Berisi peristiwa yang terekam, dan tersajikan dalam sesingkat tulisan. Tak sempurna, karena ingatan miliki batasan. Maka pengikatnya adalah catatan.
Rabu, 29 April 2020
Membaca dari Hati, Menebar Kebaikan, dan Menginspirasi
Oleh: Desma H.
"Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan."
Al Alaq: 1.
Pesan cinta yang sangat terang sekali. Langsung meminta kita untuk membaca. Mengapa sedari awal Al Qur'an diturunkan ajakan ini yang diutarakan? Rahasia itupun terungkap, dan hanya setiap insan yang cermat, nan bisa menelusuri makna tersebut. Bahwa dengan membaca Al Qur'an menjadi damai jiwa. Ragam problematika, telah disajikan penyelesaiannya. Itulah Al Qur'an. Suci dan penuh misteri.
Setiap ayatnya, mengandung tujuh lapis makna, bahkan lebih. Setiap keadaan, menyisipkan makna. Dibawa kemanapun, ayat ini memberi pesan yang bervariasi. Pada akhirnya, ajakan membaca di sini bukan hanya pada Al Qur'an, tapi untuk semesta. Ketika Al Qur'an dibuka, maka seluruh hal yang menerima pancarannya menjadi objek unik yang layak untuk dipelajari. Layak untuk ditelaah maknanya. Layak untuk dibaca hikmahnya. Baik itu keadaan, peristiwa, musibah, kebahagiaan, bahkan setumpuk buku di meja.
Membaca buku akan mengurai ilmu. Tuhan akan pilihkan pada siapa pesan itu tersampaikan dengan baik. Itu sebab, ada masanya seorang pembaca buku merasa biasa saja usai menyelesaikan 500 halaman. Namun, ada yang langsung terkesan sejak lembar kedua terselesaikan. Hidayah hanya bagi orang-orang khusus. Tak jarang, setelah membaca, berubahlah sikap seseorang. Semula kasar, menjadi lembut bertutur. Awalnya lengah, tanpa tujuan; menjadi tangguh dan penuh perencanaan. Itulah, pancaran makna dari membaca. Bukan mustahil, peradaban dunia ini akan berubah karena membaca. Sehingga, bacaan yang baik harus terus ada.
Tak hanya bacaan yang baik, tapi juga cara membaca yang baik, harus dilestarikan. Membaca dari hati, akan membuka rongga pikiran untuk leluasa menerima. Pesan-pesan yang bertebaran akan mudah tersimpan. Hati yang lapang, senantiasa meluruhkan kesombongan diri. Sehingga, segala permaknaan yang didapat, akan selalu menjadi hal baru, yang bisa memicu jiwa untuk menyukuri ide yang baru diterima.
Proses membaca dari hati akan berkelanjutan. Hikmah yang diterima, akan ditebarkan. Karena kita pasti ingin orang lain ikut merasakan manfaatnya. Akhirnya, penularan semangatpun terjadi.
Tiba pada puncaknya, suatu bacaan perlu diperkaya. Tugas kitalah yang menjadi penumbuh ide-ide baru. Ragam inspirasi yang telah kita dapatkan, sudah sepatutnya ditabur kembali kepada semesta. Tunas-tunas hikmah baru, hidup dan berkembang. Sehingga kelak bertumbuh, dan berkelanjutan. Di tahap ini, kebaikan terus bermekaran, menjalar, dan menjangkiti setiap lini kehidupan.
Bukankah damai pada akhirnya? Semua diawali dari membaca. Dari hati, tulus mencerna pesan. Disampaikan kepada yang lainnya, kemudian menginspirasi dari ide-ide baru yang kita miliki.
"Jika Engkau belum menemukan buku yang ingin sekali Kau baca, maka sudah saatnya Kau tuliskan buku itu."
Semoga bermanfaat, semangat menebar kebaikan, dan menginspirasi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TERIMAKASIH TELAH SINGGAH
Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?
Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.
Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.
Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.
Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar