Segala yang berlalu begitu cepat, segala yang datang bagai
petir tanpa kilat, segala yang menusuk begitu dalam, hingga tak lagi luangan
untuk sekedar aku merasakan isak. Entahlah kepada apa tangis ini tumpah? Kepada
langit aku sisipkan kenyataan, karena enggan sudah untuk bertanya akan hal
retoris.
Sedikitpun airmata itu menjauh, tak untuk tangisku. Tak pula
untuk rasa haru yang masih belum jelas untuk alasan apa. Lengkapnya duka
menyelimuti, dan membuat lubang dalam di tengah bahagia yang terentang.
Bagaimana warnanya menyudut. Menghindari cerah yang
menandakan ada bahagia tengah kita rasakan. Tuhan, aku menunduk lagi di
hadapanMu. Entah bagaimana aku ceritakan satu per satu. Aku tak punya jeda kata
untuk mewakilkan risau.
Bisakah kita berdampingan, dan Kau mengerti kemudian
menentramkan hatiku?
Tanpa aku harus mengulangi lagi untuk menceritakannya.
Karena setiap teringat, maka luka itu kembali menyebar. Tuhanku, seperti rasa
cinta yang kujaga, dan perasaan lega yang menyeruak di saat resah, bahwa Kau
selalu ada. Aku pertahankan hidup ini untuk jumpaiMu dengan kebaikan. Aku
inginnya tanpa sesal.
05:24 wib