Oleh: Desma H.
Warna yang dilukis terlanjur gelap. Sedikit cahaya memendar. Menaklukkan keraguan dan ketakutan. Dalam kebersamaan yang jernih, suara-suara menerjemahkan makna. Sejauh mana telapak tangan menggerus kenang? Di sana tubuh-tubuh tanpa keluh menghantam letih.
Pada akhirnya, kita kembali terjebak dalam satu teriakan yang tak pernah sampai. Untuk seterusnya, tetap menjadi bisikan yang terpenjara dalam lidah.
Namun, kutemukan binar yang lain dari parasmu di seberang sana. Gemerlap laut memukau. Aku tak ingin melepas pergi malam yang sejenak. Biar kuterjemahkan desau angin yang menghadirkan senyummu nan sedikit. Apakah beban-beban telah mematahkan impian yang kau ramu sekian lama? Ataukah airmata pernah menghapus kenangan indah, sehingga untuk hadirkan tawa begitu sulitnya?
Malam ini, biar kuculik senyummu yang sedikit. Kujaga dalam kenang di tepi ingatan. Kelak bila kurindu kata-katamu, bayangan ini yang akan kudekap.
Pada saat itu,
apakah masih ada, kita yang sama?
Pahawang, 1 Juli 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar