JIKA ENGKAU MENGALAMI KESULITAN, MAKA SESUNGGUHNYA ITU JALAN
SURGAMU.
Sengaja kalimat pembuka kuhadirkan demikian, agar terbentang
di pemikiran, tentang dua hal yang berbeda: KESULITAN dan SURGA. Namun keduanya
begitu terkait. Ada catatan yang masih tertohok di benak. Serangkaian
pengetahuan yang luar biasa yang kudapatkan di pertemuan ketika itu. Agar tak
membias, kemudian terhapus, maka kutuliskan.
Akhir Desember tahun lalu aku berkesempatan mengikuti
Musyawarah Kerja Wilayah yang diselenggarakan oleh Jaringan Sekolah Islam
Terpadu (JSIT) Wilayah Lampung. Mendapat kepercayaan untuk terlibat di bidang
Humas. Satu bidangku berjumlah empat orang. Bu Indri, Pak Sumarman, Pak Ramzil,
dan aku. Sempat kucandai ketika bidang ini presentasi. Bisa dibilang tim
Keluarga Berencana, terdiri dari Bapak, Ibu, kakak, dan adik. Berbeda dengan
tim yang lain, jumlahnya banyak, bisa membentuk kesebelasan atau lainnya.
Tema dari Mukerwil yang diadakan di Hotel De Green, Bandarlampung
(25 sampai dengan 26 Desember 2017) adalah “Tingkatkan Soliditas Menuju Kerja
Berkualitas”. Dihadiri oleh Ketua Umum JSIT Indonesia, Mohammad Zahri, M. Pd.
Beliau adalah orang yang luar biasa. Materi padat yang beliau sampaikan
berjudul Menggerakkan SIT Menuju Efektif dan Bermutu Sehingga Berdaya Saing
Global. Berikut ringkas pemaparan dari beliau yang menurutku sangat penting
untuk diulas kembali. Dijadikan pengingat dan pembelajaran.
Guru adalah seorang da’i. Kita sudah punya deskripsi masing
- masing tentang da’i tentu saja. Dengan kebaikan akhlak, keilmuan, dan juga
peran; karena akan menjadi teladan, seorang dai bukanlah jabatan sembarangan.
Nah, sudahkah kita sebagai guru demikian? Sebagai gambaran, mari kita jawab
dengan penuh keikhlasan. Sudah berapa macam siroh yang kita baca? Adakah yang
sudah khatam membaca tafsir? Ada berapa banyak macam tafsir yang kita ketahui?
Hal ini seharusnya dikuasai, karena kita adalah dai. Kalau belum dipahami,
berarti sesungguhnya masih banyak utang kita terhadap Islam. Ada berapa
kumpulan hadist yang pernah dibaca? Ada berapa banyak buku di perpustakaan
pribadi kita? Bisa disimpulkan bahwa pijakan utama kita yang lemah. Ada
distorsi yang tidak terasa. Sebagai contoh, kita akan kebingungan jika ditanya
di tahun Hijriah ke berapa kita lahir. Jangan - jangan, ada juga yang tidak
hafal nama - nama bulan Hijriah.
Sungguh berat tugas seorang dai. Ya, sangat berat. Dan
begitulah guru. Mengapa berat, karena sesungguhnya menjadi guru adalah jalan
tercepat menuju Surga. Tidak mudah memang, karena surga diraih dengan
perjuangan. Yang kita hadapi bukan hanya satu generasi, tapi berkelanjutan ke
generasi berikutnya. Dari satu generasi akan terus mentransfer ilmu yang
diterima. Berkelanjutan, hingga sang guru nanti tiada. Tapi ingat, ini adalah
guru seorang da’i. Bukan guru yang sekedar menjadi “Tukang Ngajar”. Setelah
kerja minta bayaran. Tambah kerja, tambah lagi bayaran.
Untuk itu, kita harus melakukan lompatan. Hal yang beda dari
biasanya. Memerlukan energi yang lebih dari biasanya. Karena kita akan
melompat, melewati jalan yang harusnya kita lalui langkah demi langkah. Harus
diawali, dan harus berani. Apakah kita bisa kerjakan sendiri perubahan itu?
Bisa, tapi sebaiknya ada partner. Sehingga ada yang mengingatkan ketika di
tengah perjalanan nanti kita melemah. JANGAN PERNAH TAKUT UNTUK PUNYA IDE.
Berani, sangat penting. Jangan hanya: sudahlah, kemudian sudahlah. Tapi, ingat.
Kembali luruskan niat di awal. Tekadkan. Tanyakan: adakah kepentingan pribadi
dari langkah kita tadi? Jika tidak, berarti aman. Lanjutkan! BUTUH KEBERANIAN
UNTUK MELAKUKAN SESUATU.
Selagi belum ada lompatan, dari kondisi kita yang lalu –
lalu, maka kita akan terjebak di sana - sana lagi. Perubahan, bukanlah hal
ringan. Jika dikerjakan sendiri - sendiri, tidak akan jalan. Jangan merasa
paling sengsara. Jangan merasa paling banyak berkorban. Kalau kita bekerja
keras, dan terus bekerja keras, serta bertaqwa kepada Allah, inshaaAllah kita
bisa. Dan ini pekerjaan seorang dai, bukan seorang “Tukang”. Dari lompatan
tersebut, akan bermunculan prestasi - prestasi. Jika ingin berkualitas, mari
kembali ke awal. Lihat lagi niat. Perbaiki kembali kesiapan kita untuk
melangkah, agar tercipta lompatan.
HENTI SEJENAK TAK APA, JIKA DENGAN HENTI TADI, KITA BISA
MELAKUKAN LOMPATAN, YANG SEHARUSNYA JARAK ITU KITA LINTASI DENGAN BERJALAN.
Bandarlampung, Januari 2018
hik jadi ingat sama guru-guru ku dulu.. bahkan ada yang pernah nyaranin agar aku menggeluti dunia tulis menulis dan sastra saja karena sejak SMP sudah bagus basicnya tapi karena ego saya ambil jurusan teknik eh sekarang jadi blogger yang nulis juga...
BalasHapus