“ Terimakasih, Ms.
Ita. Miss Ita adalah orang yang selalu tersenyum sama saya.”
Dzika, siswa putra kelas 7, yang menuliskan kalimat tersebut
di selembar kertas. Ms. Ita tersenyum membacanya.
“ Ana memang senyum
sama siapa saja yang datang ke perpustakaan.”
Ucap Ms. Ita setelah membacanya. Beliau adalah
penanggungjawab perpustakaan dan guru Bahasa Inggris di sekolah tempat
kumengajar. Bukan tanpa alasan Dzika menuliskan kalimat itu. Ms. Ita berhasil
menjadi pembeda dalam kenangannya. Hingga ia tuangkan dalam kalimat yang jujur.
Meskipun sebenarnya, Dzika adalah sama dengan pengunjung perpustakaan lain yang
mendapatkan senyum tulus dari Ms. Ita. Atau bisa jadi, Ms. Ita juga menganggap
Dzika sama dengan yang lainnya. Namun bagi Dzika, Ms. Ita sudah mendapatkan
tempat khusus.
Wahai para teladan, tidakkah ingin suatu ketika nama kita
disebut atau diingat oleh mereka? Saat ia menceritakan ke teman, orang tua,
atau anak cucu kelak. Bukan sebatas disebut atau ditulis, namun bagaimana kita
diingat. Apakah karena: baik, buruk; karena senyuman, kata – kata, dan doa;
karena hukuman, omelan, perilaku, atau karena fisik. Oh, betapa banyaknya.
Sungguh kita punya catatan. Kelak, mereka akan menceritakan kembali apa yang
terekam. Sesaat akan tumbuh kerinduan. Sesuai dengan catatan tentang kita di
benak mereka.
Selamat mengukir kenangan di batas - batas ingatan anak
didik kita. Maka kita pula penentu jabatan: Apakah termasuk guru yang
dirindukan, atau sebaliknya.
Bandarlampung, 22 januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar