Kamis, 05 Januari 2017

Kejutan – Kejutan dari Tuhan



Aku mengajar di Sekolah Dasar Islam Terpadu, di kota Bandarlampung. Jarak dari kontrakan ke sekolah sekitar 2 Km. Setiap pagi kutempuh dengan berjalan kaki. Sebenarnya aku bisa saja naik angkot lewat jalan lain Namun setelah dipertimbangkan keefektifan waktu dan dana, maka aku memutuskan untuk berjalan kaki ke sekolah. Berangkat lebih pagi agar jalan bisa lebih santai, karena jalan yang kutempuh mendaki. Ngos – ngosan juga. Tapi, tetap semangat sembari olahraga.

Sekolah ini menampung anak – anak yang luar biasa. Dari yang sangat aktif, sedang – sedang saja, dan juga ada yang sangat sensitif. Sudah dua tahun aku diamanahkan mengajar kelas satu. Tahun ini, nyaris separuh kelas tidak bisa membaca. Bahkan ada dua orang yang huruf saja belum tahu. Padahal tuntutan indikator sudah tinggi. Anak – anak bukan lagi membaca suku kata, namun dalam latihan soal mereka sudah menggunakan kalimat. Tentu saja jalan yang ditempuh adalah membacakan soal dan mendiktekan huruf demi huruf ketika siswa hendak menjawab soal tersebut. Karena satu kelas ada dua orang guru, jadi aku sangat terbantu. 

Alhamdulillah, guru partnerku bisa diajak kerjasama. Bisa istirahat hanya ketika sedang sholat saja. Karena  pada jam istirahat anak – anak tetap harus dipantau. Pertengkaran sering terjadi hanya dalam hitungan detik. Hampir setiap hari terjadi siswa menangis, terkadang sampai pukul – pukulan dan menendang. Meskipun hanya karena hal sepele. Namun itulah dunia anak – anak, yang memang masih harus aku pelajari lagi. Tidak sengaja kesenggol dengan temannya, sudah menangis. Atau pernah juga ada siswa yang menangis terus karena tidak mau ditinggal ibunya. Ada juga yang langsung kabur pulang ke rumahnya karena tidak mau ditinggal ayahnya. 

Sangat unik memang. Belum lagi tuntutan orang tua siswa yang meminta agar anaknya mendapat perhatian khusus. Tentu saja hal ini akan sulit dilakukan, karena di kelas ada tiga puluh siswa, dan gurunya hanya dua. Jika ada wali murid yang menuntut demikian, maka akan ada siswa yang terabaikan. Pernah juga menghadapi wali murid yang tidak terima ketika anaknya menangis karena jatuh ketika jam bermain. Menyalahkan guru, yang tidak mengawasi. Aku berusaha tersenyum meskipun di hati sedih. Itulah keterbatasan raga ini, tidak bisa mengawasi satu per satu siswa, karena mereka juga bermain di tempat yang berbeda – beda. 

Keriuhan di kelas yang luar biasa, sehingga suara guru tak terdengar lagi. Sampai sakit leher ini berteriak, namun tetap saja kalah suara. Pernah adikku melihatku mengajar, ia menyarankan untuk pindah saja mengajar di sekolah lain. Namun itulah amanah. Toh di sini aku juga belajar. Bagaimana menghadapi anak – anak dengan bijak. Jujur, emosiku jadi lebih terkendali. Karena guru – guru di sekolah ini punya adab – adab yang luar biasa: tidak boleh marah, tidak berkata negatif, tidak main tangan. Selama ini kalau aku sudah terdesak, emosi dipuncak. Aku memilih diam. Atau tersenyum kemudian tertawa. Karena sesungguhnya mereka adalah anak –anak yang lucu. Pernah suatu hari aku begitu letih, sedangkan masih ada buku penghubung siswa yang harus diisi. Tiba – tiba saja seorang siswa, azky namanya berkata: “ Yang ikhlas ya, Bu.” Aku tersenyum, seolah teguran dari Allah. Aku harus sabar dan ikhlas. Terimakasih ya, Nak.

Semua itu berhikmah, walaupun berat perjuangan di sekolah tentu saja ada balasan dari Allah. Beberapa bulan yang lalu, adikku yang sudah bekerja di RS membelikan sepeda motor karena kasihan melihatku harus berjalan kaki sejauh itu ke sekolah, padahal aku belum bisa naik motor. Selama liburan aku belajar di rumah. Alhamdulillah bisa juga. Namun menjelang Ramadhan aku kecelakaan dan sampai sekarang aku belum memakai motor itu lagi, karena trauma. Ke sekolah kembali berjalan kaki. Tapi ada kejutan di menjelang akhir Ramadhan. Karena waktu sangat padat di sekolah, tak berkesempatan untuk mengobrol, maka ketika moment buka puasa bersama aku berbincang dengan seorang guru yang ternyata tempat tinggalnya dekat dengan tempat tinggalku. Tanpa disangka juga kampung asal kami berdekatan, meskipun sudah lain desa. Betapa mengharukan perbincangan ketika itu. Sampai hari ini, beliau selalu menjemputku jika hendak ke sekolah. Aku tidak lagi berjalan kaki sampai sesak napas ketika mendaki jalan.

Selain itu hafalan al Qur’anku senantiasa terpantau di sekolah ini. Otomatis ketika hafalan siswa bertambah, aku juga harus menyeimbangkan. Bagaimana seorang guru bisa memperbaiki bacaan siswa kalau ia sendiri belum hafal. Para guru selalu terjaga dari pergunjingan, karena jadwal mengajar yang padat. Setidaknya aku tak punya kesempatan untuk memulai obrolan, kecuali yang sangat penting. Jangankan menerima telepon, membaca dan membalas sms pun tidak bisa, kecuali di luar jam mengajar. Alhamdulillah. Untuk saat ini aku merasa nyaman. Dengan lingkungan yang seperti ini dan kewajiban yang juga jelas. Namun sesungguhnya bukan karena kenyamanan ini aku bertahan, bukankah jika tetap berada pada zona nyaman malah membuat  manusia terlena dan tak melakukan lonjakan – lonjakan dalam hidup? Aku bertahan, karena Tuhan selalu memberikan kejutan – kejutan. Sehingga kian meneguhkan langkahku ke depan. Tentu tak hanya terbatas di satu tempat untuk mencapai sebenar – benarnya tujuan.Ya Tuhan, sesungguhnya bebanku sangat berat, maka berikanlah aku pundak yang kuat untuk mengemban amanah ini.
***
Bandarlampung, 24 Oktober 2012

Alhamdulillah, terbit di tarbawi edisi november. Aku melihatnya, Sabtu, 3 november 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung