Sabtu, 03 Agustus 2024

Sebelum Pulang

 



Oleh: Desma H.


"Sering bener kamu pulang. Nggak ngekos aja?"

Ucap petugas tiket di terminal. Aku tersenyum, meskipun mengenakan masker.

"Kalau bisa pulang setiap Sabtu, kan lebih baik."

Jawabku. Beliau mengangguk, sembari mempersilahkan duduk.

Aku memilih kursi di sudut. Lebih luas, dan memang belum banyak yang menunggu. Di sisi kiriku, ada bangku kayu berukuran semester lebih. Ada muda mudi duduk tanpa jarak. Si wanita memakai jilbab. Pakaian yang dikenakan menunjukkan kampus tertentu, ya, tempatku mencari gelar S 1. Si pria begitu dekat ke wajah si wanita. Jemarinya tak lepas dari tangan wanita. Kuabaikan. 

'cetek, cetek'

Sekedar meyakinkan diri, ternyata benar si pria tengah memotong kuku si wanita dengan pemotong kuku kecil. Sembari berbincang tentang anggota keluarga mereka masing-masing. Hmm, apakah baru kenal? Kalau sudah kenal, tentu topik obrolannya bukan lagi hal itu.

"Iih, ga rata loh."

Ucap si wanita manja. Si pria kembali memotong kuku dengan tekun. Perbincangan masih berlanjut. Alamak, suara mereka beradu dengan mesin bus yang mulai dinyalakan. Kalau bisa fokus, tentunya akan kutuliskan juga apa obrolan mereka. Haha!

Gerakan semakin dekat, aduhai sepertinya aku tiada terlihat oleh mereka. Padahal di depanku masih ada seorang penumpang perempuan lagi. Ia lebih tidak peduli. Masih sibuk melihat-lihat hasil jepretan foto diri pada gawai yang ia genggam. Sendalnya besar, hijau muda. Jeans yang dipakai, berumbai pada bagian paling tepi. Kemudian ia makin asyik dengan aplikasi edit foto. Hendak mempercantik hasil foto dirinya. Berarti, ia sadar bahwa ia tidak cantik?

Kembali ke pasangan baru muda mudi tadi, kali ini ada peningkatan. Si pria mulai merangkul si wanita. Wajah mereka begitu dekat. 

Si pria berhasil mengutak-atik gawai si wanita, kemudian memberikannya.

"Huu, tengkyiu."

Asli, manja banget nadanya. Senyumku mengulum, kalau lebih lama duduk di sini, benar-benar mereka akan jadi satu cerpen. Biar kupillihkan nama untuk muda mudi ini. Hmm, Herman dan Wati. Boy dan Jeany? Atau Pur dan Ramini? Karena mereka akan ke Lampung Timur, dan daerah ini lumayan kampung banget.

Bus datang, aku naik. Pak sopir mengangkat barang-barang penumpang. Tetiba ia nyeletuk.

"Ish, kawin lagi dia orang itu!"

Aku melihat ke luar, ternyata si muda mudi tadi yang dikomentari. Hadeh... Ternyata si "Pur" (sebut saja begitu) hanya mengantar "Ramini" sampai terminal. Pur meninggalkan Ramini di bangku bus tepat di depanku. Ketika sendiri, ia tidaklah manja. 

Bus berjalan. Kisah Pur dan Ramini henti.



Terminal Rajabasa, 3 Agustus 2024.


TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung