Kita hilangkan kantuk di dinginnya pagi. Untuk esok lusa, udara pegunungan akan menemani. Dedaunan mengucurkan hujan embun. Butiran alami yang jarang kita temukan, dalam sibuknya napas. Kita jumpai jalan berdebu, gedung - gedung tinggi, riuh anak - anak, kendaraan berasap, sampah; Aduhai, keseharian yang membuat letih untuk sekedar dibayangkan. Esok lusa, akan ditemui angin baru. Angin pegunungan yang lebih dingin. lebih menyesakkan napas, dan lebih berpotensi untuk memisahkan kita.
Wahai raga, apakah letih kita sudah mencapai level sama? tempo hari sepertinya, aku masih bisa bersantai, meskipun kulirik engkau sudah tertatih memekik hendak segera berhenti. aku hanya melengos, abaikan isak - isak. Ragaku yang kucinta, kalau kau henti, maka kita usai di dunia ini.
baiklah, kita lanjutkan melagukan esok lusa. Sebentar, kau tidak protes? bukankah lusa itu masih 48 jam lagi? kenapa harus disibukkan memikirkan perkara nomor sekian ini? bagaimana dengan saat ini?
Bandarlampung, Rabu: 23 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar