Senin, 01 Maret 2021

KKN

 Oleh: Desma H.


Ini tentang perjalanan mahasiswa mengikuti KKN (Kuliah Kerja Nyata), yang nyatanya memang ga kuliah, di era pandemi. Serombongan mahasiswa dari kampus tertentu di kota datang ke kampungku. Jadi begini, Teman. Aku merantau ke kota untuk bekerja menjadi guru di sekolah luar negeri (swasta maksudnya), yang biasanya pulang kampung ketika menemui hari libur. Sehingga, pekan kemarin berkunjunglah aku ke rumah orang tuaku di kampung halaman. Nun jauh di sana, daerah Lampung bagian Timur.


Rupanya ada beberapa mahasiswa dari kampus XYZ, tengah KKN. Mengenakan almamater (pastilah bangga mereka itu, dengan jas almamaternya), mengajarkan matematika kepada serombongan anak-anak kecil. Jumlah yang diajar lebih sedikit dibanding yang mengajar. Wow, gambaran apa ini pada negeriku? Karena rumah ibuku berada pada kawasan pasar, terdiri atas warung-warung yang berdempetan, maka kelakuan para mahasiswa terlihat jelas.


Tak ada yang mencurigakan, semua berjalan dengan baik dan bermartabat. Mahasiswa emang kudu begitu, membawa nama baik kampus, bukan sembarang utusan tentunya. Mereka harus bartindak baik, hemat, cermat, dan bersahaja; jika tak ingin dapat bahaya. Haha!


"Wo, mau ikut belajar sama anak-anak?"

Pak Yeyet, yang berjualan bakso menyapa ibuku, nan asyik memerhatikan para mahasiswa. Wo adalah sapaan singkat dari Mak Tuo, serba ekspres manusia Indonesia membuat singkatan tersendiri. Ibuku masih mengamati kegiatan mengajar yang diadakan di teras rumah tetangga. Maklumlah anak ibuku ada yang jadi seorang guru, jadi tergerak juga untuk memperhatikan mereka. Mungkin begitu isi hati ibuku.

"Nggak lah. Satu tambah satu masih sama dengan dua juga. Kalau nanti satu tambah satu sama dengan tiga, baru saya mau belajar."

Jawab ibuku dengan santai. Kemudian meninggalkan kerumunan mahasiswa KKN dan para peserta didik dadakan, yang terdiri dari anak-anak kecil berumuran 5 sampai 8 tahun. Pak Yeyet tertawa, beliau masih setia mengamati kerumunan itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung