Oleh: Desma H.
Alhamdulillah, akhir Oktober aku mendapatkan hadiah jalan-jalan. Judulnya adalah pendamping study tour sekolah. Kebetulan aku wali kelas 8 Dewi Sartika, maka amanah penting terhadap bangsa dan negara pun tersandang di pundakku. Daripada memikirkan tugas pendampingan yang seolah berat, kupilih membuat label yang menggembirakan di pikiran. Aku dapet rezeki dadakan. Jalan-jalan Bandung-Yogyakarta. Biaya anak-anak Rp. 2.000.000/ orang. So, anggap saja aku mendapatkannya secara cuma-cuma. Bukankah ini rezeki yang nggak bisa dihapuskan dari pandangan? Urusan capek mah... jangan dihitung-hitung. Nanti makin nggak sehat jiwa. Haha...
Persiapan demi persiapan dilakoni dengan ceria setiap saat. Bahkan sampai hampir bermalam di kantor. Menyiapkan snack guru, bahkan ikut terlibat di pencetakan buku panduan. Kalau keberangkatan sudah di depan mata, maka segala penanggungjawab akan bekerja serabutan. Semuanyaaaa... dikerjakan.
Akhirnya,
Aku sakit juga. Sebenarnya sudah agak kerasa kurang fit. Tapi tetap dipaksakan. Berharapnya badan bisa sembuh dengan tetap mengondisikan pikiran tetap bahagia. Ternyata, aku tak bisa. Aduhai, batuk pilek menjadi. Badan demam, sejak Jum'at. Maka di hari Sabtu aku tak lagi ke sekolah. Fokus istirahat. Bahkan packing baru 50%.
Malam harinya, demam tinggi. Aku langsung wa Waka. Kesiswaan bahwa kondisiku tak memungkinkan untuk berangkat. Dan meminta untuk digantikan saja. Karena, sakit dalam perjalanan pastilah akan merepotkan orang lain. Bukannya mendampingi siswa dan mengurusi mereka, malah aku yang diurusi nantinya. Kan, sungguh-sungguh terlalu diriku.
Namun jawaban waka. Kesiswaan sungguh di luar dugaan. Beliau tetap memintaku untuk istirahat. Tentu, harapannya aku bisa tetap berangkat. Baiklaaah, Sabtu full istirahat. Packing tak lagi disentuh. Urusan keberangkatan yang menyangkut banyak orang sudah beres. Tinggal persiapan pribadi saja. Benar-benar kuabaikan. Karena rasanya tak sanggup untuk lanjut. Sakitku kian menjadi. Pukul 03.00 WIB, puncaknya. Badanku menggigil. Di sana langsung ku wa Wakasis, bahwa benar-benar tak sanggup. Dan beliau memberi balasan yang membuatku tertohok:
"Wa'alaikumussalam.. miss Des..aku aja yg jd pendamping anak2.. tp aku msh berharap Allah kasih kesehatan di siang nanti utk dirimu 🥹."
Aku hanya berkemul dengan selimut tebal sebanyak 2 lapis. Badan panas tinggi. Namun dingin terasa di dalam. Usai tahajud, aku kembali terlelap. Dan di sanalah terjadi keajaiban. Dalam sujud Subuh. Seusai salam, tetiba dingin menghilang. Perlahan badan bertambah hangat. Hingga akhirnya aku bisa meluruskan badan. Dengan badan yang panas, masih memungkinkan untukku bergerak, ketimbang dingin menggigil. Sepertinya sehat. Wah, doa wakasis dahsyat juga. Maka kulanjutkan packing pagi Ahad. Dan kukirimkan WA ke wakasis. Mengabarkan bahwa aku bisa berangkat. Beliau senang. Akhirnya aku berangkat bersama rombongan dengan kondisi tubuh yang panas.
Ketika memasuki bus, badan berubah lagi. Kali ini dingin tiba-tiba. Alhamdulillah, posisi dudukku di belakang pojok. Tirai kubuka. Kubiarkan panas terik matahari mendekap. Berharapnya badan bisa semakin baik.
Perjalanan berlanjut. Batuk menjadi. Demam tak terkendali. Namun, badan tetap kuusahakan tegak. Mengurai senyum. Agar tak terlihat sakit. Sesampai di Yogyakarta, masuk ke hotel Cordela. Hanya berdiam di kamar, istirahat. Batukku semakin mengerikan. Berdahak, dengan warnanya kehijauan. Berarti batukku karena bakteri.
Minum beberapa obat. Dengan bersiap badanku bisa semakin sakit jika mengonsumsi obat kimia. Setelah sembuh dari Covid, aku tak lagi minum obat kimia, karena badan bisa semakin sakit, bahkan sampai tak bisa bangun dari tidur. Sungguh menakutkan.
Ketika ada rapat dengan tour, di hotel, aku memesan minuman yang bisa melerai demam. Wedang ronde, Wedang jahe, atau lainnya. Ternyata tidak ada. Hanya menyediakan Wedang Uwuh. Wah, apaan neh?
Setelah mendengar penjelasan sedikit tentang Wedang Uwuh aku langsung mengiyakan. Dari tampilannya Sungguh memesona. Sajiannya bagus dan menarik. Untuk rasa, MasyaaAllah... Langsung bikin merinding. Beragam rempah: kapulaga, kayu manis, irisan batang Secangkir, daun-daunan yang lain berkerumun jadi satu, diseduh dengan air panas, sehingga warnanya menjadi merah. Aku ingat air PK, yang biasa digunakan untuk membersihkan luka.
Wedang Uwuh tersaji cantik, ditemani gula batu. Kuseduh dengan tulus ikhlas, berharap sakitku mereda. Alhamdulillah, usai rapat bersama pihak tour, dan juga rapat SAKOSIT persiapan Kemnas. Dalam kondisi sakit harus muncul dengan semangat, menjadi MC dadakan pula. Sungguh mencengangkan. Akhirnya, bersambung rapat kemnas di kamar hotel. Perlahan badanku terasa hangat. Tepat pukul setengah 12 malam aku memutuskan untuk mandi. Setelah mandi, aku merasa sehat, barulah tidur.
Wedang Uwuh, Wedang sampah kalau kata orang Jawa, ternyata memberi dampak yang oke banget. Sebelum meninggalkan Yogyakarta, aku melihat bungkusan racikan Wedang Uwuh di toko oleh-oleh. Langsung kudekap 1 pak. Untuk kuminum bersama keluarga di rumah. Kali ini Wedang Uwuh benar-benar mengaitkanku kembali pada Yogyakarta. Kota yang selalu memadatkan rindu. Untuk kemudian dilerai-lerai di setiap pijakan kembali saat ke kota ini lagi.
Bandarlampung, 2 Desember 2022
Bandung-Yogyakarta, 31 Oktober-5 November 2022