Minggu, 01 Agustus 2021

Kisah Tukang dan Keluarga Kecil





Oleh: Desma H.


Sudah sepekan ini rumah Pak Ahmad berantakan, masih dalam proses renovasi. Genteng rumah pada bocor. Sempat mau ganti pakai atap baja yang lebih kekinian, tapi gagal, karena punya tetangga sempat diterbangin sama angin. Sedangkan Pak Ahmad belum bisa mengendalikan angin. Jangankan kendalikan angin ribut, mengendalikan sinyal saja masih belum bisa. Urusan kantor jadi terbengkalai saat sinyal acak-acakan. Tapi beliau sabar. Sangat pas dengan nama beliau, Ahmad Sabarudin. 


Sepekan pengerjaan renovasi rumah, berjalan lancar. Biaya sudah beres di awal, borongan. Hari ini tinggal pengecatan dinding. Maklum, musim virus yang lagi viral, Pak Ahmad tergoda iklan cat merk tertentu yang konon katanya anti virus juga. Maka, dipilihlah warna biru, agar suasana semakin seru. Pengerjaannya, diserahkan pada tukang yang bekerja.


Satu ember besar cat, disiapkan. Hari ini yang bekerja hanya 1 tukang. Karena 2 tukang lain mau istirahat. Pengecatan, bisa ditangani sendiri, rupanya.


Kebetulan hari Sabtu, kantor libur. Pak Ahmad ikut juga mengecat, agar cepat selesai. Ia tak tega melihat pak tukang hanya kerja sendiri.


"Terimakasih, Pak. Saya dibantuin."


Pak tukang bahagia, karena tuan rumah begitu ramah. Baik hati pula. 


"Tak apa, Pak. Sekalian gerak-gerak, olahraga ringan. Biar jauh penyakit."


Sahut Pak Ahmad, mulai menyapukan kuas. 


"Cat zaman sekarang bagus ya, Pak. Nggak ada baunya. Pasti ini cat mahal."


Mendengar pernyataan pak tukang, Pak Ahmad gemetaran.


* * * * *


Keesokan harinya, pak Ahmad sekeluarga mengunjungi klinik. Bukan hanya sholat yang berjamaah, swab berjamaah pun beliau lakukan. Apapun hasilnya, beliau harus siap menerima. Dilihatnya anak-anak, masih asyik bermain. Sedangkan sang istri makan es krim.


"Ayah, ini es udah kadaluarsa ya? Kok nggak manis?"


Pak Ahmad memegang keningnya. Terasa makin berat. Dicobanya tepis pikiran negatif.


"Yang manis itu kamu..iya kamu.."


Bisiknya pada sang istri.




#singpentinghepi



Lampung Timur, Juli 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung