Oleh:
Desma Hariyanti
Sebagai seorang guru,
aku harus bisa menjadi teladan untuk para muridku. Tak hanya dari bersikap,
bertutur, tetapi tindakan juga harus diperhatikan. Untuk segala ini, diperlukan
fisik yang kuat. Raga yang sanggup bertahan dengan ragam keadaan. Mengajar
Bahasa Inggris di salah satu SMP di Bandarlampung menuntutku untuk selalu
tampil lincah dan penuh semangat. Maklumlah, pembelajaran berbahasa harus
mengombinasikan bermacam ekspresi. Kalau tidak menarik, bisa mengurangi
antusias para siswa.
Lelah dalam
beraktivitas tentu saja kurasakan. Namun, tidak menjadi permasalahan karena
raga sudah terbiasa dengan gerak yang teratur. Merutinkan senam, minimal satu
kali dalam sepekan, menjadikan tubuhku lebih rileks dalam beraktivitas. Tubuh
tidak mudah terserang penyakit, dan senantiasa sehat. Tentu saja makanan dan
minuman yang kukonsumsi juga harus yang baik. Aku senang dengan rutinitas ini.
Jika kuperhatikan komentar para guru dan karyawan di sekolah, kebanyakan dari
mereka malahan merasa sakit setelah gerak badan. Hal ini bisa terjadi, jika
gerak tidak dilakukan dengan kesungguhan. Alhasil, bukannya sehat, malah sakit.
Tentu hal sederhana ini juga harus diperhatikan. Dalam senam, gerak ringan
harus dilakukan dengan hitungan yang sesuai. Kemudian ada gerak yang
berlawanan, agar gerak tubuh menjadi seimbang.
Para siswa yang semula
bermalas – malasan, karena melihat gurunya semangat jadi tertular semangat
juga. Aku selalu memotivasi para siswa dan guru untuk bergerak ketika senam,
karena akan memberi manfaat untuk tubuh. Hal itulah yang kurasakan. Fisik lebih
kuat, dan tidak mudah sakit. Selain itu, ketika berolah raga, akan terasa lebih
gembira. Karena ada Hormon Endorfin yang dihasilkan saat berolah raga. Info ini
baru saja kuketahui, dan semakin memotivasiku untuk menggalakkan kegiatan senam
di sekolah.
Hal yang lebih
menggembirakan lagi, beberapa waktu lalu aku diutus oleh sekolah untuk menjadi
peserta Training For Trainer (TFT) Senam yang akan dilaksanakan pekan depan.
Usai mengikuti pelatihan ini, aku harus
menjadi instruktur untuk para guru dan siswa di sekolahku. Aku kian
bersemangat. Ternyata menjadi pelatih senam tak selalu menjadi kewajiban Guru
Penjaskes. Aku mendapat kepercayaan untuk mengisi kesempatan ini. Jadi semakin
percaya diri dengan rutinitas senam yang kulakukan.
Bandarlampung, 14 Oktober 2018
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba yang diadakan oleh @dream.co.id tahun 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar