Minggu, 30 Oktober 2011

Melukis adalah Perkara Rasa


Melukis adalah kegiatan seni yang memadukan beragam unsur. Sebenarnya segala pencitraan harus berfungsi dengan baik, dalam hati si pelukis. Bagaimana seorang pelukis bisa memeluk nuansa yang ia tangkap melalui indra penglihatannya, kemudian dijabarkannya kembali dalam bidang datar. Hampir mirip dengan fotografi, namun perkara rasa lebih dalam tertuang di sini, dalam sebuah lukisan.

Lukisan, bisa jadi merupakan hasil imaginasi si pelukis sendiri. Sebuah lukisan, bisa saja sebenarnya tak ada di bagian dunia mana pun di permukaan bumi ini. Itulah rasa, yang begitu tulus hadir dari pelukis. Rasa yang muncul dari hati, yang sebenarnya mewakili kejujuran dalam hatinya.

Banyak orang berbakat dalam seni yang satu ini. Seni lukis. Berbakat dari lahir? Benarkah? Tak usah khawatir, segalanya bisa dipelajari. Termasuk melukis. Sebagai awal, maka penulis sengaja menghadirkan panduan ini sebagai dasar dalam belajar melukis. Melukis, adalah adanya rasa. Tak wajib di atas kanvas dengan sapuan kuas. Di selembar kertas dengan coretan pensil, selama menyuguhkan rasa, maka itulah lukisan. Di langit dengan bauran hujan dan cahaya, selama menyuguhkan rasa, maka itulah lukisan. Bukankah pelangi itu lukisan penuh rasa?

Beberapa tahapan dalam melukis, berdasarkan pengalaman penulis:

1.      1. Tahapan awal melukis
Kesiapan hati, harus dimiliki oleh pelukis. Keteguhan, dan juga kegigihan. Kesabaran, adalah perkara wajib. Terakhir, keikhlasan yang menjadi garam pemantap dalam kegiatan melukis. Ikhlas, ketika karya pelukis hanya menjadi kepuasan sendiri. Ikhlas, ketika karyanya harus dibanding – bandingkan, dan ikhlas, ketika karyanya mati sebelum terselesaikan.

2.      2. Tahapan pertengahan melukis
Mulai, kerjakan, dan akhiri.

3.      3. Tahapan akhir melukis
Syukuri dan kagumi.
Mari, belajar melukis.


Belajar melukis tak terbatasi usia. Untuk mencapai bisa, tentu melalui tahapan. Meskipun tahapan dalam melukis sebenarnya lebih kepada gerak tangan nyata, perkara teori tetap perlu diketahui. Akan terasa sulit jika seseorang hendak mewarnai, namun tak paham warna. Maka perpaduannya akan menjadi lengkap. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung