Sabtu, 19 Desember 2009

Belajar

hari ini seorang sahabat mengunjungiku. telah lepas dari tugasnya sebagai wali kelas di suatu sekolah. anak - anak libur, guru pun merasakan rentang waktu untuk sekedar berpanjang - panjang nafas. aih, memangnya seperti apa berpanjang nafas itu? yang pasti bukan seperti orang asma.

"minggu kemarin aku patah hati."
"memang kapan kau jadinya? telah patah hati?"
"desma, patah hati itu, ketika kita berharap, tapi ternyata yang diharapkan itu tak mungkin lagi."
"sakit, atau tertusuk mungkin bahasa lebih tepatnya?"
"ah, elu ini belum pernah ngerasain ya?"
diam saja aku.
"kata Bu Rosita(beliau dosen Bahasa Inggris mata kuliah Drama dan Literature), pembelajaran ada 2 hal. pembelajaran langsung dan tak langsung. kata beliau akan lebih baik bila kita merasakan dari pembelajaran tak langsung."
"maksudmu, aku akan lebih belajar bagaimana rasanya sakit hati itu dari ceritamu tentang sakit hati, daripada aku mengalaminya sendiri?"
"iya, tapi menurut gua, ...bla..bla..dst.."

bagaimana isi dialog itu aku sedikit lupa, hanya sebenarnya yang menusukku adalah:

"bu Rosita pernah bilang seperti itu? di kuliah apa ya?"
"desma, kemana aja lu waktu di kelas. tidur ya?"
"nggak lah, mungkin ingatanku yang terbatas. aku sudah lupa."

sebelumnya sahabatku ini juga pernah bercerita tentang pengalaman dosenku di kelas, dan aku lupa. satu kesadaranku, kemana saja aku selama ini? ternyata aku sudah cukup lama di sini. dan hari - hari yang lalu terlupa saja. kemana aku di 2005 -2007? aku berada di bundaran city dengan cerita yang sudah nyaris lupa pula.

Kamis, 03 Desember 2009

Di Bawah Garis Malam 2

Sempatkah raga ini hadir pada jeda yang terbuang?
Sedang kita telah menjelma jadi kunang – kunang.
Pada pekat, aroma dedaunan mencucurkan embun dari ujungnya,
Diterima tanah gembur tanpa bahasa.
Kecoklatan, tanah basah menyusupkan kesegaran
Setelah lama gersang berpesan.

Usai hari ini, kita akan menjalani hari dengan sayap.
Seperti yang dimiliki malaikat.
Dan dalam pekat tanpa bintang,
Kita membuyarkan resah penghuni di bawah pijakan manusia.
Serpihkan dulu, seuntai cahaya.
Kita akan hiasi malam – malam selanjutnya,
Dalam kodrat yang sebenarnya.

19 Oktober 2009

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung