Berisi peristiwa yang terekam, dan tersajikan dalam sesingkat tulisan. Tak sempurna, karena ingatan miliki batasan. Maka pengikatnya adalah catatan.
Rabu, 21 September 2011
Hujan
Hujan, ia datang. Namun tak untuk kembali.
Gerimis, ia membungkus tangis, untuk kemudian disamarkan. Agar tak ada lara menyelinap, bahkan untuk sekejap.
Tangis, ia menjadi kesimpulan dari sebuah misteri yang belum berujung dan belum pula berpangkal.
Apa kau tahu, apa itu?
Itu adalah napasku.
Senin, 19 September 2011
Senin, 19 September 2011
Sepertinya, ketika itu.
18 september 2011
Kita mungkin punya kekhawatiran beragam. Sedang yang lain tidak. Kita bisa saja ingin menjaga, sedang yang lain merusak. Kita membangun, yang lain menghancurkan. Semua bertindak sesuai kehendak hati. Kita punya kebebasan yang berdiri sendiri, namun sebenarnya tak paham dimana tempat berdiri. Kita punya hati yang bisa sebagai pengendali, namun tak mampu memfungsikannya untuk memoles dengan bijak hati tersebut, agar dapat terkendali segala emosi. Sejak kapan emosi menjadi penguasa? Sejak ia mulai diagung – agungkan sebagai hak.
17:35 wib
Untuk Sebuah Esok 2
Kukecup sejenak cahaya redup sudut langit/
Ada engkau beranjak, dalam dekap yang tak sampai/
Memasung asa, para perindu/
Kemana setelah ini kau bingkiskan senyum?/
Sedang untukku, telah usai//
Rela mengenang/
Kedatanganmu, untuk masa setelahmu/
Sampai kau datang kembali/
Di suatu ketika//
Merayu, untuk tetap kuikuti/
Dan aku, entahlah menjadi apa.//
Bandarlampung, 20 agustus 2011
Dipublikasikan: @ radio: 101,1 FM, sajada edisi 20 agustus 2011
Langganan:
Postingan (Atom)
TERIMAKASIH TELAH SINGGAH
Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?
Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.
Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.
Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.
Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.