Kamis, 21 April 2016

Sebrangi Selat Sunda




Ini kali ke sekian, kubentangkan langkah. Tiada tercemari hari. Berbeda dengan yang dikatakan. Tahukah engkau? Allah menciptakan keragaman agar kita mempelajari satu dengan lainnya. Perbedaan. Yang teristimewa adalah pembeda. Terkhususkan jua, pada nama - nama yang diciptakanNya.

Ada hamparan, penuh abu – abu dan biru. Sebagian melihat makin dekat, padahal telah sering. Sebagian menetap, padahal ingin beranjak. Sebagian, berkutat pada ayat – ayat. Ada juga yang menyimak lantunan biduan menceramahi pilar - pilar besi di tengah laut. Bersama lenggoknya dibaluri busana biasa. Bising musik berdebat dengan gertak gelombang pada badan kapal. Kemana engkau? Lantai berayun terasa. Dari sebaris ini, kutemukan keteguhan. Seperti aku dapatkan kembali namamu yang kulabuhkan di kalbu, tanpa pernah terganti.

Kartini

aku ikut menuliskan,
maka jadilah ia trend sehari saja.

Minggu, 03 April 2016

Aku Yakin, Ada Cinta di antara Kita




Seorang siswa, membelakangi saat kumengajar. Menghadap dinding kelas. Melipat kertas, membentuk pesawat dan menerbangkannya. Bahkan ia memasang headsheet saat aku menjelaskan. Ketika disapa, melengos, berlalu tanpa kata. Tidak sekali, dua kali, ia selalu demikian. Dalam kelas mencemooh, di luar kelas menjelek - jelekkan. Hanya satu, dia dalam kelas yang kubanggakan. Jika hati dikatakan retak, sepertinya iya. Jika diperturutkan, patah nanti. Mengapa harus terjebak oleh perasaan yang kuciptakan sendiri? Di sinilah ketangguhan seorang guru dipertegas. Siswa seperti ini adalah tantangan? Banyak yang menyimpulkan demikian. Bagiku, tidak. Ia adalah sahabat terbaik, yang mengingatkan bahwa siswa dalam duniaku tak sebatas: baik, ramah, pintar, kurang pintar, aktif, pasif, ceria, dan tangis. Mungkin ia tak pandai meramu diksi, atau menampilkan keramahan senyuman yang sangat diminati setiap hati di muka bumi ini. Dalam kekhususannya, kujadikan ia permata dalam jiwa. Darinya kelak generasi pembaharu akan diteruskan. Tentang apa yang menjadikan ia berperilaku demikian, itulah yang perlu dijabarkan. Tentang benteng kokoh yang selalu ia bangun antara aku dan dia, kusimpulkan sebagai cinta.
Tidak selamanya cinta itu diwujudkan dengan tatapan istimewa. Senyum lebar, nampak gigi putih. Atau ungkapan pujangga yang dicopas sepenggal agar nampak realistis. Terkadang orang - orang tertentu memang punya cara istimewa untuk membahasakan cinta.
Dan bagiku, begitulah caranya membahasakan cinta untukku. Aku tak perlu pembuktian hingga ia menyatakannya dengan bahasa yang kumengerti.



Bandarlampung, 22 Januari 2016

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung