Minggu, 03 April 2011

Mata Air di Negeri Sakti


Kita hilangkan kantuk di dinginnya pagi. Untuk esok lusa, udara pegunungan akan menemani. Dedaunan mengucurkan hujan embun. Butiran alami yang jarang kita temukan, dalam sibuknya napas. Kita jumpai jalan berdebu, gedung - gedung tinggi, riuh anak - anak, kendaraan berasap, sampah; Aduhai, keseharian yang membuat letih untuk sekedar dibayangkan. Esok lusa, akan ditemui angin baru. Angin pegunungan yang lebih dingin. lebih menyesakkan napas, dan lebih berpotensi untuk memisahkan kita.

Wahai raga, apakah letih kita sudah mencapai level sama? tempo hari sepertinya, aku masih bisa bersantai, meskipun kulirik engkau sudah tertatih memekik hendak segera berhenti. aku hanya melengos, abaikan isak - isak. Ragaku yang kucinta, kalau kau henti, maka kita usai di dunia ini.

baiklah, kita lanjutkan melagukan esok lusa. Sebentar, kau tidak protes? bukankah lusa itu masih 48 jam lagi? kenapa harus disibukkan memikirkan perkara nomor sekian ini? bagaimana dengan saat ini?

Bandarlampung, Rabu: 23 Maret 2011

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung