Kamis, 01 Oktober 2020

Tafsir Q. S. Ad-Dhuha

 


 

Oleh: Desma Hariyanti, S. Pd.

 

Mempelajari makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur'an,ibarat kita menelusuri aliran sungai jernih. Dengan pergolakan arusnyayang lirih, hingga suatu ketika mengantarkan kita pada bentang muara. Lautan luas, yang jika ditelusuri lagi, akan semakin dalam kita menemukan maknanya.

 

Al-Qur'an, dengan ribuan lapis maknanya, seperti menjadi misteri anggun yang selalu memancing untuk terus digali. Ayat-ayatnya adalah bahasa paling liris dengan ketajaman yang hakiki. Bahasa cinta dari Sang Maha untuk hamba-Nya yang selallu ingin mendekat. Begitupun dengan ayat-ayat dalam Q. S. Ad-Dhuha. Terdiri dari 11 ayat. Merupakan surat Makkiyah, surat ke 93. Memiliki arti waktu matahari sepenggalah naik. Bahasa cinta dari Allah SWT untuk kekasih-Nya, yang tengah dilanda kerisauan. Ketika itu wakyu tidak muncul dalam waktu yang lama. Rasulullah SAW merasa Allah meninggalkannya. Namun penantian beliau terjawab. Serangkaian 11 ayat ini, mendamaikan Rasulullah.


Kita akan jabarkan setiap ayatnya.

Demi waktu Dhuha (ketika matahari naik sepenggalah),

dan demi malam apabila telah sunyi.

 Ini adalah sumpah Allah dengan waktu Dhuha serat cahaya yang Dia ciptakan di dalamnya. Ini juga sumpah dengan waktu malam.

Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak(pula) membencimu.

dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu, wahai Muhammad, daripada negeri ini.

Negari akhirat itu lebih baik bagimu, wahai Muhammad, daripada negeri ini. Oleh karena itu Rasulullah SAW adalah orang yang paling zuhud terhadap dunia dan yang paling mencampakkan dunia. Rasulullah SAW bersabda, "Apa urusanku dengan dunia. Perumpamaan diriku dengan dunia adalah seperti penunggang yang bernaung di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkannya (H.R. At Tirmidzi). 

Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.

Di  negeri akhirat Allah akan memberi Nabi Muhammad SAW kenikmatan. Sampai Dia membuatnya ridha. Kenikmatan itu terkait dengan umatnya dan kemuliaan yang disediakan untuknya, termasuk kenikmatan yang diberikan padanya adalah sungai Al-Kautsar.

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu).

Hal itu karena ayahnya meninggal sementara beliau masih berupa janin di dalam perut ibunya. Kemudian ibunya, Aminah binti Wahb, meninggal sedang umur beliau enam tahun. Beliau kemudian diasuh oleh kakeknya, 'Abdul Muththallib. kakeknya ini meninggal sedang umur beliau delapan tahun. Setelah itu beliau diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, yang terus menerus melindungi dan menolongnya.

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan keecukupan.

Dulu kamu orang fakir yang mempunyai banyak tanggungan keluarga, lalu Allah membuatmu cukup dan tidak membutuhkan selain Dia. Dengan demikian Allah memadukan untuk Rasulullah SAW kedudukan fakir yang sabar dan orang kaya yang bersyukur. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda: Kaya bukanlah karena banyaknya harta benda. Tapi kaya adalah kaya jiwa.

 Beruntunglah orang yang telah masuk islam, diberi rezeki yang cukup, dibuat puas oleh Allah dengan apa yang Dia berikan kepadanya.


Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku seewenang-wenang.

Sebagaimana kamu dulu seorang yatim, lalu Allah melindungimu, maka janganlah engkau bersikap sewenang-wenang kepada anak yatim.janganlah kamu menghinanya, merendahkannya, dan menghardiknya. Tapi, berbuatlah baik kepadanya dan lembutlah kepadanya.

Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik(nya). 

janganlah kamu sewenang-wenang, sombong, suka berbuat keji dan kasar kepada orang-orang lemah di antara hamba-hamba Allah.

Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan syukur).

Sebagaimana kamu dulu fakir dan banyak tanggungan, lalu Allah membuatmu kaya, maka ceritakanlah nikmat Tuhanmu kepadamu. Apa yang datang padamu dari Allah, berupa nikmat, kemuliaan, dan kenabian, maka ceritakanlah, sebutlah, dan ajaklah mereka kepada kebaikan itu.

Saat ini Al-Qur'an ada di hadapan kita, maka ketika lembarannya terbuka, sesungguhnya semesta ini merupakan penjabaran dari ayat-ayat Al-Qur'an. Kita yang dibekali akal dan hati, memiliki kecerdasan untuk memetik hikmahnya. Dan 11 ayat ini juga ditujukan untuk kita. Bahwa sesungguhnya Allah senantiasa membersamai, memberikan kecukupan, namun kita juga harus mengasihi anak yatim, fakir miskin, dan orang yang kekurangan. Beragam kenikmatan dan karunia Allah itu hendaklah kita syukuri, maka Allah akan tambahkan lagi nikmat kepada kita. Akan tetapi jika kita kufur, sesungguhnya azab Allah sangat pedih. Semoga kita bisa memetik hikmah, dan melaksanakan dalam keseharian kita, sehingga Allah ridhoi langkah kita dalam tunaikan ibadah pada-Nya. Aamiin.

 

 

 

Sumber bacaan: Mudah Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 6. Maghfirah Pustaka.

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung