Tiga kota saksi sejarah kejayaan peradaban islam yang
terlupakan.
Penulis :
Churiya El – Khadiri
Penerbit :
Araska, Yogyakarta.
Jumlah halaman :
240
ISBN :
978-602-300-082-1
Setelah membaca buku ini ada beberapa hal yang benar -
benar menambah wawasan. Buku yang
ditulis dengan padat ini memaparkan penjelasan rinci namun ringkas. Memang
tidak disampaikan secara detail. Namun cukuplah sebagai galian lapis atas.
Untuk lebih mendalam, bisa dikaji khusus per bagiannya. Bisa disimpulkan bahwa
penulis berusaha merangkum namun tetap menyajikan poin - poin penting dalam
sejarah kejayaan peradaban Islam.
Proses masuknya Islam di Eropa pada tahun 711 masehi, pada
masa Daulah Umayyah melalui beberapa jalan, yaitu:
1.
Jalan Barat. Ini adalah rute perjalanan yang
dimulai dari Afrika Utara menuju Semenanjung Iberia.
2.
Jalan Tengah, dilakukan dari Tunisia melalui
Sisilia menuju Semenanjung Apenina.
3.
Jalan Timur, dari Byzantium terus sampai ke kota
Wina di Austria.
Sebelum Islam masuk di Cordoba, kondisi rakyat bisa
dikatakan sangat memprihatinkan. Masyarakat terbagi ke dalam kelompok -
kelompok berdasarkan status sosial kepemilikan harta. Bahkan penguasa pun tak
memiliki hak istimewa. Para pemuka agama tak mempedulikan masyarakat. Toleransi
beragama tidak berjalan dengan baik. Penganut agama Yahudi diperlakukan secara
tidak adil. Hingga sampai terjadi pertumpahan darah.
Kemudian Islam masuk di Cordoba, mengubah kondisi sosial
masyarakat. Hal ini diawali dengan penaklukan daerah demi daerah, Andalusia
kemudian Cordoba. Mengapa kaum muslimin bisa menaklukkan daerah ini? Karena
pasukan Islam yang kuat dan pemberani, juga kaum muslimin memiliki sikap
toleransi dan tolong menolong, sehingga penduduk Andalusia menyambut dengan
baik kehadiran Islam di wilayah tersebut.
Proses perkembangan Islam di Cordoba terbagi menjadi tiga
periode, yakni:
Periode pertama (711-755
masehi)
Pada masa ini pemerintahan Islam di Andalusia belum bisa
melakukan pembangunan. Masih terjadi konflik di daerah- daerah. Kondisi sosial
dan pemerintahan belum stabil.
Periode kedua
(755-912 masehi)
Pada masa ini sudah mulai melakukan pembangunan peradaban
dan kebudayaan. Sudah didirikan masjid - masjid. Dipimpin oleh beberapa
khalifah:
1.
Abd al-Rahman al-Dakhil (755-788 masehi)
2.
Hisyam ibnu Abdurrahman (788-796 masehi)
3.
Hakam ibn Hisyam (796-822 masehi)
4.
Abdur rahman Al-Ausat (822-852 masehi)
5.
Muhammad ibn Abdur rahman Al-Ausat (852-886
masehi)
6.
Munzir ibn Muhammad (886-888 masehi)
7.
Abdullah ibn Muhammad (888-912 masehi)
Periode ketiga (912-1013 masehi)
1.
Abd al-Rahman al-Nasir (912-961 masehi)
2.
Hakam II Al Musthanshir (961-976 masehi)
3.
Hisyam II Al Mu’ayyad (976-1009 masehi)
Kemudian perlahan Islam di Cordoba mengalami keruntuhan. Disebabkan
oleh beberapa faktor, di antaranya adalah: terjadinya pemberontakan dari
kalangan keluarga kerajaan sendiri, kacaunya sistem pengangkatan ke khalifahan.
Karena ketidakpuasan dan kecemburuan, serta ambisi untuk berkuasa, maka
pemberontakan sering muncul. Hingga akhirnya membentuk kerajaan - kerajaan
kecil. Terlalu fanatik atas kesukuan tertentu, bahkan konflik nasrani dan
islam.
Dari Cordoba, kita beranjak ke Konstantinopel. Hal ini diawali oleh
berita gembiar yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, tentang penaklukan
Konstantinopel.
“ Sesungguhnya kota
Konstantinopel pasti akan ditaklukkan oleh seseorang. Pemimpin yang
menaklukkannya adalah sebaik – baik pemimpin, dan pasukannya adalah sebaik -
baik pasukan. (HR. Ahmad bin Hanbal)
Dengan ini kaum muslimin semakin bersemangat. Penaklukan sudah dimulai
sejak masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan, namun belum juga berhasil.
Perluasan kerajaan terus dilakukan oleh kaum muslimin. Hingga akhirnya
Konstantinopel dapat ditaklukkan oleh Sultan Muhammad Al Fatih pada tanggal 20
Jumadil Awal 857 H/ 29 Mei 1453 masehi.
Sultan Muhammad Al Fatih (855 -
886 H/ 1451-1481 masehi)
Beliau dilahirkan pada 30 Maret 1432. Ayahnya adalah Sultan Murad 1 dan
ibunya bernama Huma Hatun, putri dari Abdullah dari Hum. Sultan Muhammad II
sangat disegani oleh rakyatnya. Beliau pemberani, cerdas, dan adil. Penaklukan
Konstantinopel memakan waktu yang cukup lama. Tentu dengan strategi yang luar
biasa, dan perencanaan yang matang. Sultan Muhammad II senantiasa membangkitkan
semangat juang pasukan nya dengan motiasi ruhiyah yang luar biasa. Beliau
selalu menekankan bahwa mereka adalah
tentara yang akan menaklukkan Konstantinopel. Mereka adalah sebaik - baiknya
tentara yang telah diceritakan dari generasi sebelumnya.
Tak hanya itu, Sultan Muhammad Al fatih adalah sosok yang menjadi
teladan bagi pasukannya. Menjadi imam sholat dalam peperangan. Beliau selalu
berkeyakinan bahwa Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Dan ini menjadi
pengokoh bagi pengikutnya. Kisah keteladanan sosok Al Fatih sangat unik. Perlu
waktu khusus untuk pembahasan beliau. Kisah yang mengharukan dan menumbuhkan
gelora juang. Pada buku ini juga diceritakan poin - poin pentingnya. Setelah
penaklukan pun, Muhammad Al Fatih tetaplah menjadi penguasa yang bijak. Beliau
tidak memaksakan bahwa seluruh penduduk Konstantinopel untuk langsung berislam,
beliau memberikan kebebasan beragama dengan jaminan keselamatan. Demikianlah
karakter beliau, sehingga Muhammad Al fatih begitu disegani. Beliau wafat
Kamis, 4 Rabiul Awal 886 H/ 3 Mei 1481 masehi.
Sultan Bayazid II (886-918 H/
1480-1512 Masehi)
Sultan Bayazid dilahirkan pada 3 Desember 1447 masehi dan wafat tanggal
26 mei 1512 masehi. Sultan Bayazid adalah anak tertua Sultan Muhammad Al fatih.
Beliau adalah sosok yang cerdas, menyukai sastra, pintar dalam hal syariat, dan
sangat menyukai ilmu astronomi. Sultan Bayazid mendapatkan julukan “ Yang Adil”,
karena menyeimbangkan perlindungan bagi budaya Barat dan juga Timur. Sangat
memperhatikan pembangunan sarana dan prasarana umum seperti maasjid, rumah
sakit, sekolah, pemandian umum, rumah untuk para tamu, dan jembatan.
Kekuasaannya menjadi rebutan saudara -saudara yang lain. Dari sinilah
konflik keluarga timbul. Sebelum beliau meninggal, kekuasaan kerajaan telah
diserahkan kepada putranya. Tak lama setelah penyerahan kekuasan itu, Sultan
Bayazid II meninggal dunia. Kekuasaan kerajaan dilanjutkan oleh putra beliau
yang bernama, Sultan Salim I.
Sultan Salim I (918-926 H/
1512-1520 masehi)
Sultan Salim lahir pada tanggal 22 September 1466 masehi. Sultan Salim
sangat tegas dan keras. Ia tak segan menyingkarkan lawan politikya, walaupun mereka
adalah saudara atau anak - anaknya sendiri. Beliau mendapatkan julukan “Yavuz”,
yang berarti kejam. Demi kelangsungan kekuasaann6ya, beliau membunuh saudara
serta beberapa anak kandungnya sendiri.
Pemerintahan Sultan Salim banyak sekali mengalami perubahan. Termasuk perluasan
wilayah ke Eropa pun dihentikan. Belliau memfokuskan ke Timur. Hal ini
dilakukan agar menyelamatkan wilayah Islam dari rongrongan bangsa Portugis dan
Spanyol. Selain tiu juga dimaksudkan
untuk membendung aliran Syiah di Anatolia dan Irak yang disponsori oleh Dinasti
Safawiyah dari Persia. Penyerangan yang
dilakukan ini menyebabkan bersatunya Suriah, Palestina, dan Mesir ke dalam
wilayah kesultanan Usmaniyah. Maka kota
suci Mekkah dan Madinah secara otomatis masuk ke dalam kekuasaannya. Sultan
Sallim I kemudian mengangkat dirinya sebagai Khadim ul Harimayn (pelayan dari
dua kota suci), yaitu Mekkah dan Madinah.
Kebijakan pemerintahan Sultan Salim I mengokohkan pertahanan umat
muslim. Berkembang dengan pesat dan lebih luas. Ini berpengaruh pada negara -
negara di Eropa. Kekuatan Eropa
khususnya Portugis menjadi hilang. Bersamaan dengan itu negara - negara di
Eropa mengalami kemunduran dan melemah. Kemudian berusaha bangkit dengan
melakukan gerakan Renaisans. Meskipun pemberontakan banyak muncul dari keluarga
kesultanan sendiri, namun tak menghilangkan kharisma beliau sebagai penguasa
yang berkompeten, hingga pemerintahannya berjalan aman dan sejahtera.
Untuk menghancurkan lawan, tidak perlu melakukan penyerangan. Cukup
dengan memperkuat diri kita, ketahanan kita, dan mengembangkan kemampuan kita,
mematangkan apa yang sudah dimiliki. Sehingga ini akan membuat musuh ketakutan
dan melemah.
Sultan Sulaiman Qanuni (927-974
H/ 1520-1566 masehi)
Sultan Sulaiman Qanuni lahir pada tanggal 6 November 1494 masehi di
Trazbun. Di daerah pantai Laut Hitam. Nama ibunya adalah Valide Sultan Aishe
Hafsa sultan atau Hafsa hatun Sultan, yang wafat tahun 1534 masehi. Sultan
Sulaiman dikenal sebagai pemberi hukum. Oleh sebab itu diberi gelar Al Qanuni.
Beliau adalah putra dari Sultan Salim I. sejak kecil Sultan Sulaiman sudah
dikirim ayahnya untuk belajar Sains, sejarah, sastra, teologi, dan taktik
militer di sekolah istana Topkap di Konstantinopel. Pada usia 17 tahun beliau
sudah menjabat sebagai gubernur Kaffa (Theodosia) dan Sarukhan (Manisa) setelah
sebelumnya menjabat sebentar di Edirne. Ketika ayahnya meninggal, maka beliau
kembali ke Konstantinopel dan mengambila kekuasaan sebagai sultan Usmaniyah ke
- 10.
Pada pemerintahannya banyak sekali pembangkangan yang dilakukan oleh
orang - orang di bawahnya. Gubernur, tokoh Syi’ah, bahkan di kemudian hari
sahabat kecilnyapun, Ibrahim Pasha menjadi musuh baginya. Namun beliau bisa
mengatasi permasalahan tersebut. Sultan Sulaiman melancarkan reformasi
legislatif yang berhubungan dengan masyarakat, pendidikan, perpajakan, dan
hukum kriminal. Pada ,asa pemerintahan Sultan Sulaiman, Utsmaniyah mencapai
masa keemasan dalam bidang artistik, sastra, dan arsitektur. Sultan Sulaiman
juga menguasai lima bahasa, yaitu bahasa Turki Utsmaniyah, Arab, Serbia, Chagatai
(dialek bahasa Turki dan berhubungan dengan Uighur), dan Persia. Penaklukan
wilayah Eropa tetap dilakukan, keberhasilan pun dicapai. Sultan Sulaiman menyusun undang - undang
dengan sangat hati - hati, agar tidak belanggar hukum dasar Islam.
Akhir kekuasan Sultan Sulaiman diawali dengan konflik dari keluarga
Sultan sendiri. Ambisi untuk memperebutkan kekuasaan terjadi pada anak -
anaknya. Diwarnai dengan pembunuhan untuk memperebutkan tahta. Pada akhirnya
pemerintahan selanjutnya dipimpin oleh Sultan Salim II.
Sultan Salim II (975-982 H/
1566-1573 masehi)
Sultan Salim II lahir pada 28 Mei 1524 masehi. Ia adalah sultan pertama
yang tidak tertarik pada urusan militer. Beliau menyerahkan urusan ini kepada
para menterinya. Jika bukan karena menterinya yang mumpuni, kemungkinan besar
pemerintahan Utsmani telah runtuh. Namun, pengaruh Turki Utsmani tetap
terangkaat di mata para musuhnya karena bantuan Muhammad Pasya, seorang
menteri.
Pemerintahan Sultan Salim mulai mengalami kemunduran setelah perang
Lepanto terjadi. Peperangan ini telah meruntuhkan kejayaan masa silam di bidang
militer khususnya kelautan. Banyak sekali kerugian yang dialami, banyak yang
menjadi tawanan, kapal - kapal tenggelam dan dirampas oleh musuh. Selain itu
pengaruh kejayaan Turki Utsmani menjadi pudar di hadapan para musuhnya.
Dikarenakan hal ini, pemerintah Utsmani tidak berpikir untuk melakukan
pembangunan masa keemassan mereka di lautan. Pemerintahan ini lebih fokus pada
penjagaan tempat - tempat suci kaum muslimin, kemudian laaut Merah dan Telluk
Arab sebagai sabuk pengaman bagi tempat - tempat suci tersebut. Tentu saja ini
menuntut penjagaan armada militer untuk membendung pasukan Portugis.
Sultan Salim II wafat pada 982 H/ 1574 masehi, dan ini adalah awal dari
keruntuhan Dinasti Turki Utsmani di Konstantinopel.
Ada beberapa hal yang menyebabkan kerajaan Utsmani mengalami
kemunduran, di antaranya adalah:
Wilayah kekuasaan yang sangat lluas, penduduk yang heterogen, kelemahan
para penguasa, adanya budaya pungutan liar, adanya pemberontakan para tentara,
merosotnya perekonomian, adanya stagnansi dalam lapangan ilmu dan teknologi.
Pada saat munculnya gerakan - gerakan revolusi dan melemahnya
kekhalifahan Islam, muncullah seorang tokoh Islam, Mustafa Kemal Attaturk. Pada
awalnya beliau setia kepada Turki Utsmani. Namun pendiriannya kemudian berubah.
Ia menganggap kerajaan Turki Utsmani tidak dapat lagi dipertahankan. Ia
mengembangkan paham nasionallisme Turki dan menginginkan diakhirinya kerajaan
Utsmani. Tanggal 29 Oktober 1923 Republik Turki diproklamasikan dan Attaturk
menjadi presiden pertama. Jabatan ini dipangkunya hingga akhir hayatnya.
Peradaban islam tetep berlanjut di Konstantinopel, kini bernama kota istanbul
di bawah pemerintahan Republik Turki.
Sedangkan di Vienna atau Wina, meskipun umat muslim pernah mengalami
kegagalan ketika hendak menaklukkan kota tersebut, peradaban islam tetap muncul
di sana. Undang - undang tahun 1867 menjamin kebebasan semua agama di kerajaan.
Hal ini memudahkan umat muslim untuk membangun masjid. Meskipun di kota ini
kaum muslimin minoritas, namun di tahun 1912 umat muslim dengan resmi
mendirikan komunitas Iman Islam di Austria. Pemerintah di sini sangat
menjunjung tinggi toleransi antar agama, sehingga Islam bisa berkembang dengan
baik di kota tersebut. Di tahun 2010 umat islam meningkat 6% dari seluruh
penduduk di Austria. Berkisar antara 500 ribu sampai dengan 600 ribu jiwa.
Dengan etnis terbesar adalah Turki (sekitar 110 ribu), Bosnia (85 ribu), Afgan
(31 ribu), Pakistan (8.b00), dan Serbia (3.000).
Bandarlampung, 6 Desember 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar