025

Kamis, 07 Agustus 2025

Sepotong Rembulan yang Membawa Senyummu Pulang

 



Oleh: Desma H.


Pada selembar daun yang menceritakan tentangmu, perlahan kudengar lagi dari bisik malam yang sunyi. Sepotong rembulan dibawa berlari oleh awan-awan kelabu di langit yang jernih. Dari tatap, hanya bertemu di sudut. Bola matamu telah usang meramu rindu. Sedangkan pada catatan yang berlembar-lembar itu, ada airmata yang belum sempat kusingkap maknanya. Apakah engkau lelah mendamaikan paras yang rapuh? Kau akan temukan jiwanya retak-retak di tepian. Menanti oase yang hanya sebatas cerita. Kembali lagi kutemukan, di sudut. Rautmu nan menyimpan senyum, begitu sedikit. 

Aku,

mendapatimu duduk dalam simpuh yang berlanjut hingga subuh. Mengapa airmata itu terpenjara? Dalam genggaman yang tak ingin kau rentangkan. Dari sini, aku mendamba cerita yang masih kau sembunyikan, di balik senyum menawan. Aduhai, rahasia itu menjelma bintang-bintang di langit. Gemerlap, menculik lamunanku. Bahwa, pada waktu tersebut, bayanganku menurut, menjelajah metafora yang berebut manja, mendekap kerinduan di seteguk diksi yang kau hidangkan dalam secangkir puisi.



Lampung Selatan, 8 Agustus 2025

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung