Tepat di malam itu, aku melihat kembali deadline para lomba.
Biasanya aku memang menulis di sticknote, menempelnya di meja belajar. Agar
terlihat jelas, mana jadwal terdekat. Sungguh mengejutkan, ternyata malam itu
adalah hari terakhir pengumpulan naskah lomba cipta cerpen yang diadakan oleh
Perpusarsip kota Metro. Dalam waktu yang sedikit, akhirnya kumulai menulis
cerita. Tidak ada stok cerpenku yang sesuai dengan tema: tentang kota Metro.
Tentu aku harus menjelajah isi otak, untuk mengaitkan ide - ide, dan meramu
diksi agar menjadi cerita yang alami. Kebetulan aku memang bersekolah di
Kotagajah, Lampung Tengah. Sering melintasi kota Metro sebulan sekali, meskipun
hanya di terminal. Menurutku itu lumayan membantu.
Segera kupilih setting yang membuatku nyaman untuk
bercerita, masjid Taqwa. Tempat yang penuh kenangan. Masjid kokoh itu mengalami
pemugaran dan berganti dengan desain yang mewah. Lebih mirip masjid Aya Shofya
sekarang. Tapi memang lebih Indonesia bangunan yang dulu. Kutelusuri lagi
ingatanku tentang masjid Taqwa. Berhasil kutemukan. Aku akan memilih tema
pendidikan, yang kusisipkan di kota Metro. Di antaranya, tentu ada kisah lain
yang mengikuti. Sengaja kupilih nama Des, sebagai tokoh utama.
Jika kata
seorang muridku,
“ Ini Ms. Desma ya?”
Dan aku bisa menjawab dengan jawaban yang sangat baik. Des,
bisa Desma, Desi, Desna, Deska, dan lain - lain. Ini adalah kisah fiksi, maka
nama dalam tokoh, memang disesuaikan kehendak penulis. Sedangkan karakter dalam
cerita yang mungkin mirip - mirip seseorang, tentu bisa saja terjadi. Karena
memang dari orang - orang tersebutlah kisah ini terinspirasi. Bisa jadi, kamu.
Ya, kamu. Suatu ketika menjadi tokoh di ceritaku.
Maka, setelah selesai kisah tersebut. Mengedit tentu harus
dilakukan. Kemudian aku kirim ke alamat email yang tercantum. Tidak lupa folow
akun instagram Perpusarsip Kota Metro. Alhamdulillah, terkirim juga. Aku sangat
mensyukurinya. Bagiku, berhasil mengerjakan tugas untuk mengikuti lomba adalah
suatu prestasi. Urusan menang dan seterusnya, adalah rezeki dari Allah. Ibarat
menanam bunga. Yang penting sudah ditanam. Kemudian dirawat. Untuk tanaman
tersebut tumbuh, tentulah itu hadiah dari Allah, yang juga membahagiakan kita
para penanamnya. Sungguh, aku bahagia begitu rampung dengan cerpen tersebut.
Beberapa hari kemudian, tak sengaja aku membaca ig
Perpusarsip Metro. Ada namaku tertera di urutan paling atas. Sebagai juara satu
lomba cipta cerpen. Alhamdulillah.. bersyukur atas karunia yang Allah berikan.
Keesokan harinya panit amenghubungiku agar hadir ke metro untuk penerimaan
hadiah. Tapi, aku menyampaikan permohonan maaf, belum bisa hadir, karena aku
masih harus berangkat ke sekolah untuk menyelesaikan beberapa urusan. Selain
itu di siang harinya juga sudah ada acara lomba mewarnai yang diadakan oleh
Relawan Kemanusiaan Lampung, aku sebagai PJ nya. Ada kekhawatiran nanti malah
tidak keburu jika dari Metro.
Di hari Kamisnya, ketika menghadiri kegiatan Gerakan Lampung
Membaca bersama Najwa Shihab, panitia membawakan hadiahnya. Aku berterimakasih
kepada panitia yang sudah bersedia membawakan hadiah tersebut dan memberikannya
padaku. Hanya dapat selentingan acara di Kota Metro, bahwa penyerahan hadiah
diberikan langsung oleh Bapak Walikota. MasyaaAllah, bahagianya. Cukuplah
segala yang telah Allah berikan untukku. Meskipun belum bertemu Pak Walikota,
mudah - mudahan Allah memberikan kesempatan di lain waktu, InshaaAllah.
Bandarlampung, September 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar