Being traveler, being writer
Penulis :
Gol A Gong
Penerbit : KPG ( Kepustakaan
Populer Gramedia) Jakarta.
Cetakan kedua, September 2012
xiv + 103 halaman. ; 14 cm x 21 cm
ISBN : 978-979-91-0434-2
Melakukan perjalanan akan membuat kita lebih berwawasan.
Sama seperti membaca buku, seolah kita tengah membuka cakrawala. Hanya saja,
dengan melakukan perjalanan dapat langsung kita rasakan apa yang kita lihat,
apa yang kita pikirkan, dan juga apa yang kita inginkan. Kita bisa bergerak dan
juga berinteraksi. Tak hanya dengan alam, tapi juga dengan orang – orang di
sekitar yang terlibat langsung dengan perjalanan kita. Perjalanan atau mungkin
agar lebih ringan, kita menyebutnya dengan istilah: jalan – jalan, adalah hal
yang menyenangkan. Sengaja dipilih dalam rangka membuat jeda dari sekian banyak
kesibukan dan kejenuhan. Jalan – jalan sebenarnya lebih banyak bertujuan untuk
refreshing. Selain itu identik dengan pengeluaran khusus yang tak sedikit.
Namun pada buku ini Gol A Gong menyajikan sisi yang
berbeda. Menjadi traveler dan juga penulis. Karena sesungguhnya, selain menjadi
penikmat dari rekreasi, kita juga adalah sang reporter dan sang pelaku utama.
Tentu saja bisa memaparkan kepada siapapun. Sedangkan untuk menuliskannya,
setiap traveler juga bisa. TE – WE, memberikan langkah – langkah cemerlang bagi
seorang traveler yang juga ingin menjadi seorang writer ( penulis). Sehingga, budget
jalan – jalan kita bisa tertalangi dari honor menulis catatan perjalanan.
Gol A Gong merupakan traveler yang sudah menjelajah ke
berbagai tempat di dunia. Keliling indonesia, tentu saja. Ia menjadi penulis
perjalanan sejak tahun 1990. Secara garis besar Te – We telah merangkum hal -
hal yang perlu dipersiapkan untuk membuat catatan perjalanan dalam empat belas
bab. Diantaranya: Paspor, matras, peta, jaket, tenda, kompas, rucksack, jurnal,
lunch, dinner, SMS, email, inbox, dan reply. Uniknya, penjelasan yang
disampaikan tak hanya terkait bagaimana pentingnya keseluruhan hal tadi dalam aktivitas
perjalanan kita.
Pada bab 1 yang berjudul paspor dan bab 2 yang berjudul
matras, beliau lebih menonjolkan modal awal untuk menulis catatan perjalanan.
Tentu saja kita harus melakukan perjalanan. Ternyata, sebagai tahap awal kita
bisa mulai menuliskan catatan perjalaan dari tempat terdekat kita dulu, yaitu
daerah tempat tinggal. Dengan menggali informasi tentang potensi yang ada di daerah
sekitar kita, secara otomatis telah mempromosikan daerah kita kepada khalayak.
Pada bab ini, beliau lebih memotivasi kita untuk mulai melakukan perjalanan dan
memperhatikan, kemudian mencoba menuliskan.
Pada bab 3, 4, dan 5, penulis baru menjabarkan kelengkapan
peralatan yang diperlukan untuk memulai perjalanan. Termasuk di dalamnya riset
pustaka tentang tempat yang dituju, sleeping bag, ransel, jas hujan, dan tentu
saja kamera. Juga ajakan untuk lebih menggali potensi daerah terdekat kita
terlebih dulu. Kemudian mulai menuliskan dan mempublikasikan tulisan tersebut
melalui blog.
Kemudian di bab 6, 7, 8, dan 9, pembahasan mulai kepada aktivitas
menulisnya. Hal apa yang boleh dan tidak boleh ditulis dalam catatan
perjalanan. Termasuk jenis – jenis tulisan catatan perjalanan.yang ternyata
juga beragam. Bisa berbentuk catatan harian, sastra perjalanan, ulasan tentang
hotel, bahkan kuliner. Teknik menulis yang baik dan cara memasarkan tulisan ke
media, karena hampir setiap surat kabar memiliki kolom perjalanan. Bahkan kita bisa
juga membuat novel perjalanan.
Lima bab terakhir memaparkan betapa pentingnya tergabung
dalam komunitas backpacker, kemudian memanfaatkan informasi dari majalah travel
online sebagai referensi, ataupun untuk mendapatkan banyak tips perjalanan.
Gol A Gong lebih banyak menceritakan pengalamannya
sebagai seorang penulis catatan perjalanan. Bahasa yang mengalir layaknya
bercerita memudahkan kita untuk menerima pengetahuan baru ini. Selain itu,
contoh – contoh paragraf untuk memulai sebuah catatan juga ditampilkan.
Sehingga kita akan benar – benar mengetahui catatan perjalanan yang baik dan
tentu saja diinginkan media. Kalau sudah begini, kemanapun tujuan jalan – jalan
kita, tak perlu lagi mengkhawatrkan budget yang akan keluar. Karena perjalanan
kita secara tak langsung sudah dibiayai oleh media yang tengah menunggu
pemaparan cerita kita dalam bentuk tulisan.