Berisi peristiwa yang terekam, dan tersajikan dalam sesingkat tulisan. Tak sempurna, karena ingatan miliki batasan. Maka pengikatnya adalah catatan.
Selasa, 20 Agustus 2019
Terimakasih, Muridku!
Namanya Muhammad Rizki. Senin malam ia berkunjung ke tempat tinggalku di Bandarlampung. Asrama yang disediakan sekolah tempatku mengajar. Rizki hendak meminjam kamus Bahasa Inggris, dengn terjemahnya juga Bahasa Inggris. Perlu kujabarkan sedikit, bahwa Rizki adalah muridku angkatan The Rebels. M. Al Fatih. Dari jumlah 27 orang, satu telah berpulang Maret lalu. Itu adalah kesedihan kami bersama. Akupun sedih mendalam, namun ada bahagia juga, mengingat i telah hafal 30juz Al Quran. Ketenangan apalagi yang diharapkan? Bukankah sudah terjanjikan?
Berlanjut ke Rizki. Sekarang ia sudah menjadi mahasiswa di Fakultas Pertanian. Malam itu kami berjalan beriringan, ditemani oleh rekannya juga, muridku juga tentu saja, Habieb, namanya. kalau Habieb sekarang kuliah di Itera. satu hal yang membuatku tercengang dari kata0 kata Rizki:
"Ms. Desma harus lanjut S2. Jangan membuat saya sedih. Ms. Desma harus lanjut S2 di luar negeri. Ms. Desma bisa!"
Berkali-kali ia ucapkan demikian, sehingga membuat jiwaku berkobar.
"Ms. Desma harus janji, bakalan lanjut. Oke, kalau enggak, S2 nya di sini, tapi S3 nya harus di luar negeri. Ms. Des harus janji!"
"InsyaaAllah."
Jawabku, dengan dada gemuruh. Sembari ucapkan doa-doa, kabulkan doa ini ya Allah. Aamiin...
Terimakasih Rizki, untuk motivasi yang sangat berarti.
Bandarlampung, 21 Agustus 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TERIMAKASIH TELAH SINGGAH
Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?
Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.
Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.
Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.
Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar