Minggu, 05 April 2020

Menulis Fiksi


Oleh: Desma H.



" Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan."
(Al Alaq: 1)

" Bagaimanapun pembaca yang baik akan selalu menjadi pembelajar yang baik."
(Tendi Murti)

Sengaja saya tuliskan kalimat di atas sebagai pembuka. Agar lebih semangat membacanya. Semoga kita semua dalam keadaan sehat dan mendapatkan keberkahan dari Allah swt. Aamiin...

Siapapun bisa menulis, insyaaAllah. Tinggal mau dimulai kapan dan seperti apa. Jawaban yang terbaik, adalah sekarang alias saat ini juga. Tulisan yang seperti apa? Buatlah yang paling disukai, paling mudah, dan paling dekat.

Maka sangat hebat orang yang terbiasa menulis catatan harian, jurnal perencanaan, status, kata bijak, dan lain sebagainya. Tanpa disadari, kegiatan tersebut sudah menjadi wadah latihan menulis yang tanpa tekanan, tanpa aturan baku, pokoknya suka-suka deh, dan tentu saja menyenangkan.

Coba sebelum ke paragraf selanjutnya, ditulis dulu tujuan kita menulis untuk apa. Buat tulisan yang real. Tak usah disebutkan, jadikan itu rahasia yang hanya kita dan Allah saja yang tahu. Karena tidak semua orang mau tahu tentang kita loh. Tapi, kalau Allah, Tuhan semesta alam, pasti sangat perhatian.

Kalau sudah dituliskan, jaga baik-baik ya. Kelak yang akan membuktikan rahasia (tujuan) ini adalah kita dan Tuhan saja. Jadikan ini kekhususan kita dengan-Nya.

Bismillahirrohmanirrohiim.

Tulisan yang akan dibahas, kita fokuskan saja ke ranah fiksi. Fiksi berarti fiktif, atau rekayasa, bukan yang sebenarnya. Nah fokus ya, berarti yang namanya fiksi itu dibuat-buat. Tulisan yang sengaja dibuat, belum tentu ada nyatanya. Akan tetapi, bisa saja terjadi hal yang terjadi pada muka bumi mirip dengan cerita fiksi. Biasanya ada perbedaan tokoh, tempat, dan waktu. Lebih seringnya, cerita fiksi didasarkan pada kisah nyata. Terinspirasi dari peristiwa kehidupan. Kemudian dimodifikasi. Jadi deh, cerita fiksi.

Contohnya:
1. Puisi.
2. Cerita Pendek.
3. Novel.

Kita akan membahas 3 bagian ini saja ya. Fiksi itu luas, tapi fokus di sini dulu. Agar tak melebar. Karena mereka bertiga nih berteman akrab sejak kita SD. Bener nggak? Kan kita dari SD sering ketemu sama mereka bertiga. Di pelajaran Bahasa Indonesia.

Layaknya persahabatan, diantara mereka tentu ada perbedaan. Ya, benar sekali. Biasanya sering kita temui, Puisi cenderung singkat, padat, jelas. (Berarti sms dan iklan termasuk puisi dong?) Si cerpen, agak panjang dikit. Kalau novel nih sampai tebel banget, bisa ratusan halaman. Nggak cukup sampai situ, lanjut lagi ke buku 2, 3, dan seterusnya.

Mantaaap! Alhamdulillah, sampai sini sudah bisa terbedakan antara 3 sahabat ini ya. Tak usah dipikir ribet. Kita mau belajar nulis kok. Bukan debat tentang 3 hal ini. Nanti cari sendiri yang mendetail tentang mereka ya, biar marem. Gali sampai dalam. Mulai dari sejarahnya, kelahirannya, sepak terjangnya, sampai jumlah mereka sebanyak apa di muka bumi ini. Hehe...

Tapi, sebagai landasan, kita cerna perlahan yuk, satu per satu.

1. Puisi
🍁 terdiri dari 1 - 2 halaman.
🍁 pilihan diksi tertata (ada rima, citraan, majas)
🍁 ada pesan.

2. Cerpen
🐆 terdiri dari 4-6 halaman.
🐆 ada tema, penokohan, alur, latar.
🐆 konflik.
🐆 akhir cerita bervariasi.
🐆 ada pesan.

3. Novel
📚 minimal 60 - 100 halaman, maksimalnya ratusan dah. Satu rim juga bisa.
📚 lebih komplek dari cerpen.
📚 tokohnya banyak.
📚 konfliknya lebih dari satu.
📚 ada pesan.

Hal yang paling penting dari keseluruhan ini adalah PESAN. Apapun yang kita tuliskan, Teman, harus ada pesannya. Hikmah apa dari tulisan tersebut. Pembaca harus dapat sesuatu, setelah membaca tulisan kita. Jika pesan tersebut sampai, maka di sanalah keberhasilan kita.

Tidak pula langsung gamblang mengajak melakukan sesuatu kepada pembaca melalui cerpen kita. Seperti menggurui. Misalnya:
"Makanya pembaca, biar tidak kelaparan kita harus makan. Pilih makanan yang sehat."
Bahasa puisi, cerpen, dan novel tidaklah demikian. Itu sebab, iklan bukanlah puisi. Pengumuman singkat bukanlah puisi. Itu sebab juga kitab undang-undang yang tebal, bukanlah novel. Resep makanan bukanlah cerpen.

Ada bahasa yang cantik, dan hanya keluwesan penulisnya yang bisa lakukan itu. Meramu pesan tersirat atau tersurat, dengan melintasi diksi pilihan, menjadi puisi, cerpen, atau novel. Sehingga, saat tulisan kita usai dibaca, terketuklah hati pembaca, kemudian terbangunlah empati.

Maka, sering terjadi di muka bumi ini, orang menjadi berubah sikapnya usai membaca novel. Seorang merasa tersindir, setelah dibacakan puisi. Juga banyak orang jadi marah setelah membaca cerpen, seolah si penulis sedang mengungkap aibnya.

Nah, kembali ke tujuan awal kita menulis tadi, Teman. Yang sudah jadi rahasia kita sama Allah swt. Untuk apa? Karena efek dari tulisan kita ini bisa mengubah kehidupan seseorang. Bukan hal yang tak mungkin, kelak bisa mengubah peradaban.

Kalau belum ditulis juga, ayolah tulis sekarang tujuannya. Karena berawal dari niat, insyaaAllah jalan mana yang kita tempuh, nanti akan Tuhan tunjukkan.

Setidaknya, bekal sudah punya nih. Dalam perjalanannya, harus sering berlatih. Menulis, menulis, dan teruslah menulis. Puisi, cerpen, atau novel, jadikan mereka bertiga sebagai sarana untuk tebar kebaikan.


Semangat ya! Semoga sukses.



4 komentar:

  1. aku kok ngakak ya pas baca si puisi, cerpen dan novel ini sudah berteman akrab sejak SD :D

    salam kreatif mencipta karya fiksi

    BalasHapus
  2. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus
  3. Salam semangat kembali Bu Desma, semoga juga sukses selalu...

    BalasHapus

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung