Rabu, 30 November 2022

Janji

 Oleh: Desma H.



Telah tunai janji padamu, Ayahku. 




Anak kecilmu selesaikan tugasnya di sepuluh tahun mendekap gelar mahasiswa. Dulu kita antarkan di gerbang Unila, bergantung gelar calon dokter di lehernya. Kini, kita lepas ia di patahan lempeng yang benar-benar memautkan kembali hati nan patah dengan cita-citanya. Gelar perawat pun diikatkan pada tangannya yang rapuh.



Aduhai, Ayahnda. Betapa damai wajah Emak saat melangkah ke depan. Anak kecilmu kembali membawa kebanggaan untuk bidadari yang tegar itu. Digiringnya menuju sorak sorai peraih label mahasiswa terbaik pertama. Yaa... Robbana. Betapa air mata menjadi teman pelerai luka-luka. 



Ayahku, 

Kita antarkan di sana, kemudian kita sambut di tempat berbeda. Namun, tekad membaja telah dipancangkan. Dunia kesehatan menjadi pilihan baktinya. Lihat, betapa rasa bahagia terbungkus sempurna pada gumpalan senyum dan haru air mata. 




Bandarlampung, Wisuda Akper Baitul Hikmah dan Akper Bunda Delima 

Rabu, 30 November 2022

Rabu, 16 November 2022

Kutukan




Oleh: Desma H.



Setelah pertapaan agung beberapa hari di Gunung Hwa Quo, ilmu kanuragan pun bertambah. Hari ini masuk kelas Dewi Sartika, anak-anakku tidak lengkap. Ada beberapa yang sakit. Seperti biasa, aku bertanya kepada para siswa yang masuk. 

"Apakah mereka benar-benar sakit? Atau sakit pura-pura?"

Kemudian serangkaian jawaban muncul. Namun aku lebih senang menangkap jawaban dari gesture tubuh mereka. Kejujuran lebih terlihat. 

Lanjut mengajar di kelas 9 Raden Inten. Baru masuk, sudah disuguhi brand kelas. Beradab, Santun, Tawadhu. Keren banget. Kemudian aku dikejutkan dengan botol mineral kemasan 500 ml, yang berisi ikan hias. 

"Kenapa ada ikan di sini?" Kubertanya sedikit heran. 

"Itu Ridho, Miss." Seorang menjawab dengan jelas. 

"Oh, Ridho, apa yang terjadi?" Ucapku sembari menyapa ikan kecil berwarna putih dan orange keemasan itu. 

"Ridho jadi ikan, Miss." Suara-suara semakin riuh. 

Mataku menyergap seisi ruang kelas. Tak kutemukan Ridho di tempat ia biasa mangkal. Kali ini Dzaky yang duduk di sana. Aduhai, Ridho benar-benar raib. Kudekati meja guru lagi. 

"Ridho yang malang..." Ucapku seraya memegang botol kecil itu. Ridho yang kena kutuk begitu asyik berputar-putar di air. 

Kumulai pelajaran Bahasa Inggris. Melanjutkan listening activity dari buku New Frontiers. Masuk BAB 5, What's cooking? Tema makanan adalah bahasan menarik. Pas banget di hari Kamis. Semua lagi pada puasa. Bakalan kepingin dah, baru melihat gambar. Menggoda nian. 

Sound speaker besar sudah dibawa oleh kelas 9 Cut Meutia. Padahal mereka listeningnya masih jam terakhir. Alhasil, kelas 9 RI, memakai Simbadda. Sungguh memakan waktu, karena kabelnya juga sering bermasalah. Tak apa, kucoba saja. Meskipun mereka mulai menggelitik, menyampaikan usulan, "Tak usah belajar, istirahat saja." Aku tak tergiur. Haha...

Sesuai prediksi, speaker is in trouble. Maka kumanfaatkan waktu untuk cek kehadiran. Sembari memastikan wajah mereka tetap sama, tidak ada yang berubah karena trend oplas. Dimulai dari Farel, lanjut, lanjut, dan selanjutnya. Ada 2 orang yang sakit. Iqbal kemarin sakit, sudah masuk sekolah. Sampailah pada Ridho Tri Sya, aku suka memenggal nama ini. Menurutku lebih kece. Seperti berada di zaman kerajaan-kerajaan dulu. 

"Itu, Miss." Jawab seseorang, sembari menunjuk botol yang berisi ikan mungil. 

"Oh, berarti Ridho hadir ya?" Lanjutku memastikan. 

"Iya, Miss." Jawab mereka kompak. 

"Baiklaaaah... " Aku tak mendapatkan jawaban mengapa sosok ini menghilang dari kelas. Mungkin sebentar lagi, di saat waktu yang tepat. Aku akan menemukan jawabannya. Dalam hati sungguh bersyukur, ketika kubertanya, respon mereka tidak lagi:

"Kamu nanyeak?"



Batu Putuk, 18 November 2022


TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung