Minggu, 24 Maret 2019

Warna Doa



pemantik luka,
pintamu membayang, pada nisan.
juang nan mengkristal,
berpendar pada semesta,
kemudian luruh.



bandarlampung, 24 Maret 2019

Pad Man




Pembalut wanita? Apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika mendengar kata ini di tahun 90 an?
Masih tabu masyarakat untuk membicarakannya. Bahkan ketika membeli ke warung pun harus ditutupi. Jika ada yang bertanya benda apakah itu? Jawaban yang makin membingungkan akan terlontar. Atau malah jawaban dengan kode kode rahasia. Seolah ini adalah urusan khusus yang hanya wanita saja yang boleh mengetahuinya. Kemudian apa yang terjadi jika di suatu hari perkara ini menjadi hal yang biasa terdengar dan dibicarakan? 


Padman, mengisahkan perjuangan seorang suami yang sangat manyayangi istrinya. Kebiasaan wanita di India adalah ketika masa datang bulan, maka wanita itu harus tidur di luar rumah, karena mereka dianggap kotor dan tidak suci. Menggunakan kain kotor untuk melapisi pakaian mereka ketika haid. Jika hal ini berlanjut, tentu akan membahayakan kesehatan wanita. Itulah yang ada dalam pikiran Laksmi. Ia memikirkan bagaimana ibunya, istri, dan juga saudara perempuannya. Harga pembalut sangatlah mahal. Ketika ia membelikan untuk sang istri, bukannya dipakai, malah dimarahi. Karena harganya sangat mahal. 


Hal ini membuat Laksmi berpikir keras. Bagaimana caranya agar ia bisa membuat pembalut, dengan harga yang murah. Film ini sangat menginspirasi. Perjuangan tentang seorang Laksmi yang begitu menyayangi istrinya. Bertahun  tahun ia lakukan percobaan. Gagal, coba lagi. Gagal, coba lagi. Karena ia bukanlah orang yang berpendidikan tinggi. Namun ia tetap berusaha, dengan menggunakan logika berpikirnya, akhirnya ia mencoba membuat penemuan baru. Mesin pembuat pembalut wanita. Ia bahkan mencobanya sendiri, karena istrinya tidak mau memakai pembalut buatannya. Hal yang sangat berani dan lucu untuk dilakukan. Tapi inilah bagian dari kesungguhan. Olokan dari masyarakat sekitar, tetap menjadikan langkahnya teguh. Bahkan hingga ia diusir dari desa. Ditinggalkan oleh istrinya, karena malu.


Perjuangan tetap berlanjut. Untuk melaksanakan misinya, ia meminjam uang dari beberapa orang. Bahkan saat mesin jadi, pembalut masih menjadi barang tabu untuk diperbincangkan. Saat ini adalah yang sangat mengharukan. Di sini takdir Tuhan memainkan janjiNya. Barang siapa yang bersungguh sungguh, akan berhasil. Dari puncak usaha Laksmi, di tengah keputusasaannya, peristiwa kebetulan yang sudah diatur Tuhan terjadi. Ada seorang wanita kaya (Pari) yang mencari pembalut, namun semua apotek tutup di desa itu. Kebetulan sekali teman wanita itu bertanya pada Laksmi. Dari sinilah titik keberhasilan mulai terlihat. Pembalut buatan Laksmi berhasil.


Pari sangat banyak membantu. Mulai dari memotivasi, sampai mengajaknya mengikuti lomba penemuan baru masyarakat India. Bertujuan mengejar hadiah untuk menbayar utang, Laksmi kecewa dengan keputusan akhir kekalahannya. Namun ternyata ia mendapatkan penghargaan langsung dari presiden, sebagai penemuan baru yang inovatif bagi masyarakat. Pari adalah orang yang berpendidikan. Ia sangat luwes memandang permasalahan ini. Uniknya, Pari senantiasa mendukung sampai akhir. Ia tidak berpikir jahat, untuk memanfaatkan Laksmi demi keuntungan pribadi. 


Pada akhirnya, keberhasilan laksmi dengan mesin pembuat pembalutnya tersohor. Selain ia berhasil dalam karya ciptanya, ia juga berhasil membantu para wanita di desanya untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.


Film yang sangat menginspirasi. Bagus ditonton, untuk menumbuhkan semangat baru dalam usaha mewujudkan cita.


Bandarlampung, 24 Maret 2019

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung