Rabu, 23 Januari 2019

Senam Sehat, untuk Jiwa Bahagia




Oleh: Desma Hariyanti





Sebagai seorang guru, aku harus bisa menjadi teladan untuk para muridku. Tak hanya dari bersikap, bertutur, tetapi tindakan juga harus diperhatikan. Untuk segala ini, diperlukan fisik yang kuat. Raga yang sanggup bertahan dengan ragam keadaan. Mengajar Bahasa Inggris di salah satu SMP di Bandarlampung menuntutku untuk selalu tampil lincah dan penuh semangat. Maklumlah, pembelajaran berbahasa harus mengombinasikan bermacam ekspresi. Kalau tidak menarik, bisa mengurangi antusias para siswa.

Lelah dalam beraktivitas tentu saja kurasakan. Namun, tidak menjadi permasalahan karena raga sudah terbiasa dengan gerak yang teratur. Merutinkan senam, minimal satu kali dalam sepekan, menjadikan tubuhku lebih rileks dalam beraktivitas. Tubuh tidak mudah terserang penyakit, dan senantiasa sehat. Tentu saja makanan dan minuman yang kukonsumsi juga harus yang baik. Aku senang dengan rutinitas ini. Jika kuperhatikan komentar para guru dan karyawan di sekolah, kebanyakan dari mereka malahan merasa sakit setelah gerak badan. Hal ini bisa terjadi, jika gerak tidak dilakukan dengan kesungguhan. Alhasil, bukannya sehat, malah sakit. Tentu hal sederhana ini juga harus diperhatikan. Dalam senam, gerak ringan harus dilakukan dengan hitungan yang sesuai. Kemudian ada gerak yang berlawanan, agar gerak tubuh menjadi seimbang.

Para siswa yang semula bermalas – malasan, karena melihat gurunya semangat jadi tertular semangat juga. Aku selalu memotivasi para siswa dan guru untuk bergerak ketika senam, karena akan memberi manfaat untuk tubuh. Hal itulah yang kurasakan. Fisik lebih kuat, dan tidak mudah sakit. Selain itu, ketika berolah raga, akan terasa lebih gembira. Karena ada Hormon Endorfin yang dihasilkan saat berolah raga. Info ini baru saja kuketahui, dan semakin memotivasiku untuk menggalakkan kegiatan senam di sekolah.

Hal yang lebih menggembirakan lagi, beberapa waktu lalu aku diutus oleh sekolah untuk menjadi peserta Training For Trainer (TFT) Senam yang akan dilaksanakan pekan depan. Usai mengikuti pelatihan ini, aku harus  menjadi instruktur untuk para guru dan siswa di sekolahku. Aku kian bersemangat. Ternyata menjadi pelatih senam tak selalu menjadi kewajiban Guru Penjaskes. Aku mendapat kepercayaan untuk mengisi kesempatan ini. Jadi semakin percaya diri dengan rutinitas senam yang kulakukan.


Bandarlampung, 14 Oktober 2018


 Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba yang diadakan oleh @dream.co.id tahun 2018.

Kamis, 17 Januari 2019

Sate Padang





Oleh: Desma Hariyanti



Rempah kaya di perjamuan,
Irisan dadu, berpadu
Mengunyah pelan, dikuahi pedas - pedas,
Ditelan, hmm…rasa yang khas.

“ Indak nampak urang nan lalu.”
Begitu senandung didendangkan para pelagu.
Kelezatan yang membuat abai sekeliling,
Pengobat risau sanak rantau.
Hidangan menambat pada piring berdaun pisang,
Mata melebar, senyum mengembang, jiwa benderang.

Sate padang terhidang,
Berkaca - kaca Mandeh dalam bayangan.
Memintal doa begitu rapi, dibawa malaikat ke langit - langit,
Menengok umur nan sudah terlewat,
Aduhai, banyak nian dosa tercatat.

Kerut punggung tangan dan dahi,
Tak kuasa biarkan pinta sembunyi,
Dipilih - pilihnya kata pada Sang Maha,
“ Tuhanku, percayakan aku sekejap saja.”
Kemudan beranjak lagi buah tasbih, di bibir dan jemari.
Senja telah tiba di pangkuan, dan ia belum juga berdiri.

Sate Padang, habis kuganyang.
Tiada wajahnya pada ponsel cinta.
Memang sulit jalin kata pada udara,
Mungkin tak perlu juga,
Bersurat pun tak terbaca,
Hendak bagaimana tanganku menyapa?

Surya tenggelam mengubur para cahaya,
Dalam letih kuusap namanya yang lara,
Tak perlu kata - kata,
Ia menungguku hingga lini dunia.
Oh, Bundo kanduang, jika jumpa sekejap suatu ketika,
Sate Padang lamak nian kubawa.
Rasa sedap untuk disantap,
Karena cinta selalu mendekap,
Kemudian kita ceritakan pada semesta hingga terlelap.



Bandarlampung, 2 Maret 2018






Lolos seleksi lomba Puisi tema Makanan dan Manusia di Poetry Prairie Literature Journal, April 2018.

Selasa, 15 Januari 2019

Cara Menghilangkan Kutu Rambut


Gatal di kepala bahkan bikin gaya berfoto jadi kurang lega. (Model: Risti, Nihal, Ayya)


Siapa yang zaman sekarang masih kenal dengan kutu rambut (Pulex irritans). Ssst.....ini bukan memalukan loh, Teman. Jangan sedih mengakuinya. Karena memang, memiliki peliharaan si mungil ini bisa mengurangi rasa percaya diri. Kesibukan bertambah, yaitu garuk kepala. Sekarang, yang terpenting adalah mencari cara untuk membasminya. Tapi, tergantung teman teman juga sih, kalau nyaman dengan peternakan kutu di kepalanya, ya tidak perlu dibasmi berarti. Hehe....


Beberapa waktu yang lalu, saya pernah membaca artikel bahwa kutu rambut juga bisa memberi manfaat bagi manusia. Melancarkan peredaran darah di kepala. Kebenarannya belum diketahui. Tapi, dikembalikan saja kepada si pemilik kepala. Kalau seara logika, bisa jadi memang peredaran darah lancar, karena si pemilik kutu akan merasa gatal, dan terus menerus menggaruk kepalanya.Kebanyakan orang merasa kurang nyaman, karena bisa sampai luka kena garukan si jemari. baiklah, saya akan membeberkan cara yang lumayan ampuh untuk menghilangkan kutu rambut di kepala.

1. Memakai pembasmi kutu rambut. Dengan mengusapkan di seluruh bagian rambut, mendiamkannya beberapa menit, kemudian membilasnya. Biasanya kepala akan merasa panas akibat obat cair ini. Selain itu ada efek rambut menjadi kering. Nah, dikembalikan kepada si empunya kepala deh. Saya tidak menyebutkan merk produk ya. Banyak kok dijual di apotek dan toko obat.

2. Menggunakan kapur bagus. Nah ini ide yang cukup mengerikan dan berbahaya. Efeknya kepala panas, bahkan bisa merasa pening. Tapi, si kutu memang langsung tepar. Ya, manusia saja keracunan, apalagi kutu rambut. Ini pernah dicoba oleh teman saya, karena tidak menemukan obat cair untuk pembasmi kutu rambut.
Jika mau coba cara ini, pastikan keselamatan juga ya. Menggunakan masker atau kacamata mungkin. 

3. Membasminya di salon. Saya baru tahu juga kalau di salon ada layanan penghilangan kutu. Ternyata dikeramasin pakai shampo khusus, kemudian didiamkan bebrapa menit. Jika masih ada telur kutunya yang tertinggal, si pegawai salon yang akan menariknya satu per satu. Wow, luar biasa kerja si pegawai. Untuk harganya saya kurang paham, karena ketika saya tanyakan, teman saya hanya senyum merahasiakan. Sepertinya mahal. 

4. Memakai sisir kutu juga bisa, hanya saja kalau tidak tuntas, bisa berkembang biak lagi si telur kutu. Kudu rajin dan tekun dengan cara ini.

Nah, cara yang terakhir akan saya sampaikan lebih detail. Karena ini berdasarkan pengalaman pribadi. Saya memperoleh kutu rambut, ketika ikut program Home Stay. Di sana saya tinggal satu kamar dengan para siswa. Ternyata ada yang punya peliharaan di kepalanya. Baru sadar ketika sepekan dari Home Stay. Kepala gatal teramat sangat. Pas digaruk, eh, ada hewan mungil berwarna hitam yang tersangkut di ujung kuku. Wow...tergelitik sekali saya melihatnya. Sangat menggemaskan. Langsung saya cari info tentang siklus kehidupan kutu. Ternyata dari telur menuju penetasan ada jarak satu pekan. Seekor bisa bertelur hingga banyak. Wiiih....makin angker saja nih. 

Maka, langkah cepat yang saya ambil adalah segera keramas tujuh hari beruntun, pagi dan sore. Dalam hitungan tujuh hari, ada telur yang menetas pastinya, maka kegiatan keramas dilanjutkan lagi selang tiga hari. Terus keramas lagi sampai beberapa hari, hingga rasa gatal di kepala menghilang. Alhasil, dalam dua pekan, si kutu dan bala keturunannya menghilang. Alhamdulillah...

Satu hal yang harus diketahui bahwa kutu punya jarak lompat yang cukup jauh. Bisa dua meter. Kalau begini, kemungkinan terjangkit kembali sangat besar. Apalagi saya tinggal di asrama sekolah. So, kebersihan diri harus dijaga. Kemudian pakailah pakaian lengkap, mengenakan jilbab sebagai perisai, agar ketika si kutu melompat, tidak langsung mendarat di kepala. Itu saja sekelumit tips setelah pertemanan saya dengan si
Pulex irritans beberapa waktu lalu.






Bandarlampung, Januari 2019

Minggu, 13 Januari 2019

Kepadamu



Bumi Perkemahan Wira Garden, Lampung.





Duhai, dedaun melenggang dalam belai udara.
Suling bambu mendayu, dititipkan kata pada kicau burungburung angkasa.
Hati gerimis, sedang lidah tertawa.
Mata membuka, lambaianmu kuterima,
Seperti mendengar suara kekasih,
menyenandungkan lagu keikhlasan pada Tuhan.
Memintaku dengan ketulusan.
Sedang Sang maha, masih meracik waktu untuk kita dipadukan.

Kau, adakah namaku pada jiwamu?
Yang kau inginkan jumpa setelah tidur gelisah menyangatkan rindu.
Maka biarlah warna menjadi cahaya,
Usai melerai cinta kudus yang terjaga.



Bandarlampung, Maret 2018



Diterbitkan dalam Antologi Puisi: Kenangan Masa Lalu, 2018. Penerbit: FAM Indonesia.




TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung