Selasa, 12 September 2017

Pelajari Puisi dari Menilai Puisi





Puisi adalah kegemaranku. Aku suka membaca puisi kemudian mencoba menelaah makna yang disembunyikan oleh penulisnya. Tidaklah terlalu sulit jika kata - kata yang digunakan adalah kata - kata yang biasa. Yang paling mengerutkan dahi adalah ketika harus mencoba mencari tahu kata yang lama namun jarang digunakan dalam percakapan keseharian. Tentu menilik konteksnya, dan juga memperhatikan kata - kata lain yang mendahului dan menyudahi. 

Suatu kehormatan ketika aku diminta ikut terlibat dalam penjurian naskah peserta lomba cipta puisi kemerdekaan yang diadakan oleh DPD PKS Bandarlampung. Dari 159 naskah yang masuk, aku harus mengumpulkannya dalam satu file. Memberikan nomor pada naskah, dan membuat salinan pada form lain yang berisi nomor naskah, nama naskah, serta judul naskah. Usai menyatukan naskah keseluruhan, barulah kusebar kepada dua orang juri yang lain. Isbedy Stiawan ZS (sastrawan Lampung) dan Ninuk Endah Susanti (DPD PKS Bandarlampung, Bidang Seni dan Budaya) adalah dua partnerku dalam pejurian kali ini. wow, ini bukan lagi lomba internal yang sudah – sudah. Biasanya dalam penjurian aku mengambil langkah sederhana. Karena dalam waktu yang singkat, nama pemenang sudah harus dikumpulkan kepada panitia acara. Oh, ternyata untuk kali ini, hal tersebut tidaklah berlaku. Ini sudah skala nasional. Bisa dikatakan begitu. Terlebih, juri kali ini adalah orang yang sudah malang mellintang di dunia perpuisian. 

Maka tahap awal yang dilakukan adalah, membaca keseluruhan naskah. Aduhai, diperlukan waktu yang cukup lama untuk menuntaskah naskah sebanyak itu. Setiap juri harus menentukan nominasi. Nanti di hari yang ditentukan, nomminasi tersebutlah yg akan dipertimbangkan karyanya. Sungguh tak berlaku penilaian matematis yang selama ini sering kubuat untuk memberikan penilaian puisi di lomba - lomba tingkat sekolah. Ya, memang kondisinya berbeda. Aku hanya pilu saja ketika membayangkan ribuan naskah yang harus dibaca oleh juri. Sungguh, pekerjaan juri benar - benar memerlukan mata yang bagus.

Ditetapkanlah hari Rabu, 6 September 2017 sebagai rapat dewan juri. Tempatnya di Lamban Sastra Isbedy. Belum pernah ke sana sebelumnya, tapi dimudahkan dengan fasilitas gojek. Meskipun sempan nyasar, namun tak seberapa sulit untuk menemukannya. Kebetulan sekali letak Lamban sastra di tepi jalan. Pada Googe map juga sudah dilengkapi foto tampak muka. Cukup membantu. Para juri sudah berkumpul. Perbincangan langsung dimulai. Disuguhi secangkir kopi oleh Mba Fitri, istri Isbedy Stiawan, penjurian menjadi santai tapi serius. Rumit juga ketika di antara juri tak menemukan jagoan yang sama. Maka di sanalah naskah harus dikunyah kembali. Ada yang awalnya menganggap suatu puisi biasa, ternyata ketika dibaca lagi untuk ke sekian kali, malah menjadi berbeeda. Mirip juga dengan minum kopi. Alamak, jadi berbeda pembahasannya. Tapi memang begitulah.

Alhasil, pada sore terlalu lewat, menjelang maghrib, tersimpulkanlah para pemenang untuk lomba. Tiga saja, diraih oeh para puisi yang memang berbeda dibanding yang lain, yang banyak berupa pernyataan - pernyataan gelora semangat layak orang berpidato. Jadi belajar lagi tentang menulis puisi. Menambah ilmu baru dari penyair sohor tanah Lampung ini.

Bandarlampung, 12 September 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung