Senin, 08 Januari 2018

GURU HEBAT, YANG TAK TERGANTIKAN





JIKA ENGKAU MENGALAMI KESULITAN, MAKA SESUNGGUHNYA ITU JALAN SURGAMU.

Sengaja kalimat pembuka kuhadirkan demikian, agar terbentang di pemikiran, tentang dua hal yang berbeda: KESULITAN dan SURGA. Namun keduanya begitu terkait. Ada catatan yang masih tertohok di benak. Serangkaian pengetahuan yang luar biasa yang kudapatkan di pertemuan ketika itu. Agar tak membias, kemudian terhapus, maka kutuliskan.

Akhir Desember tahun lalu aku berkesempatan mengikuti Musyawarah Kerja Wilayah yang diselenggarakan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Wilayah Lampung. Mendapat kepercayaan untuk terlibat di bidang Humas. Satu bidangku berjumlah empat orang. Bu Indri, Pak Sumarman, Pak Ramzil, dan aku. Sempat kucandai ketika bidang ini presentasi. Bisa dibilang tim Keluarga Berencana, terdiri dari Bapak, Ibu, kakak, dan adik. Berbeda dengan tim yang lain, jumlahnya banyak, bisa membentuk kesebelasan atau lainnya.
Tema dari Mukerwil yang diadakan di Hotel De Green, Bandarlampung (25 sampai dengan 26 Desember 2017) adalah “Tingkatkan Soliditas Menuju Kerja Berkualitas”. Dihadiri oleh Ketua Umum JSIT Indonesia, Mohammad Zahri, M. Pd. Beliau adalah orang yang luar biasa. Materi padat yang beliau sampaikan berjudul Menggerakkan SIT Menuju Efektif dan Bermutu Sehingga Berdaya Saing Global. Berikut ringkas pemaparan dari beliau yang menurutku sangat penting untuk diulas kembali. Dijadikan pengingat dan pembelajaran.

Guru adalah seorang da’i. Kita sudah punya deskripsi masing - masing tentang da’i tentu saja. Dengan kebaikan akhlak, keilmuan, dan juga peran; karena akan menjadi teladan, seorang dai bukanlah jabatan sembarangan. Nah, sudahkah kita sebagai guru demikian? Sebagai gambaran, mari kita jawab dengan penuh keikhlasan. Sudah berapa macam siroh yang kita baca? Adakah yang sudah khatam membaca tafsir? Ada berapa banyak macam tafsir yang kita ketahui? Hal ini seharusnya dikuasai, karena kita adalah dai. Kalau belum dipahami, berarti sesungguhnya masih banyak utang kita terhadap Islam. Ada berapa kumpulan hadist yang pernah dibaca? Ada berapa banyak buku di perpustakaan pribadi kita? Bisa disimpulkan bahwa pijakan utama kita yang lemah. Ada distorsi yang tidak terasa. Sebagai contoh, kita akan kebingungan jika ditanya di tahun Hijriah ke berapa kita lahir. Jangan - jangan, ada juga yang tidak hafal nama - nama bulan Hijriah.

Sungguh berat tugas seorang dai. Ya, sangat berat. Dan begitulah guru. Mengapa berat, karena sesungguhnya menjadi guru adalah jalan tercepat menuju Surga. Tidak mudah memang, karena surga diraih dengan perjuangan. Yang kita hadapi bukan hanya satu generasi, tapi berkelanjutan ke generasi berikutnya. Dari satu generasi akan terus mentransfer ilmu yang diterima. Berkelanjutan, hingga sang guru nanti tiada. Tapi ingat, ini adalah guru seorang da’i. Bukan guru yang sekedar menjadi “Tukang Ngajar”. Setelah kerja minta bayaran. Tambah kerja, tambah lagi bayaran.

Untuk itu, kita harus melakukan lompatan. Hal yang beda dari biasanya. Memerlukan energi yang lebih dari biasanya. Karena kita akan melompat, melewati jalan yang harusnya kita lalui langkah demi langkah. Harus diawali, dan harus berani. Apakah kita bisa kerjakan sendiri perubahan itu? Bisa, tapi sebaiknya ada partner. Sehingga ada yang mengingatkan ketika di tengah perjalanan nanti kita melemah. JANGAN PERNAH TAKUT UNTUK PUNYA IDE. Berani, sangat penting. Jangan hanya: sudahlah, kemudian sudahlah. Tapi, ingat. Kembali luruskan niat di awal. Tekadkan. Tanyakan: adakah kepentingan pribadi dari langkah kita tadi? Jika tidak, berarti aman. Lanjutkan! BUTUH KEBERANIAN UNTUK MELAKUKAN SESUATU.

Selagi belum ada lompatan, dari kondisi kita yang lalu – lalu, maka kita akan terjebak di sana - sana lagi. Perubahan, bukanlah hal ringan. Jika dikerjakan sendiri - sendiri, tidak akan jalan. Jangan merasa paling sengsara. Jangan merasa paling banyak berkorban. Kalau kita bekerja keras, dan terus bekerja keras, serta bertaqwa kepada Allah, inshaaAllah kita bisa. Dan ini pekerjaan seorang dai, bukan seorang “Tukang”. Dari lompatan tersebut, akan bermunculan prestasi - prestasi. Jika ingin berkualitas, mari kembali ke awal. Lihat lagi niat. Perbaiki kembali kesiapan kita untuk melangkah, agar tercipta lompatan. 

HENTI SEJENAK TAK APA, JIKA DENGAN HENTI TADI, KITA BISA MELAKUKAN LOMPATAN, YANG SEHARUSNYA JARAK ITU KITA LINTASI DENGAN BERJALAN.


Bandarlampung, Januari 2018

1 komentar:

  1. hik jadi ingat sama guru-guru ku dulu.. bahkan ada yang pernah nyaranin agar aku menggeluti dunia tulis menulis dan sastra saja karena sejak SMP sudah bagus basicnya tapi karena ego saya ambil jurusan teknik eh sekarang jadi blogger yang nulis juga...

    BalasHapus

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung