Sabtu cerah, para siswa kelas satu SDIT Permata Bunda 1 Bandarlampung sudah
bersiap melakukan kunjungan. Segala perbekalan sudah disiapkan dalam tas
gendong yang semakin gembung. Hari ini semua siswa dan para guru akan
mengunjungi Agro Wisata Naga Gempur. Berlokasi di Natar. Masuk gang SMP
Swadipa, sekitar lebih kurang 1 Km, kemudian belok kiri. Lama perjalanan hanya
sekitar 10 menit dari sekolah dengan mengendarai mobil. Biaya masuk setiap
orang Rp. 10.000. Tempat seperti apa Naga Gempur itu? Yang pasti ini adalah
tempat untuk belajar lebih dekat dengan alam sambil bergembira.
Seluruh siswa sudah berbaris di depan Wisma Gempur. Dipandu oleh para
trainer dan pak tani yang ramah, anak – anak menjadi nyaman. Para guru
mendampingi di belakang barisan siswa. Setelah berkenalan dan mendengarkan
arahan dari para pemandu, anak – anak menerima caping pak tani, untuk dikenakan
ketika beraktivitas nanti. Luas tanah pertanian di Naga Gempur sekitar lebih
kurang 5 hektar. Terdiri dari lahan persawahan, perkebunan, dan juga perikanan.
Di awal masuk gerbang tempat wisata ini, kita akan menemukan banyak sekali
pohon Naga. Daunnya seperti kaktus. Itulah sebabnya bernama Naga Gempur, karena
juga membudidayakan tanaman buah Naga.
Sebelum memulai kegiatan, anak – anak beristirahat di wisma gempur sejenak
untuk menikmati segelas teh hangat dan hidangan singkong goreng dengan wadahnya
daun jati yang telah disemat dengan batang lidi. Aroma kampung makin terasa.
Angin semilir, langit biru membentang terlihat jelas tanpa penghalang. Pohon –
pohon hijau menyejukkan mata. Terlebih lagi dinding Wisma Gempur yang masih
geribik anyaman bambu, menambahkan kesan sederhana dan alami. Setelah mengisi
perut, maka para petani cilik bersiap – siap untuk beraksi. Memakai caping pak
tani, selain melindungi dari panas terik, ternyata keren juga. Celana dilipat
sampai terlihat mata kaki. Sepatu dan kaos kaki ditanggalkan. Semua siap terjun
ke lahan pertanian.
Aktivitas pertama anak –anak adalah menanam jagung. Bagaimana cara menanam
jagung? Ternyata ada tahapan – tahapannya. Setelah tanah dipacul sehingga
bersih dari tumbuhan lain, maka tanah dilubangi dengan sebatang kayu yang
memang sudah sengaja dibuat untuk aktivitas ini. Ujungnya dibuat meruncing
seperti bambu runcing para pahlawan kita dulu, kemudian diberi bibit yang
memang sudah diberi pupuk. Dilanjutkan dengan menutup bagian tanah yang sudah
ditanami tadi. Anak – anak melakukannya dengan antusias. Mereka bersemangat dan
melaksanakan tugas bersama. Pembagian tugas pun dilaksanakan. Setelah semua
lahan selesai ditanami, tentu saja pak tani pemandu masih mendampingi,
aktivitas terakhir adalah menyirami tanah tadi. Anak – anak membawa penyiram
bersama – sama. Semuanya ingin ikut serta. Ternyata untuk mendapatkan satu buah
jagung yang bisa kita nikmati dalam aneka olahan, harus penuh perjuangan.
Berpanas – panasan, ketekunan menunggu hingga batang pohon membesar, sampai
akhirnya berbuah baru kemudian dipanen. Pak tani yang baik hati tetap memberi
pengarahan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami anak – anak.
Meskipun sudah berpanasan, mereka masih semangat. Keringat sudah
bercucuran, caping sesaat dilepas kemudian dikipas – kipaskan, petani cilik
tetap ceria dan tak kenal lelah. Kegiatan selanjutnya adalah memetik kangkung!
Lho, bukannya tadi menanam jagung? Mengapa panennya kangkung? Inilah agro
wisata Naga Gempur. Setelah bersusah – susah menanam, maka kegembiraan ketika
panen juga langsung dirasakan oleh anak – anak. Semuanya memetik kangkung
sesuai arahan pak tani. Subhanallah, para petani cilik mahir sekali memanen
kangkung.
Masih belum lelah! Matahari sudah sepenggalah naik. Sekitar pukul setengah
sepuluh. Anak – anak diajak ke sawah. Kali ini akan menanam padi. Tapi, tunggu
dulu. Sebelum ditanami, tanah arus dibajak. Istimewanya di tempat ini masih
menggunakan bajak tradisional, dengan tenaga manusia dan sapi. Kegembiraan tak
dapat ditutupi ketika mereka melihat sapi. Hewan yang salalu diminum setiap
pagi susunya, namun melihat aslinya mungkin hanya sebatas di televisi. Yang
lebih menggembirakan lagi adalah mereka berkesempatan menaiki bajak dan
berkeliling membajak sawah bersama dua ekor sapi. MasyaAllah, keceriaan yang
tak terbendung. Ada juga yang kena sabet ekor sapi, tapi tetap saja mereka
tertawa. Itu adalah pengalaman yang unik. Setiap anak mendapat kesempatan
menaiki bajak. Akhirnya, tibalah masa menanam padi. Celana dilipat sampai
lutut. Kaki tercebur ke tanah berlumpur. Mereka menanam padi dari depan terus mundur
ke belakang. Ada juga anak yang merasa jijik, namun itu hanya di awal saja.
Setelah selang beberapa menit, akhirnya terpengaruh juga dengan kegembiraan
anak – anak yang lain. Bahkan ada yang melempar lumpur, serasa bermain di
salju. Aduhai, anak – anak. Ada saja ide kreatifnya.
Tak henti sampai di situ, aktivitas berlanjut ke kolam sebelahnya.
Menangkap ikan! Kolam yang hanya sepinggang anak – anak itu langsung diserbu.
Awalnya ikan masih tampak, mereka bersorak begitu melihat ada kecipak air.
Mereka mengejar dan berusaha menangkap. Namun gerak ikan lebih lincah. Ada ikan
lele, gabus, dan ikan jenis lain di kolam itu. Karena semua anak – anak masuk
ke kolam, maka kejernihan air tersulap seketika menjadi keruh. Kolam ikan,
berubah menjadi kolam lumpur. Anak – anak sudah tak pedulikan kagi bagaimana
penampilan mereka, yang awalnya lucu dan imut berubah menjadi dekil bahkan
super dekil. Perjuangan masih berlanjut. Mereka bercita – cita membawa ikan
pulang untuk digoreng. Ada yang berhasil mendapatkan seekor ikan gabus, anak
itu menggenggamnya erat. Si ikan sudah sekarat. Cepat – cepat diletakkan di
ember yang sudah diisi air bersih, yang memang sudah disiapkan sejak tadi. Hal
ini makin menambah semangat yang lain untuk terus mencari.
Usai berenang – renang di lumpur, anak – anak membersihkan diri di kamar
mandi yang tersedia di tempat ini. Berganti pakaian yang bersih, wajah lucu dan
imut mereka kembali nampak. Menjelang dhuhur, anak – anak makan siang di
pondokan yang sudah disiapkan. Berlanjut sholat dhuhur berjamaah di wisma
gempur. Benar – benar pengalaman yang lain dari yang lain. Hampir semua anak
berencana kembali lagi ke Naga Gempur. Di perjalanan pulang cerita – cerita
seru pun bermunculan.
Alhamdulillah, perjalanan yang menyenangkan dan pengalaman tak terlupakan
bagi anak - anak. Oleh – oleh hari ini adalah seikat kangkung untuk bunda, dan
juga beberapa ekor ikan hasil tangkapan tangan sendiri. Dan ada lagi, yang akan
menambah senyum bunda makin rekah, pakaian kotor berlumpur! Tak apa, dengan begitu
anak – anak jadi banyak belajar.
22:33 wib
alhamdulillah, sudah diterbitkan dalam buku antologi bersama kisah perjalanan flp wilayah lampung. 17 KISAH PERJALANAN DARI LAMPUNG HINGGA CANBERRA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar