Rabu, 17 Februari 2010

Air Mata adalah milik kita


Apakah, besok masih terluang untuk kita? Menceritakan gerak - gerak tadi, yang sempat kita candai bersama. Tak seakrab dulu, betapa mengirisnya. Kepingan, sudah menjadi sejarah, kawan. Tapi, nasi masih ada untuk disantap. Kerupuk udang khas masih berlabuh di pangkuan. renyahnya, segaring cinta yang terkelupas. Karena kering berkepanjangan tak terberantas.

Seperti itulah rasa yang kita jaga, indahnya berpaut duri. Luka jemari bila dipaksa. Sedang airmata, adalah milik kita malamnya.

(Tentang FLP di DKL, hari ini. 14 Februari 2010)

Senin, 15 Februari 2010

Dalam Catatan 5


Kita pernah mengenal dulu. Kembali dipertemukan di sempitnya waktu. Mengapa tak ada sedikit kata? Padahal ruang kita hanya itu -itu saja.

Langkah, sering bersua. Pada paping lelah, lorong - lorong temaram, tiang - tiang tangguh. Dan kita terkadang sempat terlalu dekat dalam jarak. Ketenanganmu bak telaga. Menyegarkan, menentramkan. Memandangmu selintas, aku hanya bisa diam. Sungguh engkau tipikal pendamai.

Kadang, resah kekosongan ini bertanya; Adakah selembut dirimu pengisinya?

Kampung baru, 14 februari 2010. 19:24 WIB

Minggu, 07 Februari 2010

Selembar Nafas


Langit, menyanyikan masa lalu. Di sana ada aku dan dirimu. Melonjak - lonjak dalam waktu. Di situ, di pelabuhan kecil suatu ketika. Telah kita titipkan cita. Telah kuambil kemarin itu. Kapan selanjutnya engkau, singgah dan meniru?

Kalau lembah sudah kita lalui, maka bukit kelanjutannya. Kita tak tahu, apa menghadang di depan. Lantas apa yang memberanikan diri untuk tetap berjalan? Keyakinan akan esok yang lebih baik.

Kepada:
Lenteraku yang mulai meredup, tetaplah menerangi, meski sinar itu hanya pendar - pendar. Gusar dimiliki. Pembayarnya adalah senyum keikhlasan. Percayalah, segala itu indah, pada waktunya.

Teman - temanku seperjuangan, di tahap ini sudah kulunasi. Pahitnya akan hilang, ketika kita tebarkan kemenangan. Semua ada masanya, tentu kita, berkesempatan meraih. Tetap bersemangat, sedih - sedih kita, luka - luka kita, doa - doa kita, ada di langit, pada catatan Tuhan.

Dalam Catatan3


Setelah ini, apalagi yang bisa kita banggakan?
Sungguh, aku hanya ingin tuntaskan lelah. Lihatlah bagaimana langit itu hendak menelan. Pada tengah malam, nadanya do do do, si si, mi mi. si mi, si mi, mi si, mi si, sol sol. Pekik jam getir, dalam rintih isak terbatas. Awan terasing, rembulan diabaikan. Hanya didekap separuh.

Sudah terlewati, kemarin. Kita datangi malam ini. Ketika melintasinya, kepada apa kita bisa berjanji, untuk temui esok pagi?

Setelah nafas ini, kemana lagi doa menjadi puisi? Kita, masihkah bisa? Untuk sekedar menjadi ada..

Sudah terencana sibuk - sibuknya kita. Meski malam sajikan sama, dengung angin tanpa rasa, kecuali dingin. Esok adalah letih yang liar. Mata kita bisa bicara, sedang kata tak lagi berguna.

Sabtu, 06 Februari 2010

dalam catatan 2


tiga sahabat muncul pada persinggahanku yang sejenak. cerita diurai - urai bersama kegelisahan, tawa, dan air mata. setelah beranjaknya kalian, di sudut pena, aku simpulkan. aku yakin saja, baik dirimu, dirinya, kita, dan tokoh - tokoh lain dalam drama ini adalah orang - orang cerdas. yang telah dipilih Allah. maka berperanlah semanis mungkin. karena lakon - lakon ini akan menjadi sejarah.

dan biarkan penyimaknya mengambil hikmah. maka berperanlah sebaik - baiknya. karena penilai akhirnya adalah Sang Kuasa. tersenyumlah, kita telah dewasa.

untuk sahabatku, yang tengah terbelenggu, akan kata yang sempat tempo hari kita anggap indah dan lucu.
(Lovia, Septri, Isnaila)

TERIMAKASIH TELAH SINGGAH

Perjalanan hidup manusia berputar seperti roda. Suatu saat akan berhenti, bila telah tiba di tujuan. Namun, adakalanya roda itupun berhenti karena hambatan. Hidup beserta masalah adalah lumrah. Memang demikian adanya. Hidup tanpa masalah mungkin juga ada. Akan tetapi, itulah masalahnya, mengapa bisa tidak ada masalah? Normalkah?

Maka kembali pada bagaimana kita menyikapi. Terbelit dalam kerumitan, pikirkanlah solusi; bukan kesulitannya. Karena hal ini akan menjelma beban.

Serahkan pada sang Penguasa semesta, karena Allah swt maha berkehendak. Entah bagaimana penyelesaiannya, terkadang tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiran. Lantas untuk apa lagi ragu? Bila tak sanggup membina diri, bersama iman dan taqwa padaNya, tunggulah kebinasaan itu dari jalan yang tak disangka -sangka.




Yang Akan Dibanggakan

Yang Akan Dibanggakan
Menara Siger Lampung