Selasa, 26 Januari 2010

Suatu Ketika


Kapan kita menjadi sebegini mengerikan? Dilingkupi ketakutan akan kehilangan. Ngeri akan terbuang. Risau kelak terabaikan. Untuk telaga tanpa dasar, di sanalah hati yang tak terdeteksi.

Kemarin, aku masih sempat berbagi cerita kepadamu. Tentang malam- malam seram, yang aku tak kuasa ceritakan kecuali dengan kata – kata terbatas. Kau curi rangkaian diksi itu sebagai puisi. Saat koyak – koyaknya rasa, menjadi hambar. Pedih tak lagi terlilit, namun tentram juga hilang. Sepertinya aku menjadi bangkai, yang akan lebih busuk lagi esoknya bila tak segera dibinasakan. Itulah raga – raga kita yang lupa dimana mereka tengah berdiri. Tanpa uang sewa, tanpa ada perbaikan, yang pasti adalah penggerogotan dalam penghancuran. Namun hebatnya, kita masih bisa bangga.

Untuk cerita semalam, aku tak ingin berbagi denganmu. Aku rasa cukup kesimpulan. Bahwa kita sama – sama saja. Kau menanti kabar dariku, tapi aku tak mempedulikanmu. Bercerailah angin dengan hujan, sisanya adalah embun segar di pagi yang gusar.

13:55 WIB

Setidaknya kita belajar dewasa. Dengan getirnya hidup yang tengah kita hadapi, manakan mungkin kita tidak berpikir untuk mengatasinya. Tentu kita tak akan lagi kekanak – kanakan. Ujaran kita juga tak lagi sebatas olok – olok sampah. Jika kita hendak menghina, maka ucapan sindiran akan lebih menusuk. Andai bermaksud menegur, kata – kata konotasi lebih tajam untuk sampai ke hati. Sudahlah, pada intinya telinga tak lagi berfungsi. Selain membisu, jasad ini kian bobrok dalam deret kerentaan. Tuli, buta, tak hanya mata tapi juga hati. Hingga kita sama – sama buta langkah. Apa? Kau sudah bosan meniti nyawa? Sebenarnya kita hanya perlu istirahat sejenak. Melepaskan nafas – nafas gerah pada langit lengang. Kita hanya perlu kesejukan untuk menebas ruas – ruas penat. Setelah itu kita bisa muncul bersama raga baru yang sembuh dari sakit. Lebih segar, lebih tenang, lebih damai, tak terlihat retak – retak jiwa. Tak terpancar rapuh – rapuh pikiran. Karena kita telah dewasa. Di sana kita belajar segalanya, termasuk tentang kebijaksanaan yang perlahan sudah membukit dalam sanubari.

14:35WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung